Lompat ke isi

Warkop DKI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Desember 2020 08.21 oleh FBN122645 (bicara | kontrib) (// Edit via Wikiplus)
Berkas:Warkop Dono Kasino Indro.jpeg
Warkop DKI

Warkop DKI adalah grup lawak legendaris Indonesia. Grup lawak ini merupakan kelanjutan dari grup lawak Warkop Prambors setelah salah satu anggotanya, yaitu Nanu Mulyono mengundurkan diri.

Sejarah

Acara Radio

Group ini bermula dari sebuah acara radio yang digagas oleh Temmy Lesanpura, seorang produser hiburan radio Prambors di Jakarta. Saat itu adalah tahun 1973, dimana Temmy bertemu dengan Kasino, Nanu Mulyono, dan Rudy Badil, mahasiswa UI yang memang terkenal suka ngelucu di depan teman-temannya. Temmy yang mengepalai Radio Prambors berhasil meyakinkan ketiganya untuk mengisi acara setiap hari kamis malam pada jam 20.30 sampai 21.15 WIB. Tak ada persiapan apapun, tetapi karena memang mereka menghibur dengan hati dan otak, ide-ide lawakan selalu muncul sebelum mereka siaran. Acara yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi” tersebut terbukti bisa menarik perhatian para pendengar.

Setahun kemudian (1974), Dono, seorang rekan mereka di UI bergabung bersama grup lawak tersebut. Mereka berempat cukup dikenal oleh penggemar radio Prambors dengan lawakannya yang segar dan berisi. Pada tahun 1976, Indro, seorang Mahasiswa Pancasila yang paling muda usianya diajak bergabung. Kelimanya kemudian dikenal sebagai punggawa acara Warkop Prambors yang populer di radio tersebut pada medio 1970an tersebut. Saat itu Warkop beranggotakan lima orang yaitu Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro sangat ramai diperbincangkan oleh publik, hingga akhirnya mereka ditawari untuk tampil di panggung.

Dunia Panggung

Mereka mendapat banyak tawaran dalam berbagai kesempatan tampil di acara hiburan panggung. Lawakan mereka yang berkelas mahasiswa, tidak kampungan, ataupun pasaran, membuat mereka tampil beda dibanding grup-grup lawak lainnya yang telah lebih dahulu populer di tanah air.

Mundurnya Rudy Badil

Sayang pencapaian grup Warkop hingga kemudian menjadi terkenal dan menjadi legenda tidak dilalui bersama-sama oleh kelima anggotanya. Pada saat sudah naik di atas panggung, Rudy Badil selalu mengalami demam panggung yang tak bisa diatasinya. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Warkop lantaran merasa demam panggung tersebut. Keempat rekannya meneruskan kiprah impian mereka dalam berbagai kesempatan yang mereka peroleh dalam dunia hiburan panggung, yang kemudian berlanjut pada rekaman kaset, dan film. Mundurnya Rudy Badil membuat ia sebagai satu-satunya anggota yang tidak terlibat dalam satupun film yang dibintangi oleh para anggota Warkop.

Kaset Rekaman dan Film

Kesuksesan dalam panggung kemudian membawa keempat personil ini masuk ke dunia rekaman kaset lawak yang mereka bawakan. Lawakan berkelas dan diselingi lagu-lagu jenaka menjadi ciri khas mereka. Kesuksesan dalam rekaman membawa mereka pada tawaran masuk ke dunia film. Film pertama yang mereka bintangi dalam bendera Warkop Prambors adalah film komedi yang berjudul “Mana Tahan”. Film tersebut rilis pada tahun 1979 yang juga menampilkan beberapa artis terkenal masa itu seperti: Rahayu Effendi, Kusno Sudjarwadi, dan Elvie Sukaesih. Kesuksesan film tersebut menyebabkan berlanjutnya tawaran film-film bergenre komedi berikutnya kepada mereka.

