Pengguna:Syamlangsa63/Abu Chik Diglee

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mohon jangan gunakan templat "{{Infobox Person}}" di ruang nama pengguna Anda. Gunakan {{Infobox pengguna}}.

Abu Chik Diglee[1], nama lengkapnya Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA (lahir di Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, tanggal 19 Juli 1967, umur 53 tahun). Ia adalah salah seorang Muhaditsun (ulama hadits) di Indonesia dan juga Sufistik.

Pendiri MASHRAH LAMPOH IRENG, yaitu Lembaga Majelis Studi Hadits dan Ratib Haddadiyah Lampoh Ireng Kota Langsa. Ketua Majelis Permusyawaratan (MPU) Kota Langsa tahun 2014-2019, ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Langsa tahun 2010 sampai dengan sekarang.[2] Ia pengajar mata kuliah Hadits - Hadits Ahkam pada program pascasarjana IAIN Langsa[3], penulis buku dan journal ilmiah di samping itu ia juga seorang Da'i yang populer.

Perjalanan Karier[sunting | sunting sumber]

Tgk. H. Dr. Zulkarnain, MA. atau dikenal juga sebagai Abu Chik Diglee di kecamatan Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Ia memiliki darah campuran Aceh-Jawa, darah Aceh mengalir melalui garis ayah dari pihak kakek, yaitu Tgk. Muhammad Nasim Paloh, seorang pejuang Angkatan '45 yang berasal dari gampong Paloh Naleung, Titie, Pidie. Dari garis nenek pihak ayah, yaitu Paini yang bersuku Jawa, berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.

Ayah Abu Chik Diglee bernama Soebroto bin Tgk. Muhammad Nasim Paloh, Ayah Abu Chik Diglee adalah mantan sukarelawan pejuang pembebasan Irian Barat. Ibunya bernama Sukati berdarah ningrat (bangsawan) Jawa, karena kakek Abu Chik Diglee dari pihak Ibu adalah seorang perwira menengah kepolisian yang pernah berdinas di wilayah Gunung Tua dan Aek Kanopan provinsi Sumatera Utara.

Kakek Abu Chik Diglee dari pihak ibu bernama Raden Soepangkat Sastrososilo, yang silsilah nasabnya sampai kepada Sunan Geseng (salah seorang wali di tanah Jawa) dan Kiyai Bagelen, salah seorang tokoh besar dan bangsawan berpengaruh dari kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

Abu Chik Diglee dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1967. Riwayat pendidikan Formal Abu Chik Diglee, Sekolah Dasar, diselesaikan di SD Negeri Langsa Lama, Kota Langsa, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Negeri V Langsa, Kota Langsa, Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri Satu Langsa, Kota Langsa. Sarjana Strata Satu diselesaikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ushuluddin dalam bidang Ilmu Perbandingan Agama. Strata Dua dan Strata Tiga diselesaikan di Universitas Islam Sumatera Utara, masing masing dalam bidang Pengkajian Islam dan Hukum Islam.

Pendidikan agama non formal ditempuh oleh Abu Chik Diglee dengan berguru langsung kepada Abu Yusuf Kreutlintang, salah seorang ulama kharismatik Aceh terutama di wilayah Aceh Timur Raya. Abu Chik Diglee belajar tentangTauhid Ahlusunnah wal jama'ah, yaitu; aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah, fikih mazhab Syafi'i dan fikih empat madzhab serta Bahasa Arab selama enam tahun kepada Abu Yusuf Kreutlintang, Allahu Swt yarham, pada saat beliau menjadi Ketua Majelis Ulama Aceh Timur Raya.

Abu Chik Diglee, melanjutkan pelajaran agamanya pada Ma'had 'Ali, yaitu; Ma'had Hajjah Nuriyah Shabran di Makam Haji Surakarta Jawa Tengah. Bersamaan dengan itu juga menimba ilmu sebagai Santri Ngalong (santri tidak mondok) di pesantren ma'ahid Jamsaren, mengikuti pendalaman beberapa kitab fikih madzhab Syafi'i seperti kitab Tuhfah, I'anatuthalibin, Mahalli, al Adzkar, Majmu' Syarah al Muhadzab Imam Nawawiy dan lain lain, dibawah asuhan Kiai Haji Mukhtar Salimi dan Kiai Haji Ali Darokah, mantan Ketua Majelis Ulama Jawa Tengah, Allah Swt yarham. Khusus Ilmu Tasawuf, Abu Chik Diglee mendalaminya dari Syekh Kiai Haji Hidayat Cepu dan Syekh Kiai Haji Mukhayan Blora. Keduanya adalah mursyid dan pengamal Thariqat Hadaddiyah.

