Barongan (mitologi)
Barongan (mitologi) | |
---|---|
Nama lain | Barong |
Asal | |
Mitologi | Mitologi Bali dan Jawa |
Negara | Indonesia |
Daerah | Jawa dan Bali |
Barongan[1] atau Barong, adalah figur dalam mitologi Bali dan Jawa. Penampilannya digambarkan dalam berbagai bentuk samaran seperti binatang, dan yang paling terkenal dan dipuja dari semuanya adalah figur makhluk berkaki empat atau berkaki dua dengan kepala singa.
Sebagai pemimpin pasukan kebaikan, ia bertempur melawan ratu iblis, Rangda. Alur cerita mitologis ini merupakan dasar dari tarian kostum ritual, yang sangat populer di kalangan orang Bali dan para penduduk di beberapa daerah Jawa.
Barongan di Indonesia
Figur Barongan mulai dikenal di Bali dan di bagian timur Jawa pada saat sebagian besar populasi di pulau-pulau ini masih menganut keyakinan animisme. Sebagai bukti akar animisme dari figur Barongan ini, para peneliti mempertimbangkan istilah etimologi dari namanya, yang dihubungkan dengan kata Beruang dalam bahasa Bali Lama dan bahasa Kawi ("bakhruang", "baruang"[a]), begitu pula dengan figurnya yang mirip dengan hewan. Dalam mitos yang berkembang di antara para penduduk di berbagai wilayah di Bali dan Jawa, Barongan digambarkan sebagai makhluk berkaki dua atau empat dengan figur kepala yang mirip dengan berbagai jenis hewan —seekor beruang, babi hutan, anjing, kerbau, gajah, atau harimau— meskipun lebih sering digambarkan dengan kepala singa, yang dalam berbagai mitos digambarkan sebagai "raja hutan". Menurut salah satu legenda, Barongan pada awalnya memiliki wajah layaknya orang normal, tetapi kemudian diubah menjadi kepala hewan oleh peri hutan sebagai pembalasan untuk pelecehan seksual yang dilakukannya.[2][3]
Barongan adalah karakter utama dalam legenda Jawa-Bali, sebagai perwujudan dari nilai-nilai kebaikan dan keadilan. Ia memimpin kekuatan yang baik dalam pertempuran tanpa henti melawan kekuatan kejahatan —pasukan setan— yang dipimpin oleh sosok yang mereka sebut "ibu", ratu iblis Rangda, yang digambarkan sebagai seorang wanita tua yang jelek dengan mata yang menonjol dan taring panjang. Konfrontasi antara Barongan dan Rangda adalah salah satu alur cerita utama dalam sebuah epik mitologi lokal, yang tanpa disengaja memiliki hubungan dengan tokoh yang benar-benar nyata, yaitu penguasa Bali-Jawa pada abad ke-11, Airlangga. Dalam pertempuran yang menentukan dengan Rangda, Barongan masuk atas permintaan Airlangga. Airlangga sendiri, sebelumnya telah mengalahkan segerombolan iblis, dan mengubah sisa-sisa tentaranya menjadi sekutu yang brutal. Rangda, dengan bantuan ilmu hitam, menenggelamkan para prajurit yang menyertai Barong dan membuat mereka kerasukan untuk melakukan bunuh diri massal —ia mengontrol para prajurit Barongan agar menusukkan keris ke dada mereka sendiri— tetapi digagalkan oleh Barongan, yang juga menguasai ilmu hitam, membuat anak buahnya menjadi kebal dan pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan ratu iblis Rangda.[4][5][6][7]
Jenis barongan
Jenis-jenis barongan yang terdapat di Indonesia, di antaranya:
- Barong Bali, dari Bali
- Barongan Dencong, dari Jepara
- Ondel-Ondel, Jakarta
- Badawang, tradisi Suku Sunda dari Jawa Barat
- Burokan, berwujud Buraq dari Cirebon
- Bebegig Sumantri, dari Ciamis
- Barongan Singo Karya, dari Demak
- Barongan Gembong Amijoyo, dari Blora
- Barongan Gembong Kamijoyo, dari Kudus
- Barong Loreng Gonteng, dari Kendal
- Warak ngendok, dari Semarang
- Barong Gondorio, dari Grobogan
- Barong Kemiren, dari Banyuwangi
- Barongan Juwangi, dari Boyolali
- Hudoq, dari Kalimantan Timur
- Reog Ponorogo, dari Ponorogo
- Reog Banjarharjo, dari Brebes
- Reog Kendang, dari Tulungagung
- Reog Sunda, dari Bandung
- Barongan Juwangi, dari Boyolali
- Singo Ulung, dari Bondowoso
Dalam budaya populer
Figur Barongan sangat terkenal dalam kebudayaan rakyat Bali, begitu pula di kalangan orang Jawa. Bagi orang-orang Bali, dan juga bagi mereka yang hidup di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia digambarkan sebagai pelindung rakyat, suri teladan, simbol keberuntungan dan kemakmuran. Gambar ukiran atau pahatan dari Barongan —yang terkadang memiliki ukuran yang cukup mengesankan— sering ditempatkan di dinding, pintu masuk rumah, atau institusi publik sebagai penjaga melawan kekuatan jahat.[2][7]
