Lompat ke isi

Nugra Santana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Februari 2021 18.47 oleh Dani1603 (bicara | kontrib)

PT Nugra Santana adalah kelompok bisnis yang didirikan oleh mantan pemimpin Pertamina, Ibnu Sutowo pada 19 Mei 1973.[1] Namun, sesungguhnya cikal-bakal bisnis keluarga Sutowo sendiri sudah dimulai sejak ia masih menjadi pimpinan Pertamina, yaitu pada tahun 1969. Bisnis Sutowo sendiri awalnya berkongsi dengan Sjarnoebi Said dan Mohammad Josoef, yang keduanya juga sama-samapejabat tinggi di Angkatan Darat.[2] Bisnis Ibnu sendiri kemudian meluas di bidang perhotelan, perkapalan (terutama minyak bumi), galangan kapal, keuangan, dan peternakan.[3] Seiring dengan menurunnya posisi dan dicopotnya Ibnu sebagai direktur Pertamina pada 1976, Ibnu kemudian mulai mengurangi perannya di kelompok bisnis ini, dan menyerahkan banyak penguasaan bisnisnya kepada anak-anaknya.[4] Dari 7 anak Ibnu, yang paling sering terdengar mengembangkan bisnis keluarga ini adalah Endang Utari Mokodompit, Adiguna Sutowo dan Pontjo Nugro Susilo Sutowo (Pontjo Sutowo). Pontjo bisa dikatakan paling aktif dan berhasil dalam mengelola bisnis keluarga ini. Pada 1995, tercatat Nugra Santana memiliki 19 perusahaan utama dan 15 perusahaan lainnya, dengan total aset Rp 2.125 miliar dan keuntungan Rp 925 miliar pada tahun itu,[5] dan pada 1984 tercatat perusahaan ini memiliki 15.000 karyawan.[6] Nugra Santana sendiri memiliki tujuan ketika didirikan sebagai alat untuk mewujudkan manajemen profesional, organisasi yang mantap, bergerak di masyarakat dengan prinsip pembeli adalah raja serta berkontribusi dalam pembangunan nasional.[7] Bisnis Nugra Santana sempat menurun pasca krisis ekonomi 1997-1998 yang terutama menerjang aset bank kelompok ini, yaitu Bank Pacific. Walaupun menurun, namun kemudian mereka bisa bangkit kembali walaupun tidak setenar dahulu.[8]

  • Endang Utari, anak Ibnu sendiri berperan dalam mengelola bisnis keuangan Nugra Santana, yaitu Bank Pacific. Bank yang berdiri pada 1958 ini diakuisisi oleh Ibnu pada 1970.[9] Kepemilikan sahamnya ada di keluarga Ibnu, dan bank ini awalnya sempat berada di masa-masa yang sulit karena terlalu banyak menyuntikkan dana untuk grup keluarga Sutowo. Namun, kemudian pada akhir 1980an dan 1990an, Endang yang awalnya hanya lulusan di bidang komputer kemudian tercatat berhasil mengembangkan bisnis bank ini dengan pertumbuhan yang baik dengan posisinya di Direktur Utama.Pertiwi, Masalah 153-157]</ref>Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref>[10] Namun, layaknya manajemen sebelumnya Endang pun ikut terjebak dalam kegiatan menyuntikkan dana bagi perusahaan sendiri, seperti Cipta Paramula Sejati, Puri Selaka, Suri Muliapermai dan Jaya Forex Utama Internasional. Endang juga terjebak dalam hutang commercial paper senilai total Rp 1 triliun, kepada PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk dan sejumlah perusahaan asing. Akibatnya, Bank Pacific mendapat masalah berat pada 1995, dan kemudian total hutangnya mencapai Rp 2,1 T. Awalnya berusaha dibantu oleh BNI, Bank Indonesia dan sejumlah perusahaan lain ditambah penjualan aset Endang, namun kemudian Bank Pacific tidak kunjung sehat dan keluarga Sutowo sudah menyatakan bahwa mereka menyerah mengelola bank sehingga dilikuidasi pada 1 November 1997.[11][12]