Abu Chik Diglee juga pernah belajar kepada beberapa ustadz di Langsa pada saat usia remajanya, seperti Ustadz Ambari Gampong Baru, ustadz Abdurrahman Bulan, Tgk. Abdullah Pulo Sampo dan lain lain. Pendidikan lainnya yang pernah ditempuh adalah mengikuti pendidikan lemhanas di Lemhanas Jakarta, dan sekaligus mengikuti Kursus Menembak di Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido Sukabumi.

Riwayat pekerjaan, Abu Chik Diglee, pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa serta menduduki posisi sebagai ketua fraksi dan komisi pada saat menjabat sebagai anggota dewan tersebut.

Abu Chik Diglee, merupakan pimpinan dari MASHRAH, yaitu Majelis Studi Hadits dan Ratib Hadaddiyah Lampoh Ireng yang berkedudukan di gampong Sukajadi-Kebun Ireng, Kecamatan Langsa Lama Pemko Langsa. Abu Chik Diglee, juga merupakan dosen Pascasarjana di IAIN Langsa[4], dalam posisi saat ini sebagai Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam di pascasarjana IAIN Langsa.

Abu Chik Diglee, pernah menjadi anggota dan juga Ketua Majelis Permusyawarahan Ulama Kota Langsa[5], dan sekarang menjabat sebagai Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Langsa[6].

Abu Chik Diglee juga menulis pada azzawiy.id dalam rubrik Sinopsis Abu Chik Diglee, "Ufuk Langit Batin Sufistik", sinopsis Abu Chik Diglee, Insya Allah terbit setiap hari pada azzawiy.id. Selain itu, ceramah Abu Chik Diglee diterbitkan oleh youtube Atsarul Ahsan[7].

Pemikiran Sufistik[sunting | sunting sumber]

Kajian Sufistik[sunting | sunting sumber]

Ratib Haddadiyah.Ratib berasal dari bahasa Arab rattaba-yartubu-ratban Wa rutuuban yang artinya adalah tsabata (tetap) atau lam yataharrak (tidak bergerak). Isim Faa'ilnya, raatib dan jamak taksirnya rawaatib, artinya, yang tetap, yang mengikuti atau yang tidak bergerak. kata ratib juga bisa berasal kata tarattaba -yatarattabu - tarattuban artinya menjadi tetap, mengikuti wazan tafa'ala yang mengandung maksud muthaawa'ah atau menjadi. Dalam hal ini artinya menjadi tetap atau menjadi kokoh.

Di dalam terminologi sufistik, ratib artinya penjagaan secara teratur untuk melindungi seseorang atau sesuatu (tertibul harsi lilhimaayati).

Pada intinya, ratib adalah berdzikir kepada Allah swt untuk mengingat-Nya secara terus menerus dan istiqamah. Ratib juga dapat dimaknai himpunan ayat ayat al Qur'an dan untaian kalimat kalimat dzikir serta shalawat yang lazim diwariskan atau diucapkan berulang-ulang, sebagai salah satu bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ratib Haddadiyah adalah ratib yang dibangsakan kepada al-'Alamah al-Sayid 'Abdullah bin Alawi al-Haddad al-'Alawi al-Husaini, yang akrab dipanggil al-Habib 'Abdullah al-Haddad, seorang ulama yang dilahirkan pada malam Senin, 5 Shafar tahun 1044.H.di Subair, pinggiran kota Tarim, sebuah kota terkenal di Hadhramaut - Yaman Selatan. Beliau wafat pada malam Selasa menjelang fajar pada tanggal 7 Dzulqa'idah tahun 1132.H. dalam usia 88 tahun, dimakamkan di Zambal, di pemakaman keluarga dan leluhurnya. Ilmu tentang ratib Haddadiyah ini, diterima oleh Abu Chik Diglee melalui gurunya Syekh Kiai Haji Hidayat Cepu dan Syekh Kiai Haji Mukhayan Blora, serta memperoleh ijazah 'Ammah (ijazah secara umum) dari al Syekh al-Habib al-Mursyid Muhammad Luthfi 'Ali bin Yahya Pekalongan, pada tanggal 16 Dzulqa'idah 1423.H. bertepatan dengan tanggal 18 Februari tahun 2003 M.

Keutamaan ratib dzikir telah dijelaskan di dalam al Alqur'an pada banyak ayat.Misalnya pada surat Ali Imran ayat, 41, al Ahdzab ayat 42, al Dzukhruf ayat 36, di dalam hadits hadits, misalnya di dalam hadits riwayat imam al Hakim dari sahabat Abu Sa'id al Khudriy.

