Lompat ke isi

Penyeranta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Januari 2021 16.17 oleh Dani1603 (bicara | kontrib)
Penyeranta

Penyeranta lebih dikenal dengan sebutan pager yaitu alat telekomunikasi pribadi untuk menyampaikan dan menerima pesan pendek. Penyeranta numerik satu arah hanya dapat menerima pesan yang terdiri dari beberapa digit saja, khas layaknya sebuah nomor telepon yang digunakan penggunanya untuk menelepon. Penyeranta alphanumerik juga tersedia dengan sistem dua arah dapat mengirim pesan melalui surat elektronik atau SMS (short message service).

Penyeranta sudah jarang ditemukan di peredaran dunia bisnis. Persaingan alat komunikasi yang murah dengan layanan yang semakin canggih, makin tidak terlihatnya keberadaan penyeranta ini. Walaupun dia adalah jejak tertua barang teknologi purbakala pada abad ini, tetapi masih tetap terpakai. Terutama pada mereka yang bergerak di bidang jasa terutama di jasa informasi dan jasa kesehatan. Penyeranta adalah barang yang harus dipatuhi, dia selalu menerima pesan apapun, alasan apapun yang dibuat untuk menghindari pesan di penyeranta, selalu menjadi tidak beralasan.

Sejarah

Penyeranta ditemukan oleh Multitone Electronic pada tahun 1956 di Rumah Sakit St.Thomas, London oleh dokter-dokter yang sedang bertugas dalam kondisi darurat. Sejak itu, penyeranta berkembang. Jutaan pesan dikirimkan kepada orang-orang yang membutuhkan informasi yang cepat. Penyeranta dibagi menjadi dua, ada dua kelompok yang jelas dari sistem pengoperasiannya. Ada sistem penyeranta yang hanya bisa digunakan di area rumah sakit saja seperti di Rumah Sakit St.Thomas, tetapi ada juga yang sistem penyebarannya lebih luas yaitu mencakup seluruh wilayah negara, tidak hanya berada pada area sebuah bangunan saja. Penyeranta mulanya beroperasi pada frekuensi AM, lalu pindah ke pola FM yang lebih dulu menjadi bentuk komunikasi yang ada di mana-mana. Dalam beberapa kasus, sebelum datangnya telepon seluler, sistem penyeranta digunakan sebagai pengganti untuk layanan telepon lokal maupun internasional.

Sistem Pengoperasiannya

Penyeranta adalah layanan berlangganan yang menawarkan bermacam pilihan untuk memfasilitasi kebutuhan si pelanggan dan tipe dari alat yang digunakan. Ada tiga tipe pada sistem penyeranta:

1.Penyeranta Numerik adalah tipe yang paling tidak rumit. Di dalamnya hanya tersedia urutan angka dan kode-kode untuk memanggil.

2.Penyeranta Alphanumerik, pada dasarnya sama dengan penyeranta numerik, tetapi kelebihannya terletak pada tersedianya tempat untuk memuat tulisan dan surat elektronik (e-mail) untuk mengirim pesan

3.Penyeranta Alphanumerik dua arah dapat mengirimkan pesan teks dengan hanya menggunakan tombol yang kecil.

Sistem penyeranta yang modern menggunakan pengiriman pesan dengan jaringan satelit. Inilah kelebihan dari sistem penyeranta dibandingkan dengan menggunakan jaringan seluler dengan dasar terrestrial untuk pengiriman pesan. Di setiap pesan yang terhidang di layar penyeranta, ada para operator yang mengedit setiap pesan yang masuk.

Penggunannya pada Abad Ke-21

Munculnya telepon seluler dengan beragam layanan yang lebih cepat dan murah mengakibatkan eksisteni penyeranta perlahan-lahan menghilang. Tercatat, sebelum tahun 1997, di Indonesia sendiri, penyeranta memiliki lebih dari 800.000 pelanggan. Namun karena harga perangkat yang terus melambung tinggi menyebabkan jumlah pelanggan yang turun drastis yaitu berkisar 200.000 orang. Tetapi orang-orang yang bekerja pada situasi yang darurat seperti dokter, masih menggunakan penyeranta. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan penyeranta masih digunakan:

1.Penyeranta tetap digunakan untuk memberitahukan situasi darurat, contohnya: para penolong dengan sekoci dan pemadam kebakaran di Inggris.

2.Penyeranta kebanyakan dibawa oleh staf pada bagian kesehatan karena dapat mengumpulkan mereka pada situasi yang darurat

3.Penyeranta juga digunakan pada dunia teknologi informasi, contohnya pada kasus para teknisi perusahaan telepon, dimana terdapat gangguan layanan pada jaringan seluler karena berada di luar jaringan. Oleh karena itu, di perusahaan ini, para teknisi biasanya dilengkapi dengan penyeranta yang menggunakan jaringan yang dapat terjangkau dan tidak terkena gangguan. Sebagai tambahan, beberapa sistem kontrol irigasi dan sinyal-sinyal lalu lintas sekarang dikontrol oleh pengiriman pesan memalui jaringan penyeranta.

Kelebihan

Kelebihan pemakaian penyeranta dibandingkan dengan telepon seluler adalah karena sistemnya yang satu arah sehingga lokasinya tidak dapat ditetapkan.

Kekurangan

Kerugian pemakaian penyeranta adalah pesan dari setiap pengirim dengan penyeranta dapat ditangkap oleh jaringan penyeranta lainnya jika menggunakan layanan nasional sehingga pesan yang terkirim dapat dideteksi oleh para agen kriminal atau hukum yang tidak diinginkan.

