Lompat ke isi

Yamnia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Mei 2020 10.32 oleh Medelam (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Yamnia (Yavneh)
  • יַבְנֶה
  • ياڨني, يبنة
Transkripsi bahasa Ibrani
 • ISO 259Yabne
Kota Yamnia/Yavne
Kota Yamnia/Yavne
DistrikTengah
Didirikan1949
Pemerintahan
 • JenisKota
 • Kepala DaerahZvi Gov-Ari
Luas
 • Total10.700 dunams (10,7 km2 or 4,1 sq mi)
Populasi
 (2009)[1]
 • Total33,000
 • Kepadatan3,100/km2 (8,000/sq mi)
Kota Yamnia.

Yamnia atau bisa juga disebut Yabneh atau Yavneh (Ibrani: יַבְנֶה) (bahasa Arab: ياڨني يبنة, Yibnah) adalah sebuah kota di sebelah selatan Yope, tempat kumpulan guru-guru Yahudi.[2]

Konsili Yamnia

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1871, Heinrich Graetz adalah orang yang pertama kali menyimpulkan bahwa telah berlangsung Konsili Yamnia yang telah menetapkan kanon Yahudi pada akhir abad pertama (ca 70–90). Teori ini menjadi konsensus keilmuan yang berlaku pada hampir sepanjang abad ke-20. Dikatakan bahwa Yamnia merupakan pusat dari Yudaisme Farisi.[3] Setelah tahun 70 Masehi, yaitu setelah Bait Suci Kedua dihancurkan, Rabban Yochanan Ben Zakkai memindahkan Sanhedrin ke Yamnia dan mereka yang berpegang pada teori ini meyakini bahwa Konsili Yamnia (Pertemuan Yamnia) diadakan di sana. Menurut teori ini, sejak itu guru-guru Yahudi mengadakan pertemuan di kota tersebut dan menggantikan Sanhedrin namun tanpa sistem pemerintahan resmi.[2] Sanhedrin dikatakan meninggalkan Yamnia dan pindah ke kota Usha pada tahun 80 M dan kembali lagi ke sana pada tahun 116 M.

Yang memegang teori ini berpendapat bahwa kanon Alkitab Ibrani ditetapkan di sini,[2] sehingga Pertemuan Yamnia dianggap sebagai bagian penting dalam perkembangan Alkitab secara keseluruhan.[4] Dikatakan bahwa pada periode Yamnia sampai tahun 135 Masehi, ketika perlu adanya kesepakatan untuk menentukan sikap terhadap kehancuran Yerusalem dan Bait Allah serta pembangunan kembali Yudaisme yang baru dan sejati, kedudukan kitab-kitab seperti Yesus bin Sirakh dipersoalkan.[2] Kemudian pada abad pertama sesudah Masehi, para rabi berkumpul di Yamnia untuk membicarakan kitab-kitab mana yang harus dianggap kitab suci seperti Kitab Yehezkiel dan Kidung Agung.[3] Pada saat berkumpulnya mereka, para rabi menentukan kitab-kitab yang masuk ke dalam kanon Yahudi/Ibrani.[3]

Pada masa kini, teori tentang adanya Konsili Yamnia ini didiskreditkan secara luas.[5][6][7][8]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama cbs populations
  2. ^ a b c d W.R.F. Browning. 2009, Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 482.
  3. ^ a b c H.H. Rowley. 2009, Atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 10.
  4. ^ Darmawijaya. 2009, Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 301.
  5. ^ (Inggris) W. M. Christie, The Jamnia Period in Jewish History (PDF), Biblical Studies.org.uk 
  6. ^ (Inggris) Jack P. Lewis (April 1964), "What Do We Mean by Jabneh?", Journal of Bible and Religion, 32, No. 2, Oxford University Press, hlm. 125-132 
  7. ^ (Inggris) Anchor Bible Dictionary Vol. III, pp. 634–7 (New York 1992).
  8. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, editors, The Canon Debate, 2002, chapter 9: Jamnia Revisited by Jack P. Lewis.