Abu Chik Diglee (Tgk.H.Dr, Zulkarnain, MA) memilih dzikir khafiy dengan suara tersembunyi dan lirih sesuai dengan surat al 'Araf ayat 205 dan hadits riwayat imam Ahmad dari sahabat Sa'ad Bin Malik.

Manfaat ratib dzikir berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh imam al Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi saw bersabda :." Sesungguhnya Allah swt memiliki Malaikat yang berkeliling di banyak jalan mencari orang orang yang berdzikir, jika mereka menemukan orang orang yang sedang berdzikir menyebut nama Allah swt, maka para Malaikat itu memanggil-manggil, mari ke sini, dan termalah kebutuhan kalian, para Malaikat melayang layang dengan sayap mereka turun ke langit dunia."

Di dalam hadits yang lain, imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, dimana Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya bagi diriku ucapan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan hauqalah itu lebih aku sukai dari pada semua yang berada di bawah sinar matahari.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam al Tirmidzi, dari sahabat Anas bin Malik, Nabi saw bersabda: "Sungguh tahmid tasbih, tahlil, dan takbir itu dapat menggugurkan dosa dosa hamba seperti gugurnya dedaunan (kering) dari pohonnya."

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Abu Chik Diglee, memiliki seorang istri, bernama Dra. Neneng Fifi Indriany dan dikaruniai tiga orang anak laki laki, masing masing bernama Althaf Revi Kanitra (anak sulung), alumnus Universitas Negeri Brawijaya - Malang, jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Qad Jaffal Qalam(anak kedua), alumnus Universitas Muhammadiyah Malang, jurusan hukum, dan Tsabit Qalbi Taghaffar (anak bungsu), sedang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, fakultas Sosial Politik, jurusan Hubungan Internasional.

Karya[sunting | sunting sumber]

  • Zulkarnain, Konsep 'Azimah Dan Rukhshah Dalam Hadis Hadis Nabi saw Studi Tentang Pemahaman Kontekstualisasi Hukum (Bandung :.Cita Pustaka Media Perintis, 2010, ISBN 976-602-8826-73-0)
  • Zulkarnain, Hadis Hadis Ahkam Alienation (Bandung :Cita Pustaka Media Perintis, 2014, ISBN 978-602-9377-86-6
  • Zulkarnain, Kearah Pribumisasi Hukum Pidana Islam Di Aceh Kajian Hadis Jinayat dan Hukum Jinayat (Bandung:Cipta Pustaka Media Perintis, 2015, isbn 978-602-6970-22-0
  • Zulkarnain, Indeks Sanad Hadis Msjhul/Mubham Dan Mastur (Langsa: Data Printing, 2019, ISBN 978-325-60282-3-3
  • Zulkarnain, Dinamika Madzhab Shafi'i Dengan Cara Aceh:Studi Tentang Praktik Madzhab di Kalangan Tokoh Agama, Journal Ijtihad, Vol. 15. Nomor 2 Desember 2015.Penerbit IAIN Salatiga, ISSN 1411-9544, E-ISSN 2477-.8036, DOI:10.183261

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Pemikiran Sufistik Abu Chik Diglee". afnews.co.id (dalam bahasa Inggris). 2020-10-12. Diakses tanggal 2020-10-12. 
  2. ^ Kemenag, Aceh (17 April 2014). "Dr. H. Zulkarnaen, MA Buka Rapat Koordinasi FKUB di Kota Langsa". aceh.kemenag.go.id. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  3. ^ Zubir (12 Februari 2020). "Akademisi IAIN Langsa Kritik Pernyataan Ketua BPIP Bahwa Agama Musuh Terbesar Pancasila". aceh.tribunnews.com. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  4. ^ "Umat Beragama Di NKRI Tak Akan Mengkhianati Pancasila". Waspada.id. 2020-02-12. Diakses tanggal 2020-10-01. 
  5. ^ Putra (7 April 2018). "MPU Langsa dorong persatuan dan kesatuan umat". aceh.antaranews.com. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  6. ^ Tia (27 Juni 2019). "Kesbangpol Langsa Gelar Dialog Penguatan FKUB Dengan Mitra Strategis". afnews.co.id. Diakses tanggal 26 September 2020. 
  7. ^ Atsarul, Ahsan (2020). "Atsarul Ahsan Youtube Channel". youtube.com. Diakses tanggal 26 September 2020. 

Pranala Luar[sunting | sunting sumber]