Selain berbisnis bank, Endang juga tercatat memiliki perusahaan lain di luar negeri yang ikut membuat Bank Pacific sekarat. Di Singapura Endang berinvestasi di pengembangan Bugis Junction dengan membangun properti di sana, dan memiliki 28,6% saham Goldman Fielder. Endang juga memiliki PT Pengembangan Agrowisata Prima yang merencanakan membangun resor dan kompleks hiburan mewah di Lido, Jawa Barat namun gagal.[13] Endang sempat mendapat masalah pasca kejatuhan Orde Baru karena diusut oleh Kejaksaan Agung soal pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit. Kemudian, ia dan Pontjo juga sempat dicari karena Bank Mandiri dan pendahulunya, Bank Exim punya piutang Rp 560 miliar.[14]

  • Pontjo Nugroho Susilo atau Pontjo Sutowo. Dibandingkan dengan Adiguna dan Endang, Pontjo relatif lebih sukses mengembangkan bisnis keluarga sehingga bisa dianggap penerus Ibnu sesungguhnya.[15] Ia mengepalai banyak perusahaan dalam Nugra Santana Grup, yang bergerak di berbagai bidang dan pernah tercatat memiliki kekayaan US$ 185 juta. Pontjo sendiri awalnya adalah mahasiswa Institut Teknologi Bandung,[16] namun kemudian mengembangkan bisnis keluarga ini ketika kejayaan ayahnya, Ibnu di Pertamina pada tahun 1970-an.
  • Adiguna Sutowo, bisa dikatakan merupakan yang paling kontroversial karena pernah terlibat berbagai kasus, terutama penembakan pada Yohannes Natong pada 2005. Adiguna memulai bisnisnya dengan mendirikan PT Adiguna Mesin Tani yang menjadi penyuplai mesin pertanian. Lalu, ia mengelola juga PT Santana

Petroleum Equipment dan PT Pelayaran umum Indonesia (disingkat Pelumin), dan juga perusahaan farmasi PT Suntri Sepuri sejak 1998. Adiguna juga kemudian membangun bisnis hiburan yang terpisah dengan bisnis keluarganya, bernama Mugi Rekso Abadi bersama Hutomo Mandala Putra, Soetikno Soedarjo dan Ongky Soemarno. Mugi Rekso sendiri mengelola perusahaan radio seperti i Radio, Cosmopolitan FM, dan sejumlah perusahaan media massa ditambah franchise Hard Rock Cafe, BC Bar, Zoom Bar dan lain-lainnya.[17]

Perusahaan Nugra Santana Grup

==Saat ini==[18]

  • PT Pelayaran Umum Indonesia (Adiguna) - Pelayaran
  • PT Suntri Sepuri (Adiguna) - Farmasi
  • PT FMC Santana Petroleum Equipment (Adiguna) - Kimia
  • PT Adiguna Shipbuilding & Engineering, sebelumnya bernama PT Adiguna Shipyard (Adiguna, Pontjo dan Deli Safari Sutowo) - Galangan Kapal, minyak bumi[19][20]

Bisnis lain yang berkaitan: Mugi Rekso Abadi

==Pernah tercatat memiliki==[21][22][23][24]