Mundurnya Nanu

Namun perjalan karier itu hanya diikuti oleh Kasino, Dono, dan Indro saja. Nanu Mulyono, setelah sempat membintangi film Mana Tahan bersama mereka, memutuskan mengundurkan diri. Ditinggal Nanu, Warkop hanya terdiri dari tiga orang dan grup lawak ini masih berjalan seperti biasa. Meskipun hanya bertiga, dipimpin oleh Kasino, mereka masih tetap bisa menghibur para penggemarnya. Ketiganya kemudian bahkan semakin berkibar dengan rentetan film-film komedi yang meledak di pasaran.

Untuk mengisi peran yang ditinggalkan Nanu, Warkop Prambors pada beberapa film mereka di awal tahun 1980-an sempat beberapa kali menggunakan beberapa pemain pembantu yang bisa mengimbangi mereka bertiga sebagai tokoh sentral komedi. Diantaranya adalah Dorman Borisman dan Mat Solar. Namun dalam perkembangannya mereka akhirnya lebih memilih tampil bertiga saja sebagai pemeran utama dan tokoh sentral dalam film-film berikutnya. Popularitas mereka bertiga semakin populer lewat film-filmnya yang semakin dikenal dan dicintai masyarakat.

Di luar Warkop, Nanu sempat membintangi sebuah film lain berjudul “Rojali dan Juleha” pada tahun yang sama. Setelah membintangi film itu, Nanu kemudian menghilang dari dunia hiburan. Ia menderita sakit yang cukup parah hingga akhirnya meninggal pada 22 Maret 1983 di usia 30 tahun karena penyakit sakit kanker ginjal. Nanu dimakamkan di taman pemakaman umum Tanah Kusir.

Warkop DKI

Dalam perkembangannya, mereka menpertimbangkan bila mereka terus memakai nama Prambors, maka mereka harus terus mengirim royalti kepada pemilik nama aslinya, Radio Prambors. Maka akhirnya memutuskan mengubah namanya menjadi Warkop DKI (Dono-Kasino-Indro) untuk menghentikan praktik upeti tersebut.

Personil

Personil Tambahan

12 Album Lawak Warkop DKI

12 Daftar Album Komplit Lawakan Warkop Prambors / Warkop DKI 1979-1988

Warung Kopi Prambors (Cangkir Kopi) Pramaqua, Tahun 1979

Ini album pertama Warung Kopi Prambors dengan sampul secangkir kopi yang dirilis Pramaqua pada tahun 1979. Terdiri atas Nanu, Kasino, Dono dan Indro.

Diangkat dari pertunjukan Warkop di Palembang pada tahun 1979 serta di studio Gelora Seni. Joke reading mendominasi isi kaset ini. Mereka terampil melempar folklorik etnik.

Pramaqua memberi flatpay sebesar Rp 10 juta untuk Warkop. Jumlah yang besar jika dibandingkan saat Pramaqua membayar album perdana God Bless (1976) sebesar Rp 5 juta. Kaset ini laku sebanyak 260 ribu keping melampaui penjualan LCLR Prambors 1977 dan Badai pasti Berlalu.

Kaset ini cukup ngetop lawakannya karena ada jokes tentang suku seperti: orang jawa sendirian-main perkutut, kalo berdua-cari kutu, bertiga berempat-klenengan, lebih dari lima enam-transmigrasi. Orang batak sendirian-nyanyi solo, berdua-main catur, bertiga-main halma, berempat-tari tortor, lebih dari empat lima enam–pintu jendela harap ditutup.

