Lompat ke isi

Claudius

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2020 01.44 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (jaman --> zaman)

Claudius
Patung Claudius di 'Museo Archeologico Nazionale di Napoli'
Kaisar Romawi ke-4
Berkuasa24 Januari 41 – 13 Oktober 54
(13 tahun)
PendahuluCaligula
PenerusNero
Kelahiran1 Augustus 10 SM
Lugdunum, Galia
Kematian13 October 54 M (umur 63)
Roma
Pasangan
Keturunan
Nama lengkap
(Pada saat lahir)

Tiberius Claudius Nero

(Pada saat meninggal)

Tiberius Claudius Caesar Augustus Germanicus
WangsaDinasti Julio-Claudian
AyahNero Claudius Drusus
IbuAntonia Minor
AgamaPaganisme Romawi

Tiberius Claudius Caesar Augustus Germanicus, singkatnya Claudius (1 Agustus 10 SM – 13 Oktober 54 M), adalah kaisar Romawi ke-4 yang berkuasa dari 24 Januari 41 hingga kematiannya tahun 54 karena diracuni oleh istrinya sendiri, Aggripina, yang juga adalah ibu Nero. Lahir di Lugdunum di Galia (kini Lyon) dari pasangan Drusus dan Antonia Minor, ia adalah kaisar Romawi pertama yang terlahir di luar Italia.

Pada era kekuasaannya, dilancarkan penaklukan Romawi di Britania.

Nama

  • Tiberius Claudius Drusus dari kelahiran hingga 4 M
  • Tiberius Claudius Nero Germanicus hingga naik tahta
  • Tiberius Claudius Caesar Augustus Germanicus ketika menjadi Kaisar

Riwayat

Claudius dilahirkan pada tahun 10 SM di kota Lugdunum di Galia (Lyons, Prancis modern). Ibunya adalah Antonia Minor, putri bungsu Marcus Antonius dengan Octavia, dan ayahnya adalah Drusus, adik lelaki Tiberius. Karena ibunya adalah keponakan kaisar Augustus, Claudius berkerabat dengan Augustus, dan pamannya Tiberius akan menjadi kaisar, sehingga Claudius sudah menjadi orang penting bahkan sejak masih anak-anak. Dia memiliki seorang kakak perempuan dan seorang kakak lelaki, Germanicus (yang kemudian menjadi ayah Caligula). Ayah Claudius meninggal mendadak ketika Claudius berusia 1 tahun, sehingga Claudius akhirnya diasuh oleh ibunya Antonia dan neneknya Livia. Mereka menyewa sejarawan Livius untuk mengajarkannya sejarah.

Claudius memiliki kecacatan, sehingga ibunya merasa bahwa dia tak akan mampu menjadi politisi. Dia gagap, kepalanya gemetar, lututnya lemah, dia bergerak serampangan ketika gembira. Dia mungkin menderita penyakit langka yang disebut "Penyakit Wilson", yang membuat orang gila - Caligula juga mungkin menderita penyakit yang sama. Bisa juga Claudius menderita kelumpuhan otak. Namun, Suetonius dalam bukunya yang berjudul "The Live Of The Twelve Caesar" atau "Kehidupan 12 kaisar" menulis, ketika Claudius sedang dalam keadaan tenang dan duduk, ia merupakan sosok bangsawan yang tampan dan tinggi.

Karena penyakitnya, Claudius selalu berdiam di rumah dan tidak menghadiri pesta ataupun bergabung ke pasukan, dan dia tidak mengikuti pemilihan atau urusan politik lainnya. Dia sering membaca buku, dan menulis karya sejarah dan ilmiah. Jadi Augustus, Tiberius, dan Caligula tidak terlalu memperhatikannya, dan mereka tidak membunuhnya ketika mereka membunuh sebagian besar kerabat mereka. Claudius sendiri juga mengakui, bahwa ia sering melebih-lebihkan penyakitnya untuk menyelamatkan nyawanya.

Namun pada tahun 37 M, ketika Claudius berusia 46 tahun, Caligula memutuskan mengangkatnya sebagai konsul. Mungkin dia ingin mengingatkan rakyat bahwa mereka dulu begitu menyukai ayah Caligula, Germanicus yang merupakan kakak Claudius. Caligula sering mengolok-olok dan mempermainkan Claudius, dan membuat Claudius menderita. Namun rakyat jadi lebih memperhatikan Claudius.

Empat tahun kemudian ketika Caligula dibunuh, rakyat menyadari bahwa Claudius merupakan satu-satunya keturunan Augustus dan anggota dinasti Julio-Claudian yang masih hidup, jadi ia pun diangkat menjadi kaisar oleh Prateorian Guard atau pasukan Praetorian. Claudius ketika itu berusia 50 tahun. Ia ditemukan sedang bersembunyi di belakang tirai pada saat pembunuhan Caligula dan keluarganya berlangsung. Rakyat mungkin tidak terlalu berharap banyak padanya, tetapi ternyata Claudius memerintah dengan baik - kecacatannya tidak menghalanginya menjadi orang yang cerdas.

Claudius membuat Kekaisaran Romawi menjadi lebih luas dengan mengirim pasukan untuk menaklukan Britania (Inggris modern), dan dengan pengambilalihan politik di berbagai tempat, yaitu: Thrace, Noricum, Pamphylia, Lycia dan Yudea (Israel modern). Dia juga membuat sistem pengadilan menjadi lebih adil, meskipun ia mudah dibujuk dan kadang-kadang tidak dapat menjadi seadil yang dia inginkan. Dia juga memberi lebih banyak hak kepada para budak dan wanita. Dia membangun pelabuhan besar di Ostia, memudahkan pengiriman gandum ke Roma dari Afrika dan Mesir melalui laut. Dan dia membangun 2 Aqueduct (saluran air) yang besar, yaitu: Aqua Claudia (pembangunannya sudah dimulai sejak zaman Caligula) dan Anio Novus. Ia juga memperbaiki yang lain, yaitu Aqua Virgo.

Claudius merasakan penderitaan yang sangat berat untuk menyenangkan hati para Senator. Walaupun Claudius memperbolehkan para Senator untuk mengeluarkan koin dengan gambar mereka sendiri, juga mengembalikan kekuasan atas provinsi Makedonia dan Achae ke tangan Senat, tetapi Senator tetap tidak menyukai Claudius karena cara kenaikannya ke takhta, juga mereka menganggap bahwa Claudius sangat rentan dan mudah dimanipulasi sehingga mereka ingin membunuhnya. Akibatnya, Claudius terpaksa untuk memperkuat kedudukannya, hal ini menyebabkan kematian 35 Senator dan 300 bangsawan lainnya. Karena angka kematian senator dan bangsawan yang tergolong banyak, Claudius mendapat reputasi buruk di antara para sejarahwan kuno seperti Tacitus, Seneca, Suetonius, dsb. Oleh sebab itu, Claudius tidak mempercayai para Senator, dan lebih sering memanfaatkan budak bebas sebagai pembantunya. Pada akhirnya Claudius diracuni oleh istrinya, Agrippina Muda, yang menginginkan kekuasaan untuk dirinya sendiri dan putranya Nero. Claudius meninggal pada tahun 54 M pada usia 64 tahun, kemungkinan akibat jamur beracun.

Pranala luar