Lompat ke isi

Pengguna:Syamlangsa63/Abu Chik Diglee

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 27 September 2020 15.38 oleh Syamlangsa63 (bicara | kontrib) (Abu Chik Diglee adalah sebuah kunyah atau nama panggilan yang biasa disematkan orang lain atau masyarakat kepada seseorang, berkaitan dengan sesuatu yang melekat pada dirinya yang didasarkan pada khazanah kebahasaan Arab yang kemudian terserap menjadi bahagian dari tradisi baik di dalam kehidupan budaya ummat Islam. Abu Chik Diglee namanya lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Abu Chik Diglee[1], nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA[2] (lahir di Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, tanggal 19 Juli 1967, umur 53 tahun). Ia adalah salah seorang Muhaditsun (ulama hadits) di Indonesia dan juga Sufistik.

Pendiri MASHRAH LAMPOH IRENG, yaitu Lembaga Majelis Studi Hadits dan Ratib Haddadiyah Lampoh Ireng Kota Langsa. Ketua Majelis Permusyawaratan (MPU) Kota Langsa tahun 2014-2019[3], ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Langsa tahun 2010 sampai dengan sekarang[4]. Ia pengajar mata kuliah Hadits - Hadits Ahkam pada program pascasarjana IAIN Langsa[5], penulis buku[6] dan journal ilmiah di samping itu ia juga seorang Da'i yang populer.

Perjalanan Karier

Abu Chik Diglee adalah sebuah kunyah atau nama panggilan yang biasa disematkan orang lain atau masyarakat kepada seseorang, berkaitan dengan sesuatu yang melekat pada dirinya yang didasarkan pada khazanah kebahasaan Arab yang kemudian terserap menjadi bahagian dari tradisi baik di dalam kehidupan budaya ummat Islam. Abu Chik Diglee namanya lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA.

Abu Chik Diglee dilahirkan disebuah kota kecamatan bernama Aek Kanopan yang sekarang telah menjadi nama dari sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Kabupaten tersebut adalah Labuhan Batu Utara. Abu Chik Diglee memiliki darah campuran Aceh-Jawa, darah Aceh mengalir melalui garis ayah dari pihak kakek (Nek Agam), yaitu Tgk. Muhammad Nasim Paloh, yang berasal dari gampong Paloh Naleung kabupaten Pidie, Kakek Abu Chik Diglee adalah seorang imum tentara pejuang angkatan 45 yang gugur dalam pertempuran melawan penjajahan Belanda dalam rentang wilayah pertempuran antara Geubang dan sungai ular di Sumatera Utara, dalam peristiwa agresi militer kedua yang dilakukan tentara Belanda. Dari garis Nenek (Nek Inong) pihak ayah, Abu Chik Diglee Berdarah Jawa, karena nenek Abu Chik Diglee yang bernama Paini bersuku Jawa, berasal dari Banyumas Jawa Tengah.

Ayah Abu Chik Diglee bernama Soebroto bin Tgk. Muhammad Nasim Paloh, Ayah Abu Chik Diglee adalah mantan sukarelawan pejuang  pembebasan Irian Barat. Ibunya bernama Sukati berdarah ningrat (bangsawan) Jawa, karena kakek Abu Chik Diglee dari pihak Ibu adalah seorang perwira menengah kepolisian yang pernah berdinas di wilayah Gunung Tua dan Aek Kanopan provinsi Sumatera Utara.

Kakek Abu Chik Diglee dari pihak ibu bernama Raden Soepangkat Sastrososilo, yang silsilah nasabnya sampai kepada Sunan Geseng (salah seorang wali di tanah Jawa) dan Kiyai Bagelen, salah seorang tokoh besar dan bangsawan berpengaruh dari kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

Abu Chik Diglee dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1967. Riwayat pendidikan Formal Abu Chik Diglee, Sekolah Dasar, diselesaikan di SD Negeri Langsa Lama, Kota Langsa,  Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Negeri V Langsa, Kota Langsa, Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri Satu Langsa, Kota Langsa. Sarjana Strata Satu diselesaikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ushuluddin dalam bidang Ilmu Perbandingan Agama. Strata Dua dan Strata Tiga diselesaikan di Universitas Islam Sumatera Utara, masing masing dalam bidang Pengkajian Islam dan Hukum Islam.