Warung Kopi Prambors (Warung Tenda) Pramaqua, Tahun 1979

Dengan illustrasi warung tenda, Album kedua Warkop Prambors kian memantapkan diri sebagai pelawak dengan ketrampilan melahirkan sindiran dalam bentuk jokes. Baron Ahmadi menuliskan beberapa kisah humor. Warkop pun mulai melakukan parodi lagu diantranya memplesetkan lagu “Kidung” karya Chris Manusama. Musik digarap Abadi Soesman dan Ian Antono dari God Bless serta Orkes Keroncong Irama Jemblem. Warkop bereksperimen memadukan musik rock dan keroncong. Di album ini Pramaqua menaikkan harga Warkop menjadi Rp 25 juta per album.

Warung Kopi Prambors & OM PSP (Warkop PSP HUT TVRI ke 16) DD Record, Tahun 1979

Diangkat dari acara memperingati Hari Ulang Tahun ke 16 TVRI pada tahun 1978 yang mempertemukan Warkop Prambors dan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks. Kolaborasi ini seperti reuni almamater Universitas Indonesia. Kasino dan Dono berduet lewat lagu “Saudara” yang pernah dipopulerkan penyanyi dangdut Ellya Khadam serta lagu “Siksa Kubur” yang dipopulerkan Ida Laila

Kaset ini adalah berisi lagu atau nyanyian yang diselingi lawakan antara dua Grup yang sama – sama mengocok perut anda, sebagian isi lagu dalam kaset ini sudah beredar dalam CD / kaset the best PSP atau WARKOP. Tapi lawakan nya tidak dimasukan dan hanya ada di kaset album ini saja.

Warung Kopi Prambors (Mana Tahan) Purnama Record, Tahun 1980

Walaupun muka Nanu terlihat pada sampul kaset, namun ini merupalan kali pertama Warkop Prambors tampil bertiga setelah Nanu bersolo karier dengan membintangi film “Rojali dan Juleha”. Tetap menamilkan puspa ragam lelucon yang dipadu lagu-lagu yang diangkat dari soundtrack film “Mana Tahan” dengan musik yang digarap Yockie Suryoprayogo dan Abadi Soesman. Penulis humor Arwah Setiawan bersama Yusuf Lubis, Tejo dan Kasino didapuk sebagai tim penulis naskah humornya.

Setelah sukses membintangi film nya maka keluarlah kaset soundtrack dengan judul yang sama, tapi di kaset ini suara NANU udah nggak ada karena ia sudah keluar dari WARKOP PRAMBORS dan disampul masih terpampang tampangnya NANU, Nanu sibuk dengan solo kariernya dan membintangi film ROJALI & JULEHA disaat warkop sibuk membuat film keduanya dan additional dipakailah DORMAN DORISMAN untuk lakon batak bahkan MAT SOLAR menjadi peran ‘orang budek

NANU sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir, maka WARKOP PRAMBORS tinggalah bertiga KASINO, DONO, INDRO.

Warung Kopi Prambors (Dokter Masuk Desa) Purnama Record, Tahun 1981

Dikaset ini untuk pertama kali Warkop Prambors hadir dengan naskah humor yang tematik. Mereka tidak lagi mengandalkan joke reading. Dengan tajuk “Dokter Masuk Desa”, Warkop menggali kisah lucu diseputar dokter yang melayani masyarakat desa. Warkop meniru gaya Sambrah yang melibatkan spontanitas penonton sebagai bagian dari cerita.

Di kaset ini tugas para personil Warkop sudah jelas setiap orang ada peran nya masing2, Indro berperan sebagai Dokter, Kasino dan Dono berperan sebagai orang kampung yang usil dan jail.

Warkop Prambors & Sri Mulat (Gerhana Asmara) JAL Record, Tahun 1982

Warkop berkolaborasi dengan kelompok lawak tradisional Sri Mulat yang menurunkan pemain seperti Gepeng, Tarsan, Asmuni, Basuki dan Jujuk. Cerita yang mengambil kisah romansa ini memperlihatkan ketrampilan dua kelompok lawak ini dalam pola interaksi yang responsive, walau keduanya memiliki latar belakang gaya humor yang berbeda.

