Lompat ke isi

Kimigayo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kimigayo
B. Indonesia: Semoga kekuasaan
Yang Mulia berlanjut selamanya
君が代
Susunan musik Kimigayo.

Lagu kebangsaan  Jepang
Penulis lirikPuisi Waka, Zaman Heian (794-1185)
KomponisYoshiisa Oku, Akimori Hayashi dan Franz Eckert, 1880
Penggunaan1999
Sampel audio
Kimigayo (Instrumental)

Kimigayo[1] (Jepang: 君が代, kimigayo), dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai "Semoga kekuasaan Yang Mulia berlanjut selamanya", adalah lagu kebangsaan Jepang. Ia adalah salah satu lagu kebangsaan yang terpendek di dunia, dengan panjang hanya 11 bar dan terdiri dari 32 karakter huruf saja.[2][3][4] Lagu ini ditulis dalam sebuah metrum Jepang Waka, sedangkan liriknya ditulis dalam zaman Heian (794-1185) dan melodinya ditulis pada akhir zaman Meiji. Melodi yang ada saat ini dipilih pada tahun 1880, dan menggantikan melodi sebelumnya yang tidak populer, yang digubah sebelas tahun sebelumnya.

Meskipun Kimigayo telah lama menjadi lagu kebangsaan de facto Jepang, lagu ini secara hukum baru diakui resmi pada tahun 1999 dengan disahkannya undang-undang mengenai bendera nasional dan lagu kebangsaan Jepang. Setelah ditetapkan, terdapat kontroversi mengenai diputarnya lagu kebangsaan tersebut pada perayaan-perayaan di sekolah umum. Kimigayo, seperti juga bendera Hinomaru, oleh beberapa pihak dianggap merupakan simbol dari imperialisme dan militerisme Jepang.[2]

Asal usul

Kerikil Sazare-Ishi dipercaya berubah menjadi batu karang dalam beberapa legenda. Foto di Kuil Shimogamo di Kyōto.

Lirik lagu ini pertama kali muncul dalam sebuah antologi puisi bernama Kokin Wakashū, sebagai sebuah puisi yang anonim. Meskipun sebuah puisi anonim bukanlah tidak lazim pada waktu itu, identitas pengarang yang sebenarnya mungkin saja sudah diketahui, tetapi namanya mungkin sengaja tidak disebutkan karena berasal dari kelas sosial yang lebih rendah. Puisi ini dicantumkan dalam berbagai antologi, dan dalam periode selanjutnya digunakan sebagai lagu perayaan oleh orang-orang dari semua lapisan sosial. Tidak seperti bentuknya yang digunakan untuk lagu kebangsaan saat ini, puisi ini awalnya dimulai dengan "Wa ga Kimi wa" (Engkau, Yang Mulia) dan bukannya "Kimi ga Yo wa" (Kekuasaan Yang Mulia). Perubahan lirik terjadi pada zaman Kamakura.[5]

Pada tahun 1869 di awal zaman Meiji, seorang pemimpin band militer Irlandia bernama John William Fenton yang sedang berkunjung ke Jepang menyadari bahwa Jepang tidak memiliki lagu kebangsaan nasional. Ia menyarankan kepada Iwao Ōyama, seorang perwira dari Klan Satsuma, agar menciptakan lagu kebangsaan tersebut. Ōyama setuju, dan memilihkan liriknya.[6] Lirik yang terpilih memiliki kemiripan dengan lagu kebangsaan Inggris, kemungkinan karena adanya pengaruh dari Fenton.[7] Setelah Ōyama memilih lirik lagu kebangsaan, ia kemudian meminta Fenton untuk menciptakan melodinya. Setelah diberikan hanya tiga minggu untuk menggubah lagu dan hanya beberapa hari untuk berlatih, Fenton menampilkan pertama kalinya lagu kebangsaan itu di depan Kaisar Jepang pada tahun 1870.[7] Ini adalah versi pertama Kimigayo, yang disingkirkan karena melodinya dianggap "kurang khidmat".[8] Namun, versi ini masih tetap diperdengarkan setiap tahun di Kuil Myōkōji di Yokohama, tempat Fenton pernah menjabat sebagai pemimpin band militer. Myōkōji berperan sebagai tempat peringatan bagi Fenton.[6]

