Lompat ke isi

Integrasi sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 November 2020 10.19 oleh Maulana.AN (bicara | kontrib) (Penambahan referensi dan perbaikan penulisan)

Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Integrasi berasal dari bahasa inggris integration yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam sosiologi, integrasi sosial berarti proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalamke hidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.[1] Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.

Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :

  • Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
  • Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).

Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata sosial.

Bentuk Integrasi Sosial

  • Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertaya ciri khas kebudayaan asli.
  • Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
    • contoh : Sekaten, akulturasi antara budaya Jawa, Islam dan Hindu

Faktor pendorong

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinnya integrasi sosial dalam masyarakat majemuk yang berbeda latar belakang kebudayaannya, menurut Soerjono Soekanto, yaitu: [2]
1. Sikap toleransi diantara kelompok-kelompok yang berada dalam suatu masyarakat;
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi;
3. Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh masyarakat lain dengan mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing;
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, yang antara lain diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang sama bagi golongan minoritas dalam berbagai bidang kehidupan sosial;
5. Pengetahuan akan persamaan unsur-unsur dalam kebudayaan masing-masing kelompok melalui berbagai penelitian kebudayaan khusus (subcultures);
6. Melalui perkawinan campuran antar berbagai kelompok yang berbeda kebudayaan, dan;
7. Adanya ancaman musuh bersama dari luar kelompok-kelompok masyarakat tersebut yang menyebabkan kelompok-kelompok yang ada mencari suatu kompromi agar dapat bersama-sama menghadapi musuh dari luar yang membahayakan masyarakat.

Syarat keberhasilan integrasi sosial

1. Untuk meningkatkan integrasi sosial setiap individu harus dapat mengendalikan perbedaan atau konflik yang terdapat pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.

2. Tiap warga masyarakat harus saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.

3. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial untuk menjadi pedoman hidup bermasyarakat.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Eka Hendry Ar (2013). "Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multi Etnik" (PDF). Walisongo. 21 (1): 194. 
  2. ^ Gunsu Nurmansyah, Nunung Rodliyah, Becca Ayu Hapsari (2019). Pengantar Antropologi, Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Aura Publisher. hlm. 128–129. ISBN 978-623-211-107-3.