Untuk kedua kalinya WARKOP bekerja sama dengan group lain kali ini bersama SRIMULAT. Dikaset ini Warkop masuk kedalam gaya nya Srimulat. Sebenarnya lawakan di film dan di kaset sangat lah berbeda, di film pada periode awal Warkop lebih ringan dan orang ga perlu berpikir dalam menonton film. kalau dikaset orang di ajak untuk berpikir.

Warkop Prambors (Pingin Melek Hukum) Insan Record, Tahun 1985

Indro berperan sebagai mahasiswa Fakultas Hukum yang memberikan penyuluhan hukum pada masyarakat.Sindiran terhadap dunia hukum serta masalah korupsi menjadi materi humor yang memenuhi lakon cerita.Penulis humor Tri Sakeh dan kartunis Johnny Hidayat menuliskan naskah ceritanya.Salah satu lakon lawak terbaik Warkop.

Warkop Prambors (Semua Bisa Diatur) JAL Record, Tahun 1983

Dengan mengambil jargon yang saat itu kerap diucapkan Wakil Presiden Adam Malik “Semua Bisa Diatur”, Warkop kali ini bertutur tentang seorang Lurah yang baru diangkat sebagai Lurah Desa. Indro berperan sebagai Lurah. Kasino dan Dono memerankan orang desa yang lugu tapi jahil. Humor bernuansa kritik sosial bertebaran disana-sini.

Kaset bercerita tentang Lurah Baru, di awal nya Kasino monolog tentang sunatan massal, tentang tas kulit dari hasil sunatan maka banyak lelucuan segar yang keluar.

Lagi lagi Indro di tunjuk sebagai Lurah dan sebelumnya sebagai Dokter di kaset “ Dokter Masuk Desa “. Eh… kaset ini ada MIING DEDI GUMELAR [Bagito] sebagai warga yang suka nyeletuk, Miing emang bekerja di jajaran manajemen Warkop sebagai asisten kala itu.

Warung Kopi Prambors (Pokoknya Betul) JAL Record, Tahun 1984

Indro dan Dono berlibur ke Bali dan bersua dengan Kasino yang berperan sebagai orang Bali. Kasino berhasil memerankan orang Bali dengan bagus terutama meniru kegagalan sebagian besar orang Bali saat melafalkan kata yang dimulai dengan huruf T secara sempurna.Disinilah untuk pertamakali muncul OM Pengantar Minum Racun sebagai pengiring Warkop memparodikan lagu “Flashdance What A Feeling” dan “I Don’t Want To Talk About It”.

Kaset yang bercerita Indro Dan Dono yang pergi Ke Bali dan Kasino sebagai orang balinya

Warung Kopi Prambors (Sama Juga Bohong) Sokha Record, Tahun 1986

Album ini berisikan soundtrack yang terdapat pada film “Sama Juga Bohong” yang musiknya digarap Franki Raden. Selain Warkop,sederet penyanyi sohor saat itu ikut tampil disini seperti Gito Rollies,Farid Hardja dan Nuri Amalia. Franki Raden bahkan menulis lagu khusus untuk Warkop bertajuk “Robot Robot”. Pemusik jazz seperti Gilang Ramadhan dan Mates ikut mendukung musiknya.

Warkop DKI (Makin Tipis Makin Asik) Union Artis, Tahun 1987

Untuk pertamakali Warkop melepas nama Prambors dan menggantinya dengan Warkop DKI, sesuai dengan inisial ketiga anggotanya Dono Kasino dan Indro. Warkop bercerita tentang seorang guru yang mengajar dihadapan murid-muridnya yang usil dan jahil. Kali ini musik Warkop dipercayakan pada Rezky Ichwan. Pilihan musiknya mengarah ke gaya jazz fusion yang saat itu ngetren.