Pertempuran Barongan dengan Rangda adalah subjek utama dalam tarian populer di teater yang disebut "tarian Barong" atau "barongan".[b] Mereka yang berperan sebagai Barongan akan menggunakan atribut berwarna-warni yang dibuat dari kayu, kain, bulu, daun kelapa dan bahan lainnya, biasanya didorong oleh dua penari dari bawah —salah satu dari mereka mengendalikan topeng Barongan (di sebagian besar wilayah Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; topeng ini memiliki moncong berupa singa dengan surai tebal dan jenggot, tetapi beberapa daerah menggunakan hewan yang berbeda), sedangkan orang yang lainnya akan mengendalikan tubuh Barongan. Berputar-putar dalam tarian yang cepat, para pemeran Barongan dan Rangda bergantian menginjak satu sama lain dikelilingi oleh penari yang diibaratkan sebagai tentara Airlangga, sedangkan yang lainnya, dipersenjatai dengan keris untuk menggambarkan usaha bunuh diri. Pementasan tersebut biasanya disertai dengan permainan gamelan.[2][3][5] Pada bulan Desember 2015, tarian Barongan, bersama dengan delapan tarian rakyat Bali lainnya dimasukkan dalam pendahuluan Daftar Warisan Budaya Takbenda Manusia Indonesia oleh UNESCO.[8][9]
Pada awalnya, tarian Barongan murni merupakan ritual karakter: di Bali, topeng Barongan dan Rangda secara tradisional disimpan di Candi Hindu, penggunaan mereka didahului oleh berbagai ritus mistik. Namun, seiring waktu, sebagian besar telah menjadi acara hiburan dan sekarang secara sistematis disertakan dalam program berbagai festival budaya dan secara aktif dipopulerkan sebagai objek wisata, meski persiapannya biasanya masih disertai dengan ritual tertentu. Selain itu, topeng dan berbagai gambar dari Barongan —misalnya T-shirt— umumnya dikenal di Bali sebagai suvenir untuk para wisatawan.[10][11] Barongan juga menjadi objek dalam permainan Digimon, yang mempunyai karakter bernama Baromon (atau Baronmon) yang dinamakan menurut Barongan Bali. Persona 3 dapat memanggil Persona Barong. Persona 4 dan 5 juga dapat melakukan hal serupa.[12].
Referensi
Catatan
- ^ Dalam bahasa Indonesia modern, kata ini terdengar seperti "beruang" (bahasa Indonesia: beruang.
- ^ Kata Barongan juga merujuk kepada kostum Barong yang merupakan atribut penting dari tarian ini.
Catatan kaki
- ^ Kamus Besar Bahasa Rusia-Indonesia 1990, hlm. 90.
- ^ a b c Pogadaev 2012, hlm. 95.
- ^ a b Slattum 2013, hlm. 99.
- ^ Pogadaev 2012, hlm. 95-545.
- ^ a b "Балийская мифология" (dalam bahasa Rusia). Diakses tanggal 7 Oktober 2016.
- ^ "Barong" (dalam bahasa Inggris). Encyclopædia Britannica Online. Diakses tanggal 5 Oktober 2016.
- ^ a b "Баронг — покровитель балийских деревень" (dalam bahasa Rusia). Восточный стиль. Diakses tanggal 5 Oktober 2016.
- ^ "Three genres of traditional dance in Bali" (dalam bahasa Inggris). UNESCO. Diakses tanggal 10 Oktober 2016.
- ^ Ni Komang Erviani (4 Desember 2015). "9 Balinese dances make UNESCO heritage list" (dalam bahasa Inggris). The Jakarta Post. Diakses tanggal 10 Oktober 2016.
- ^ Picard 2006, hlm. 241.
- ^ Wahyu Setyo (23 Oktober 2015). "Sahadewa, Panggung Pertunjukan Tari Barong di Bali". Detik. Diakses tanggal 7 Oktober 2016.
- ^ "Desain Abadi, T-Shirt Motif Barong tetap Miliki Pasar". Bisnis Bali. 20 September 2016. Diakses tanggal 7 Oktober 2016.
Daftar pustaka
- Lansing, J. Stephen (1995). The Balinese. San Diego: Harcourt Brace College Publishers. ISBN 978-0-15-500240-1.
- Slattum, Judy (2011). Masks of Bali: Spirits of an Ancient Drama. San Francisco: Tuttle Publishing. ISBN 978-0804841849.
- R. N. Korigodskij, O. N. Kondraškin, B. I. Zinovev, V. N. Loŝagin. (1990). Kamus Besar Bahasa Rusia-Indonesia. 1. М.
- Pogadaev, Victor (2012). The Malay world (Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapore). Lingvostranovedchesky dictionary. М.: Vostochnaya Kniga. ISBN 978-5-7873-0658-3.
- Judy Slattum (2013). Balinese Masks: Spirits of an Ancient Drama. Hong Kong: Tuttle Publishing. ISBN 9781462906093.
- Michel Picard (2006). Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799100580.