Pager di Indonesia

Pager menjadi alat yang sangat populer di Indonesia pada tahun 1990an, walaupun sebenarnya sistem ini sudah beroperasi sejak tahun 1976. Operasional pager pertama kali diperkenalkan oleh PT Motorollain Corporation (dikenal dengan merek dagang Starko). Dari awalnya hanya 24.000 saja pada 1992, kemudian pada 1997 menjadi 800.000 pelanggan. Jumlah operator yang beroperasi juga meningkat, dari hanya 3 pada 1992 menjadi 75 pada 1996. Namun, seiring dengan krisis ekonomi 1997-1998 yang menerjang Indonesia dan makin populernya telepon seluler, pengguna sistem ini menurun dan banyak operatornya yang bertumbangan. [1] Pada 1996, operator pager di Indonesia ada sebanyak 75 buah di seluruh wilayah Indonesia, namun hanya ada 10 yang diberikan izin untuk beroperasi secara nasional. Beberapa operator pager yang cukup terkenal di Indonesia pada masanya, yaitu:

  • Starko (PT Motorollain Corporation)

PT Motorollain dikenal sebagai pionir dari sistem penyeranta di Indonesia, dan dengan perusahaan inilah sistem ini pertama kali muncul dengan merek Starko. PT Motorollain didirikan pada tahun 1976, dengan sahamnya dimiliki oleh Robby Sumampow (25%), Agus Didagdo (30%), Endang Lestari Pudjiastuti (25%) dan Agus Jartono (20%). Awalnya, PT Motorollain hanya beroperasi di Jakarta saja secara lokal, namun seiring waktu pemerintah memberikan izin untuk meluaskan wilayah operasinya secara nasional, mencakup 18 kota yaitu Jakarta, Medan, Batam, Palembang, Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Manado, dan Ujung Pandang. Selain menjaid operator penyeranta, PT Motorollain juga menjadi agen tunggal dari perangkat penyeranta merek Motorolla yang cukup populer di Indonesia. Operasi dari Starko awalnya cukup terbatas karena hanya populer di kalangan tenaga medis, dan baru pada 1992 perusahaan ini mendapatkan keuntungan. Namun, memasuki pertengahan 1990-an operasional Starko terus meningkat, mencapai 115.000 pengguna sehingga menjadikannya pemimpin pasar.[2][3][4] Fasilitas yang ditawarkan oleh Starko, seperti layanan berita, adanya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, informasi harga valuta asing dan harga emas dan fitur-fitur lainnya.[5] Layaknya perjalanan penyeranta di Indonesia, pengguna Starko sendiri semakin menyusut sejak 2000-an dimana pada 2007 hanya mencapai ratusan orang. Kebanyakan penggunanya saat itu adalah korporasi.[6]

  • Starpage (PT Duta Pertiwi Sentosa)

Operator penyeranta kedua di Indonesia ini didirikan pada pertengahan 1985,[7] dan dimiliki oleh Karna Brata Lesmana (40%), David Salim (50%) dan Liem Sin Tung (10%). Layaknya operator lain, baru pada 1990-an PT Duta dengan merek dagangnya Starpage berhasil meraih pelanggan dan meluaskan operasionalnya. Dalam masa kejayaan pager, PT Duta bisa meraih 150 pelanggan baru/bulan, memiliki 65.000 pelanggan dan memiliki operasional di beberapa kota besar Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Denpasar, Batam, Lampung, Cirebon, Ujung Pandang, Jakarta dan Bogor. Pemilik Starpage sendiri awalnya cukup optimis dengan perkembangan usahanya, misalnya dengan berusaha menjalin investasi strategis dengan menjual 30% sahamnya ke Motorola, menjadi importir penyeranta Motorola dan Philips, membangun merek baru bernama Personal dan mengakuisisi operator lain yaitu SkyTel (2001) dan Indolink (1996). Walaupun demikian, seiring dengan krisis ekonomi dan popularitas HP, pengguna jasa PT Duta semakin melorot dari 80.000 (1997) menjadi 16.000 (2001), serta pendapatannya menurun dari Rp 2 M (1997) menjadi Rp 500 juta (2001). Untuk mengatasi hal ini, pihak Starpage terpaksa melakukan PHK karyawannya pada 2001. Meskipun demikian, pada 2007 tercatat Starpage masih beroperasi dan manajemen masih optimis merindukan kebangkitan sistem ini.[8][9][10][11]

  • Indolink (PT

Pranala luar

PAGING SYSTEM AND MORE BY LRS [1]

  1. ^ DESPITE A HIGH MARKET POTENTIAL, THE INDUSTRY OF PAGER SERVICES IS IN A CRISIS.
  2. ^ Paging Yang Terkena Pencabutan Izin
  3. ^ Profile of Indonesian Telecommunications Industry & Development
  4. ^ DESPITE A HIGH MARKET POTENTIAL, THE INDUSTRY OF PAGER SERVICES IS IN A CRISIS.
  5. ^ Parlementaria
  6. ^ Sejarah Pager (Radio Panggil)
  7. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 3,Masalah 45-52
  8. ^ Sejarah Pager (Radio Panggil)
  9. ^ Keok Digusur Ponsel
  10. ^ DESPITE A HIGH MARKET POTENTIAL, THE INDUSTRY OF PAGER SERVICES IS IN A CRISIS.
  11. ^ Kapital, Volume 3,Masalah 1-6