Lompat ke isi

Babakan Asih, Bojongloa Kaler, Bandung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Babakan Asih
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KotaBandung
KecamatanBojongloa Kaler
Kode Kemendagri32.73.04.1004 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3273030003 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-

Babakan Asih adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Kawasan Babakan Asih yang lebih dikenal dengan sebutan Blok Tempe ini boleh dikata sarangnya preman. Banyak pula yang menyebutnya Kampung Napi. Adu bacok sudah menjadi menu sehari-hari. Variasi perkelahian antar pemuda di sana yang kerap tak terelak. Ditambah camilan obat-obatan terlarang, minuman keras, dan jenis racun semisal, lengkap sudah kengerian yang seperti tanpa henti, terus menghantui. Setiap orang tua melarang anak-anaknya untuk keluar rumah. Anak gadis dibiarkan mengurung diri di tempatnya masing-masing. Bukan karena dipaksa para orang tua. Kondisi lingkungan di sana memang begitu mencekam, sehingga wilayah Blok Tempe ini menjadi terlalu menakutkan. “Daerah ini memang dulunya rawan sekali. Tidak ada yang berani keluar rumah seperti sekarang ini. Boro-boro ada anak-anak yang bermain-main seperti sekarang, mau pergi ke sekolah pun antar jemput,” tutur Ahmad Ruyani, aktivis senior di Kartoen Ervat sekaligus ketua RT 4 ini. Hampir setiap malam minggu terjadi perkelahian. Bahkan tidak jarang lapangan yang dulu dimiliki RT 4 ini menjadi arena perkelahian yang disengaja. Usai saling melampiaskan amarah, paling sedikit ada satu atau dua orang yang diringkus ke kantor polisi. Makanya tak heran jika semuanya pernah mencicipi ‘nikmatnya’ menginap di hotel prodeo.

Dalam kondisi chaos seperti itu, Reggi Kayong Munggaran seorang advokat yang kini bergabung di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung merasa prihatin. Pada mulanya Reggi tak sengaja berkenalan dengan warga Blok Tempe ini. Sebelumnya ia memang begitu peduli dengan kelompok rentan, seperti tukang becak dan PKL yang ada di jalanan kota Bandung. Lambat laun ia mengetahui bahwa kebanyakan PKL yang ia dekati itu adalah warga Blok Tempe. Dari sana Reggi mulai terjun dan terlibat hiruk pikuk kegelapan Blok Tempe. Di masa-masa awal tahun 2000an, saat Reggi baru pertama kali bergerak, dominasi sikap apatis dan individualis kental mewarnai kehidupan mereka.

Kartoen Ervat ini menjadi jembatan revolusi para pemuda di Blok Tempe kelak. Namun ternyata, tantangannya berat sekali. “Apalagi cap negatif pemuda di sini semakin memperkeruh keadaaan,” tambahnya. Mulai dari pendekatan personal hingga komunal, terus dilakukan. Walau prosesnya cukup panjang, tapi Reggi tak patah arang. Dibantu oleh Ahmad Ruyani, sang ketua RT yang dianggap mampu menjembatani antara masyarakat dan para pemuda, Reggi sedikit demi sedikit mencoba menarik mereka, kaum muda, keluar dari kegelapan. Walhasil, grafik perjuangan menunjukan perkembangan yang mencengangkan. Kejenuhan para pemuda dalam kehidupan yang mengerikan itu mendorong mereka untuk mencari kehidupan lain. Seperti saat mereka mencoba untuk belajar membaca Alquran. Hal tersebut merupakan prestasi yang luar biasa bagi pemuda blok Tempe. Tentu saja, pemuda yang biasanya mencekik botol minuman, tiba-tiba dengan penuh kesadaran datang ke masjid menyengaja untuk belajar membaca Alquran.