Pendidikan agama non formal ditempuh oleh Abu Chik Diglee dengan berguru langsung kepada Abu Yusuf Kreutlintang, salah seorang ulama kharismatik Aceh terutama di wilayah Aceh Timur Raya. Abu Chik Diglee belajar  tentangTauhid Ahlusunnah wal jama'ah, yaitu; aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah, fikih mazhab Syafi'i dan fikih empat madzhab serta Bahasa Arab selama enam tahun kepada Abu Yusuf Kreutlintang, Allahu Swt yarham, pada saat beliau menjadi Ketua Majelis Ulama Aceh Timur Raya.

Abu Chik Diglee, melanjutkan pelajaran agamanya pada Ma'had 'Ali, yaitu; Ma'had Hajjah Nuriyah Shabran di Makam Haji Surakarta Jawa Tengah. Bersamaan dengan itu juga  menimba ilmu sebagai Santri Ngalong (santri tidak mondok) di pesantren ma'ahid Jamsaren, mengikuti pendalaman beberapa kitab fikih madzhab Syafi'i seperti kitab Tuhfah, I'anatuthalibin, Mahalli, al Adzkar, Majmu' Syarah al Muhadzab Imam Nawawiy dan lain lain, dibawah asuhan Kiai Haji Mukhtar Salimi dan Kiai Haji Ali Darokah, mantan Ketua Majelis Ulama Jawa Tengah, Allah Swt yarham. Khusus Ilmu Tasawuf, Abu Chik Diglee mendalaminya dari Syekh Kiai Haji Hidayat Cepu dan Syekh Kiai Haji Mukhayan Blora. Keduanya adalah mursyid dan pengamal Thariqat Hadaddiyah.

Abu Chik Diglee juga pernah belajar kepada beberapa ustadz di Langsa pada saat usia remajanya, seperti Ustadz Ambari Gampong Baru, ustadz Abdurrahman Bulan, Tgk. Abdullah Pulo Sampo dan lain lain. Pendidikan lainnya yang pernah ditempuh adalah mengikuti pendidikan lemhanas di Lemhanas Jakarta, dan sekaligus mengikuti Kursus Menembak di Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido Sukabumi.

Riwayat pekerjaan, Abu Chik Diglee, pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa serta menduduki posisi sebagai ketua fraksi dan komisi pada saat menjabat sebagai anggota dewan tersebut.

Abu Chik Diglee, merupakan pimpinan dari MASHRAH, yaitu Majelis Studi Hadits dan Ratib Hadaddiyah Lampoh Ireng yang berkedudukan di gampong Sukajadi-Kebun Ireng, Kecamatan Langsa Lama Pemko Langsa. Abu Chik Diglee, juga merupakan  dosen Pascasarjana di IAIN Langsa, dalam posisi saat ini sebagai Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam di pascasarjana IAIN Langsa.

Abu Chik Diglee, aktif melakukan kegiatan dakwah rutin dan pengajian pada beberapa Masjid dan Mushalla yang ada di kota Langsa, seperti Pengajian Subuh di Masjid Baiturrahim, gampong Payabujok Seuleumak,  masjid Muwahidin gampong Jawa Tengah, Masjid Taqwa Muhammadiyah kota Langsa,  Mushalla Awaliyah gampong Blangseunibong, Mushalla Taqwa gampong Seulalah Baru, Masjid Taqwa Gampong Baru, dan lain lain.

  1. ^ Amiruddin, Yahya Azzawiy (14 September 2020). "Bersama Abu Chik Diglee". azzawiy.id. Diakses tanggal 24 September 2020. 
  2. ^ Muhammad, Sayfrizal (14 Mei 2018). "FKUB Langsa Kutuk Keras Pelaku Pengeboman". realitarakyat.com. Diakses tanggal 24 September 2020. 
  3. ^ Mediaaceh (21 Juni 2017). "Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA Dipilih Menjadi Ketua MPU Kota Langsa". mediaaceh.c. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  4. ^ Kemenag, Aceh (17 April 2014). "Dr. H. Zulkarnaen, MA Buka Rapat Koordinasi FKUB di Kota Langsa". aceh.kemenag.go.id. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  5. ^ Zubir (12 Februari 2020). "Akademisi IAIN Langsa Kritik Pernyataan Ketua BPIP Bahwa Agama Musuh Terbesar Pancasila". aceh.tribunnews.com. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  6. ^ Google, Scholar. "Dr. Zulkarnain, MA (Google Scholar)". scholar.google.co.id. Diakses tanggal 24 September 2020.