  • PT Indobuildco (Adiguna, Pontjo). Membangun dan mengelola Hotel Sultan Jakarta yang dahulu bernama Hotel Hilton. Sejak 2012, Hotel Sultan menjadi milik negara.[25][26][27] Pontjo pernah diusut atas kasus korupsi perpanjangan Hak Guna Bangunan hotel ini ini pada 2008 lalu, namun ia membantahnya dan dibebaskan pada 2008.[28]
  • PT Bank Pacific (Endang, Pontjo)
  • PT Nisdemi - kelautan
  • PT Hendra Grahaha - Konstruksi
  • PT Inggom Shipyard - perkapalan
  • PT Intan Sekunyit - perkapalan
  • PT Bacan
  • PT Timlico
  • PT Gembala Sriwijaya
  • PT Unefeco
  • NV MASS - agen tunggal mobil Mercedes-Benz
  • PT Bina Inti Muda Utama
  • PT Petrowim - pengeboran
  • PT Piramida Esa - pengeboran
  • PT Adiguna Fibirindo Utama
  • PT Advac Inspection
  • PT PAC Driling Company
  • PT Delta Santana - perdagangan
  • PT Pacific Development Finance Corp - keuangan
  • PT Tongkangmas, pernah tercatat hendak membangun hotel di Batam
  • PT Adiguna Mesin Tani (Adiguna)
  • PT Sarana Buana Handara - kehutanan, bersama Bob Hasan
  • PT Tirtajaya Shipyard
  • PT Alas Helau - kehutanan, bersama Bob Hasan
  • PT Bali Handara Country Club - pengelolaan lapangan golf, cottage
  • PT Tunas Tour and Travel - pariwisata
  • PT Dharma Bakti Pelita
  • PT Indonesia Petroleum
  • PT Artana Pacific - asuransi
  • PT Delta Santana - perusahaan induk
  • PT Cipta Paramuda Sejati - manajemen, penyewaan gudang
  • PT Asuransi Nugra Pacific - Asuransi
  • PT Dwi Arimbi dan PT Antalan - pabrik alumunium, bersama beberapa partner
  • PT Karimum - granit
  • PT Adiguna - induk dari sejumlah perusahaan di bidang perkapalan
  • PT Pakaguna - perkapalan
  • PT John Holland
  • PT Marineland - bersama Astra International dan PT Gading Mas
  • PT Masari Karya - bersama Sjarnoebi Said
  • Dan berbagai perusahaan lainnya.

Bisnis lain yang berkaitan:

  1. ^ Visualisasi hasil pembangunan Orde Baru Pelita I, Pelita II ..., Volume 2
  2. ^ The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia
  3. ^ The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia
  4. ^ Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia
  5. ^ The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia
  6. ^ Biografi politik presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto: pembangunan & partisipasi
  7. ^ Visualisasi hasil pembangunan Orde Baru Pelita I, Pelita II ..., Volume 2
  8. ^ Jejak Bisnis Adiguna Sutowo
  9. ^ The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia
  10. ^ Bila ABRI berbisnis: buku pertama yang menyingkap data dan kasus penyimpangan dalam praktik bisnis kalangan militer
  11. ^ SERIAL BLBI: BANK PACIFIC KESANDUNG BISNIS PROPERTI
  12. ^ Historia Bisnis: Cendana dan Bakrie Coba Selamatkan Keluarga Sutowo
  13. ^ Bank Pacific and the fall of Endang
  14. ^ Endang Yang Luput dari Hukuman
  15. ^ Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia
  16. ^ Indonesia's Economy: Briefing Book
  17. ^ Adiguna, spoilt brat of famed tycoon
  18. ^ Adiguna, spoilt brat of famed tycoon
  19. ^ Adiguna bangun fasilitas produksi migas US$17 juta
  20. ^ Indonesia's Economy: Briefing Book
  21. ^ Adiguna, spoilt brat of famed tycoon
  22. ^ Pers dalam "Revolusi Mei": runtuhnya sebuah hegemoni
  23. ^ Indonesia: The Rise of Capital
  24. ^ Visualisasi hasil pembangunan Orde Baru Pelita I, Pelita II ..., Volume 2
  25. ^ Fakta-fakta Menarik Hotel Sultan, Tempat Pertarungan Paslon 01 dan 02
  26. ^ Cerita Ali Sadikin mengaku tertipu Ibnu Sutowo soal tanah Hilton
  27. ^ https://www.antaranews.com/berita/55210/pontjo-sutowo-nyatakan-indobuildco-tidak-pernah-diberitahu-soal-hpl Pontjo Sutowo Nyatakan Indobuildco Tidak Pernah Diberitahu Soal HPL]
  28. ^ Kasus Hilton, MA Bebaskan Ali Mazi dan Pontjo Sutowo
  29. ^ Suami Dian Sastro Masuk Majalah, Begini Kerajaan Bisnisnya yang Buatnya Kaya Raya
  30. ^ Inilah Jejak Bisnis Adiguna Sutowo