Pada tahun 1880, Biro Rumah Tangga Kekaisaran menyetujui suatu melodi baru yang ditulis oleh Yoshiisa Oku dan Akimori Hayashi. Komposer versi ini sering tertulis sebagai Hiromori Hayashi, yang sesungguhnya adalah ayah dan sekaligus atasan dari Akimori. Akimori juga merupakan salah satu murid Fenton.[7] Meskipun melodi ini dibuat berdasarkan pada bentuk tradisional musik istana Jepang, namun ia digubah dalam gaya campuran yang terpengaruhi oleh himne Barat, dan menggunakan beberapa elemen dari aransemen Fenton.[9] Musisi Jerman Franz Eckert kemudian menerapkan harmoni melodi gaya Barat (mode Gregorian), sehingga menciptakan versi Kimigayo yang dipakai sekarang. Pada 1893, berkat usaha Departemen Pendidikan, Kimigayo masuk dalam perayaan-perayaan di sekolah umum.[5] Kimigayo dimainkan di nada C mayor, menurut harian The Japan Times.[2]

Lirik

Lirik resmi (Kanji)
Kana (Hiragana)
Romaji
IPA
Terjemahan langsung
Terjemahan harfiah

君が代は
千代に八千代に
さざれ石の
いわおとなりて
こけのむすまで

きみがよは
ちよにやちよに
さざれいしの
いわおとなりて
こけのむすまで

Kimigayo wa
Chiyo ni yachiyo ni
Sazare-ishi no
Iwao to narite
Koke no musu made

(Semoga) kekuasaan Dikau
(Terus berlanjut hingga) seribu, delapan ribu generasi
Hingga batu kecil
(Berubah) menjadi batu besar
(Yang) diselimuti lumut

Semoga negara Jepang
kekal abadi
selama-lamanya.

Arti kimi dan Kimigayo

UU Mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan, dalam Lembar Berita Negara tanggal 15 Agustus 1999.

Interpretasi tradisional

Sejak zaman Heian atau sebelumnya, kata "kimi" telah digunakan:

  • sebagai kata benda untuk menunjukkan seorang kaisar atau tuan seseorang (yaitu: penguasa);[10][11]
  • sebagai kata benda atau sufiks kehormatan untuk menunjukkan seseorang.[10]

Sebagai contoh, tokoh protagonis Hikaru Genji (光源氏?) dalam Hikayat Genji juga disebut Hikaru no Kimi atau Hikaru-gimi (光の君 atau 光君?).

Interpretasi mutakhir

Dalam Konstitusi Jepang (yang diumumkan pada 3 November 1946), Kaisar Jepang tidak lagi berdaulat, tetapi merupakan simbol Negara dan kesatuan rakyat.

Pada tahun 1999, selama pembahasan Undang-Undang Mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan, definisi resmi Kimi atau Kimi-ga-yo berulangkali dipertanyakan.

Kemudian Perdana Menteri Keizō Obuchi menjawab pada 29 Juni 1999, sebagai berikut:

Protokol

Undang-Undang Mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan tidak menjelaskan secara detail bagaimana harus menunjukkan rasa hormat selama pergelaran Kimigayo, tetapi badan pemerintahan lokal dan organisasi swasta kadang-kadang menyarankan atau menuntut agar protokol tertentu diikuti. Sebagai contoh, sebuah instruksi Pemerintah Metropolitan Tokyo pada bulan Oktober 2003 mengharuskan para guru untuk berdiri saat pergelaran lagu kebangsaan pada upacara kelulusan. Sambil berdiri, mereka diminta untuk menyanyikan Kimigayo sambil menghadap Hinomaru.[13] Personil militer Amerika Serikat di Jepang, bahkan ketika dalam pakaian sipil, diwajibkan oleh peraturan untuk meletakkan tangan kanan di atas dada mereka ketika Kimigayo, The Star-Spangled Banner, atau lagu kebangsaan lainnya dimainkan.[14] Undang-Undang Mengenai Bendera Nasional dan Lagu Kebangsaan juga tidak menentukan kapan atau di mana seharusnya Kimigayo diperdengarkan. Meskipun demikian, lagu kebangsaan lazim dimainkan dalam acara-acara olahraga Jepang, atau dalam acara olahraga internasional di mana Jepang memiliki tim yang bertanding. Pada turnamen sumō, Kimigayo dimainkan sebelum seremonial pemberian penghargaan.[8]

Kontroversi

Kimigayo dimainkan dalam turnamen bola voli di Ōsaka.