Dikaset ini WARKOP sudah tak memakai nama belakang PRAMBORS sebab kata nya: ”kita enggak usah membayar ‘upeti’ lagi ke radio tersebut ” Dan perubahan nama belakang menjadi DKI atau sekarang lebih dikenal menjadi WARKOP DKI alias Dono, Kasino, Indro yang diambil dari hurup depan masing2 personilnya.

Warkop pun sering mengudara di radio SK [ Suara Kejayaan ] Jakarta, dimana Radio tersebut melahirkan nama2 besar seperti BAGITO, PATRIO, [alm] TAUFIK SAVALAS, ULFA DWIYANTI, 4 SEKAWAN, NUGIE [pernah siaran] ABDEL & TEMON [siaran juga], K-BASAH [udah mencar], KOMENG, aduuh nama grupnya Jarwo kwat, Rudi Sipit serta Mamo.

Kaset ini bercerita tentang Guru dan murid di sebuah sekolah, gimana kan gak kebayang serunya…? Udah geber aja kaset ini.

Warkop DKI (Kunyanyikan Judulku) Harpa Record, Tahun 1987

Di album terakhir ini Warkop DKI lebih banyak tampil sebagai penyanyi dengan sedikit selingan lawak. Yang menarik mereka membawakan gaya blues pada lagu “Blues Derita” yang ditulis Sonny Soemarsono dan Warkop sebagai penulis lirik. Lagu Oddie Agam diplesetkan menjadi “Antara Anyer dan Panarukan”. Setelah merilis album ini,Warkop DKI justeru tak pernah menghasilkan sebuah kaset lawak lagi. Entah kenapa.

Kaset ini berisi nyanyian dan sedikit lawak bergaya ala radio tau dong lagu dengan lirik begini:

“ gantian dong tau diri dong, masa situ melulu, pokoknya beres 2x itu bisa diatur, eh mister chips itu bis tingkat atas boleh bawah boleh, mana tahan 2x dongkrak luw antik maju kena mundur kena “

Yeeesss ! tentu kalian masih ingat dengan lirik lagu tersebut yang diambil dari judul film Warkop. Setau gw setelah kaset ini Warkop gak merilis album lagi, mereka sibuk dengan film komedi slaptis dan wanita–wanita sexy nya . Setahun dua kali kita dimanja dengan film Warkop yang masih bertengger di film lokal kita, setiap habis lebaran atau liburan sekolah pasti muncul film Warkop.

Filmografi

Beberapa Poster Film Warkop DKI

Kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik karya komponis Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film.

Pembuatan dan peredaran film setahun dua kali diperuntukkan masa edar bioskop-bioskop utama di Indonesia dengan masa tayang awal bertepatan dengan libur Hari Raya Idul Fitri dan malam pergantian tahun.[1]

  1. Mana Tahaaan... (1979) bersama Nanu Mulyono, Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi dan Kusno Sudjarwadi.
  2. Gengsi Dong (1980) bersama Camelia Malik, Zainal Abidin dan M. Pandji Anom.
  3. GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa dan Itje Trisnawati.
  4. Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi dan Dorman Borisman.
  5. Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz, Dorman Borisman dan Abdul Hamid Arief.
  6. IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Bokir.
  7. Setan Kredit (1982) bersama Minati Atmanegara, Nasir dan Alicia Djohar.
  8. Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan M. Pandji Anom.
  9. Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar dan Pietrajaya Burnama.
  10. Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us.
  11. Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us.
  12. Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou dan Us Us.
  13. Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka dan Aminah Cendrakasih.
  14. Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, Leily Sagita dan Advent Bangun.
  15. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Lia Warokka, dan Kaharuddin Syah.
  16. Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara.
  17. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami dan Wolly Sutinah.
  18. Depan Bisa Belakang Bisa (1986) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik.
  19. Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina, Susy Bolle dan Timbul.
  20. Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok dan Didik Mangkuprojo.
  21. Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman dan Nia Zulkarnaen.
  22. Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin, Suyadi dan Sherly Malinton.
  23. Godain Kita Dong (1989) bersama Lisa Patsy, Ida Kusumah, Tarsan, dan Diding Boneng
  24. Sabar Dulu Doong...! (1989) bersama Anna Shirley, Pak Tile dan Eva Arnaz.
  25. Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin, Zainal Abidin, Sally Marcellina, dan Diding Boneng
  26. Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fortunella, Hengky Solaiman, dan Diding Boneng
  27. Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton.
  28. Bisa Naik Bisa Turun (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella, Fritz G. Schadt, Gitty Srinita, dan Diding Boneng
  29. Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella, Sally Marcellina, dan Diding Boneng
  30. Salah Masuk (1992) bersama Fortunella, Gitty Srinita, Tarida Gloria dan Angel Ibrahim.
  31. Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati.
  32. Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari.
  33. Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita dan HIM Damsyik.
  34. Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina, Pak Tile, Taffana Dewi, dan Diding Boneng

