Lompat ke isi

Efek Pigou

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Juli 2019 09.05 oleh Ivan Humphrey (bicara | kontrib) (maraton)
Ekonomi

Kategori umum

Ekonomi mikro · Ekonomi makro
Sejarah pemikiran ekonomi
Metodologi  · Pendekatan heterodoks

Bidang dan subbidang

Perilaku  · Budaya  · Evolusi
Pertumbuhan  · Pengembangan  · Sejarah
Internasional · Sistem ekonomi
Keuangan dan Ekonomi keuangan
Masyarakat dan Ekonomi kesejahteraan
Kesehatan  · Buruh  · Manajerial
Bisnis Informasi  · Informasi · Teori permainan
Organisasi Industri  · Hukum
Pertanian  · Sumber daya alam
Lingkungan · Ekologis
Geografi Ekonomi  · Kota · Pedesaan  · Kawasan
Peta ekonomi

Teknik

Matematika  · Ekonometrika
Eksperimental · Neraca nasional

Daftar

Jurnal · Publikasi
Kategori · Topik · Ekonom

Portal Bisnis dan ekonomi

Efek Pigou adalah dorongan output dan kesempatan kerja yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi akibat meningkatnya kesejahteraan, khususnya terjadi selama deflasi. Istilah ini dinamai dari nama belakang Arthur Cecil Pigou oleh Don Patinkin pada tahun 1948.[1][2][3]

Kekayaan riil didefinisikan oleh Arthur Cecil Pigou sebagai penjumlahan dari jumlah uang beredar dan obligasi pemerintah dibagi dengan tingkat harga. Pigou berpendapat bahwa Teori Umum Keynes sangat lemah dalam menentukan hubungan keseimbangan riil dengan konsumsi saat ini dan penyertaan efek kesejahteraan seperti Efek Pigou akan membuat keseimbangan ekonomi menjadi sesuai dengan mekanisme pasar sehingga menurunkan permintaan agregat dari perkiraan Keynes. Karena efeknya berasal dari perubahan keseimbangan riil, kritik terhadap Keynesianisme ini juga disebut Efek Keseimbangan Riil.[4]

Sejarah

Efek Pigou pertama kali dipopulerkan oleh Arthur Cecil Pigou pada tahun 1943, dalam artikel berjudul The Classic Stationary State di Jurnal Ekonomi Universitas Oxford.[5] Pigou telah mengusulkan teori tentang hubungan neraca keseimbangan pasar terhadap konsumsi dan Gottfried Haberler mengajukan teori serupa setahun setelah terbitan buku Teori Umum oleh Keynes.[6]

Mengikuti mazhab ekonomi klasik, Pigou menyukai gagasan peningkatan ekonomi sesuai mekanisme pasar yang akan memulihkan ekonomi dalam banyak kasus, meskipun Pigou tetap mengakui bahwa pembentukan harga yang kaku mungkin masih mencegah pengembalian ke tingkat output alami setelah goncangan permintaan terhadap barang dan jasa. Pigou melihat efek keseimbangan riil sebagai mekanisme untuk menggabungkan model Keynesian dan klasik.[7]

Integrasi dengan Permintaan Agregat Keynesian

John Keynes berpendapat bahwa penurunan permintaan agregat dapat menurunkan kesempatan kerja dan tingkat harga secara bersamaan, suatu kejadian yang sering terjadi dalam deflasi besar-besaran. Dalam model kurva pasar barang dan pasar uang (IS-LM) yang diadaptasi dari teori keynesian sebagaimana diformalkan oleh John Hicks, kejutan permintaan agregat negatif akan menggeser kurva IS ke kiri; akibatnya upah dan tingkat harga yang turun secara simultan akan menggeser kurva LM ke kanan karena meningkatnya pasokan uang riil yang disebut sebagai efek Keynes. Efek Pigou pada gilirannya akan mencegah penurunan permintaan agregat, melalui peningkatan neraca keseimbangan riil saat kenaikan pengeluaran melalui efek pendapatan, sehingga menggeser kurva IS kembali ke kanan.

Hipotesis Pigou dan jebakan likuiditas moneter

Jebakan likuiditas (liquidity trap) tidak bisa mendorong sektor moneter untuk meningkatkan output karena hanya ada sedikit hubungan antara pendapatan dan permintaan uang. John Hicks berpendapat bahwa jebakan likuiditas adalah alasan utama (bersama dengan harga yang tetap) yang menyebabkan kenaikan jumlah pengangguran secara terus-menerus. Namun, efek Pigou menciptakan solusi untuk keluar dari jebakan likuiditas[8]

  1. Saat pengangguran meningkat,
  2. tingkat harga turun,
  3. yang meningkatkan keseimbangan nyata,
  4. dan dengan demikian konsumsi meningkat,
  5. yang menciptakan set kurva IS-yang berbeda pada diagram IS-LM, memotong kurva LM di atas ambang suku bunga rendah dari perangkap likuiditas.
  6. Akhirnya, ekonomi bergerak ke keseimbangan baru, dengan lapangan kerja penuh .