Sejak akhir Perang Dunia II telah muncul kritik terhadap lagu kebangsaan, karena hubungannya terhadap paham militerisme dan makna kiasan penyembahan kaisar sebagai dewa, yang menurut sebagian orang tidak sesuai dengan adab masyarakat yang demokratis.[2] Keberatan yang sama juga diberikan terhadap versi bendera nasional Jepang yang sekarang, dan kadang-kadang terjadi demonstrasi yang ditujukan terhadap keduanya.

Pada tahun 1999, pemerintah Jepang menyetujui undang-undang mengenai bendera nasional dan lagu kebangsaan, yang menetapkan Kimigayo sebagai lagu kebangsaan dan Hinomaru sebagai bendera nasional. Pemerintah menyatakan pada saat persetujuan undang-undang tersebut bahwa lirik lagu kebangsaan adalah harapan atas Jepang yang damai dengan kaisar sebagai lambang persatuannya.[5] Sekolah-sekolah banyak terlibat konflik atas kewajiban pada lagu kebangsaan dan bendera tersebut. Sejak 23 Oktober 2003, 410 guru dan pekerja sekolah telah dihukum karena menolak untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan seperti yang diperintahkan oleh kepala sekolah. Hal ini telah menjadi kepala berita di berbagai suratkabar.[15]

Dewan Pendidikan Tokyo menetapkan agar lagu kebangsaan dinyanyikan dan bendera dikibarkan pada berbagai acara di sekolah-sekolah negeri di metropolitan Tokyo, dan agar guru-guru sekolah menghormati keduanya (misalnya dengan berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan) atau menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.[16][17] Meskipun protes telah diajukan dengan argumentasi bahwa peraturan tersebut melanggar Konstitusi Jepang, namun Dewan berpendapat bahwa karena sekolah-sekolah tersebut lembaga milik pemerintah, maka para karyawan mempunyai kewajiban untuk mengajarkan siswa-siswa bagaimana menjadi warga negara Jepang yang baik.[2] Katsuhisa Fujita, seorang pensiunan guru di Tokyo, pada tahun 2006 diancam dengan pidana penjara dan akhirnya didenda sebesar ¥ 200.000 (kira-kira Rp20.000.000,00). Ia dituduh mengganggu upacara kelulusan di Sekolah Menengah Atas Itabashi, dengan cara mengajak para hadirin untuk tetap duduk saja selama lagu kebangsaan dimainkan.[18]

Sebagai cara untuk menghindari hukuman, para guru yang menentang kewajiban menyanyikan lagu kebangsaan telah mencoba untuk menyebarkan berbagai parodi lirik berbahasa Inggris di seantero Jepang dan melalui internet.[19] Satu versi parodi yang populer ialah mengubah "Kimi ga yo wa" menjadi "Kiss me girl, your old one", sehingga memungkinkan orang-orang menyanyikannya namun tetap tidak terdeteksi di tengah orang banyak.[20] Ada pula bias politik pada beberapa versi lirik berbahasa Inggris, yaitu dapat dianggap mengindikasikan mengenai wanita penghibur.[21]