Sinetron

Setelah sukses di layar lebar, Warkop DKI pun mulai menyapa masyarakat lewat sinetron. Warkop DKI mempunyai sinetron komedi di televisi garapan Soraya Intercine Films yang menampilkan Warkop bersama Karina Suwandi dan Roweina Umboh.

Sinetron ini sempat laris ditonton masyarakat. Namun, di tengah episode, Kasino mulai jarang terlihat. Hal ini disebabkan karena Kasino jatuh sakit dan tidak bisa melanjutkan syuting. Di sela kesehatannya ia masih sempat syuting beberapa episode. Ia tampil menggunakan wig (rambut palsu) untuk menutupi kebotakan rambutnya yang permanen pasca operasi botak kepalanya akibat penyakit kanker otak yang dideritanya.

Ujung Kejayaan

Wafatnya Kasino

Pada tahun 1997 Kasino meninggal dunia. Sebelum meninggal, Kasino sempat mewasiatkan agar kedua rekannya untuk tetap melanjutkan kiprah grup Warkop yang telah mereka usung sejak awal tahun 1970-an tersebut.

Setelah ditinggal Alm. Kasino, sinetron tersebut tetap berlanjut hingga awal tahun 2000 meski hanya menyisakan duet Dono dan Indro sebagai tokoh sentralnya. Duet ini masih dicintai oleh penggemar Warkop yang tak ingin grup legendaris ini bubar. Sinetron tersebut masih mendapatkan apresiasi yang baik dari para penggemarnya.

Wafatnya Dono

Kejayaan kedua sisa personil terakhir Warkop DKI tersebut tidak bertahan lama. Pada akhir tahun 2001 Dono pun meninggal dunia akibat penyakit sesak napas yang sudah lama diidapnya. Dunia hiburan tanah air dikejutkan oleh berita komedian yang sangat populer dengan wajah khas bemo nya ini. Sepeninggal Dono pembuatan sinetron yang masih dibintanginya bersama Indro itu pun terhenti.

Indro Warkop Terakhir

Kepergian alm. Dono menyisakan Indro seorang diri untuk terus mengibarkan bendera Warkop dalam kancah dunia hiburan tanah air. Sebelum wafat, Dono juga sempat berpesan kepada Indro agar tetap meneruskan nama besar Warkop hingga akhir hayatnya.

Sejak tanggal 5 Juni 2016 sinetron ini ditayangkan kembali dengan versi terbarunya di ANTV. Hal ini juga tidak lepas dari peran Indro untuk selalu menjaga nama besar Warkop tetap eksis dalam dunia hiburan tanah air.

Lihat Juga

Referensi

  1. ^ Informasi dari CV. Kalimantan Jaya Film (distributor film wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang mengedarkan film-film Warkop DKI masa itu) dan PT Sakalo sebagai pemutar awal film-film Warkop DKI di jaringan bioskop yang dikelola di wilayah Kalimantan Timur.

Pranala luar