Pigou menyimpulkan bahwa keseimbangan pasar tenaga kerja di bawah tingkat pekerjaan penuh (tingkat alami klasik) hanya dapat terjadi jika harga dan upah kaku secara bersamaan.[8]

Kritik Kalecki tentang efek Pigou

Efek Pigou dikritik oleh Michał Kalecki karena penyesuaian terhadap keseimbangan riil sesuai mekanisme pasar yang sesuai dengan ekonomi klasik akan meningkatkan hutang nilai riil, dan akibatnya akan menyebabkan kebangkrutan sektor grosir dan krisis kepercayaan dari investor.[9]

Efek Pigou dan Jepang

Jika efek Pigou selalu beroperasi dengan kuat, kebijakan Bank Sentral Jepang tentang suku bunga nominal mendekati nol mungkin diharapkan untuk mengakhiri deflasi Jepang pada 1990-an lebih cepat.[10][11]

Bukti nyata lainnya terhadap efek Pigou dari Jepang mungkin merupakan periode panjang dari stagnasi pengeluaran konsumen sementara harga-harga jatuh. Pigou berhipotesis bahwa penurunan harga akan membuat konsumen merasa lebih kaya (dan meningkatkan pengeluaran) tetapi konsumen Jepang cenderung melaporkan bahwa mereka lebih suka menunda pembelian, berharap harga akan turun lebih jauh.[10][11]

Utang pemerintah dan efek Pigou

Robert Barro berpendapat bahwa kesetaraan Ricardian (Ricardian equivalence) dengan adanya motif hibah, masyarakat tidak tertipu dengan berpikir mereka akan lebih kaya ketika pemerintah menerbitkan dan menjual obligasi kepada masyarakat, karena surat obligasi pemerintah harus dibayar dari peningkatan pajak di masa depan.[12] Oleh karena itu, Barro berpendapat bahwa pada tingkat tertentu pada ekonomi mikro, tingkat kesenjangan akan berkurang dengan bagian dari hutang yang diambil oleh pemerintah nasional. Akibatnya obligasi tidak boleh dianggap sebagai bagian dari kekayaan bersih di tingkat ekonomi makro. Ini menyiratkan bahwa tidak ada cara bagi pemerintah untuk menciptakan "efek Pigou" dengan menerbitkan obligasi, karena tingkat kekayaan agregat tidak akan meningkat.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Patinkin, Don (September 1948). "Price Flexibility and Full Employment". The American Economic Review. 38 (4): 543–564. JSTOR 591. 
  2. ^ Hough, Louis (June 1955). "An Asset Influence in the Labor Market". Journal of Political Economy. 63 (3): 202–215. doi:10.1086/257665. JSTOR 1825073. 
  3. ^ Takami, Norikazu (April 2011). "Managing the Loss: How Pigou Arrived at the Pigou Effect". HOPE Center Working Papers. 
  4. ^ Presley, John R. (1986). "J. M. Keynes and the Real Balance Effect". The Manchester School (dalam bahasa Inggris). 54 (1): 22–30. doi:10.1111/j.1467-9957.1986.tb01254.x. ISSN 1467-9957. 
  5. ^ Pigou, Arthur Cecil (1943). "The Classical Stationary State". Economic Journal. 53 (212): 343–351. doi:10.2307/2226394. JSTOR 2226394. 
  6. ^ Haberler, Gottfried (1952-06). "The Pigou Effect Once More". Journal of Political Economy (dalam bahasa Inggris). 60 (3): 240–246. doi:10.1086/257211. ISSN 0022-3808. 
  7. ^ Pigou, Arthur Cecil (1950). Keynes's 'General theory': a retrospective view (dalam bahasa Inggris). Macmillan. 
  8. ^ a b Samuelson, Paul A. (1941). "Professor Pigou's Employment and Equilibrium". The American Economic Review. 31 (3): 545–552. ISSN 0002-8282. 
  9. ^ Kalecki, Michael (1944). "Professor Pigou on the "Classical Stationary State" A Comment". The Economic Journal. 54 (213): 131–132. doi:10.2307/2959845. JSTOR 2959845. 
  10. ^ a b "Japan: still trapped". web.mit.edu. Diakses tanggal 2019-07-17. 
  11. ^ a b "Pigou Effect - Understanding How the Pigou Effect Works". Corporate Finance Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-17. 
  12. ^ Barro, Robert J. (1974). "Are Government Bonds Net Wealth?" (PDF). Journal of Political Economy. 82 (6): 1095–1117. doi:10.1086/260266. 

Pranala luar