Pada tanggal 21 September 2006, Pengadilan Distrik Tokyo memerintahkan Pemerintah Metropolitan Tokyo untuk membayar kompensasi kepada para guru yang telah dikenakan hukuman di bawah ketetapan Dewan Pendidikan Tokyo. Perdana Menteri Junichiro Koizumi yang saat itu sedang menjabat, memberikan komentarnya, "Adalah ide yang wajar untuk memperlakukan lagu kebangsaan sebagai hal yang penting". Pemerintah Metropolitan telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan tersebut.[22]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia (Nelson) menulisnya Kimigayo, begitu pula dengan MOFA dan situs pemerintah Jepang. Alternatif penulisan menurut Kamus Jepang-Indonesia (Matsuura) adalah Kimi-ga-yo, di mana tanda - berarti boleh ada spasi. Alih aksara bahasa Jepang tidak mengatur kapitalisasi dan spasi.
  2. ^ a b c d e Jun Hongo (of The Japan Times) (2007-07-17). "Hinomaru, 'Kimigayo' express conflicts both past and future". The Japan Times ONLINE. Published by The Japan Times Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-18. Diakses tanggal 2007-07-26.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  3. ^ "イギリス生活情報週刊誌-英国ニュースダイジェスト". Diakses tanggal 2008-10-16. 
  4. ^ NAITO, T. (1999-10). "「歌唱(ウタ)」を忘れた「君が代」論争". Bungeishunjū. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-12. Diakses tanggal 2008-10-16. 
  5. ^ a b c Mayumi Itoh (2001). "Japan's Neo-Nationalism: The Role of the Hinomaru and Kimigayo Legislation". JPRI WORKING PAPER. Published by Japan Policy Research Institute. Diakses tanggal 2007-07-07.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  6. ^ a b Aura Sabadus (2006-03-14). "Japan searches for Scot who modernised nation". The Scotsman. Published by Johnston Press Digital Publishing. Diakses tanggal 2007-12-10.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  7. ^ a b c Colin Joyce (2005-08-30). "Briton who gave Japan its anthem". Telegraph.co.uk. Published by Telegraph Media Group Limited. Diakses tanggal 2007-12-10.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  8. ^ a b Ministry of Foreign Affairs (2008). "NATIONAL FLAG AND ANTHEM" (PDF). Japan Fact Sheet. Site "Web Japan" sponsored by the Ministry of Foreign Affairs. Diakses tanggal 2008-05-10.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  9. ^ Hermann Gottschewski: "Hoiku shōka and the melody of the Japanese national anthem Kimi ga yo", in: Journal of the Society for Research in Asiatic Music (東洋音楽研究), No. 68 (2003), pp. (1)-(17). Published by The society for Research in Asiatic Music Diarsipkan 2009-02-11 di Wayback Machine..
  10. ^ a b 新村出記念財団(1998). A dictionary of Japanese 『広辞苑』 ("Kōjien"), 5th edition. Published by Iwanami Shoten, Publishers.
  11. ^ "君が代の源流 (in Japanese)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-29. Diakses tanggal 2009-11-16.  "Inside "Kimigayo" (in English)". Furuta's Historical Science Association. Diakses tanggal 2008-05-10.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  12. ^ The House of Representatives (1999-06-29). "Info of the minutes (in Japanese) of the plenary session No.41 of the House of Representatives in the 145th Diet term". Database run by National Diet Library. Diakses tanggal 2008-05-10.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  13. ^ The Japan Times (2004-04-07). "EDITORIAL: Coercion can't foster respect". The Japan Times ONLINE. Published by The Japan Times Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 2007-12-19.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  14. ^ Trevor M. Carlee (2005-02-18). "Corps places hand over heart for national anthem". Okinawa Marine. From United States Marine Corps. Diakses tanggal 2007-12-19.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  15. ^ JAPAN TODAY (2008-05-24). "2 teachers punished for refusing to stand up, recite 'Kimigayo'". JAPAN TODAY. Published by Kyodo News. Diakses tanggal 2008-05-24.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  16. ^ Justin McCurry (of Guardian) (2006-06-05). "A touchy subject". guardian.co.uk. Published by Guardian News and Media Limited. Diakses tanggal 2006-07-29.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  17. ^ The Asahi Shimbun (2008-02-11). "EDITORIAL: National anthem ruling". IHT/Asahi via asahi.com. Published by The Asahi Shimbun Company. Diakses tanggal 2008-05-11.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  18. ^ Kyodo News (2006-05-24). "FEATURE: Upcoming verdict on retired teacher draws attention". KYODO NEWS ON THE WEB. Published by Kyodo News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-06-18. Diakses tanggal 2006-07-29.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  19. ^ Masahiro Morioka (2006-05-30). "Parody of the Japanese national anthem, Kiss me Kimigayo". Life Studies Blog. Diakses tanggal 2007-11-18.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  20. ^ Justin McCurry (of Guardian) (2006-05-30). "Japan's rebels sing out with English parody of anthem". guardian.co.uk. Published by Guardian News and Media Limited. Diakses tanggal 2006-07-29.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  21. ^ THE SANKEI SHIMBUN (2006-05-29). "「君が代」替え歌流布 ネット上「慰安婦」主題?". 正論 Web. Published by The Sankei Shimbun. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-14. Diakses tanggal 2006-07-31.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  22. ^ The Japan Times (2006-09-23). "City Hall to appeal 'Kimigayo' ruling". The Japan Times ONLINE. Published by The Japan Times Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 2007-10-25.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)

Pranala luar