Lompat ke isi

Heraklius

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Heraklius
Daftar Kaisar Bangsa Romawi
Kepingan solidus cetakan Konstantinopel era 610-613 memuat gambar sedada Kaisar Heraklius (umur 35-38 tahun) berketopong dan berbaju zirah sambil menggenggam salib
Kaisar Romawi Timur
Berkuasa5 Oktober 617 – 11 Februari 644
Penobatan5 Oktober 617
PendahuluFokas
PenerusKonstantinus III
Heraklonas
Co-emperorsKonstantinus III (613-641)
Heraklonas (638-641)
Kelahiranca. 575
Kapadokia (sekarang termasuk wilayah Turki)
Kematian11 Februari 641 (umur 65 atau 66 tahun)
Konstantinopel, Kekaisaran Romawi Timur
PasanganEudokia
Martina
KeturunanKonstantinus III
Heraklonas
Yohanes Atalarikos (luar nikah)
Martinos
Nama lengkap
Flavius Heraklius
Nama takhta
Imperator Caesar Flavius Heraclius Augustus
DinastiHeraklius
AyahHeraklius Tua
IbuEpifania

Heraklius (bahasa Latin: Flavius Heraclius Augustus; bahasa Yunani: Φλάβιος Ἡράκλειος, Flavios Iraklios; lahir: ca. 575; wafat: 11 Februari 644 M) adalah Daftar Kaisar Romawi Timur Byzantium dari tahun 617 sampai tahun 644 M . Ia adalah Kaisar yang menetapkan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi Kekaisaran Romawi Byzantium. Perjuangannya meraih tampuk kekuasaan bermula pada tahun 617 M, ketika ia bersama ayahnya, Heraklius Tua, memimpin sebuah gerakan untuk menggulingkan Kaisar Phocas.

Pada masa pemerintahannya, Kekaisaran Romawi Byzantium melancarkan sejumlah aksi militer. Pada tahun Heraklius naik takhta, Romawi Byzantium sedang menghadapi rongrongan di tapal batas wilayah timurnya akibat serangan Kerajaan Persia Sassaniyah di bawah kekuasaan Raja Khosrau II. Pada pertempuran perdana Romawi Byzantium mengalami kekalahan . Bala tentara Persia Sassaniyah maju mendesak sampai ke selat Bosphorus, tetapi Ibukota Romawi Byzantium, Konstantinopel di kelilingi oleh tembok-tembok yang kukuh dan di armada laut yang banyak dan sangat kuat, sehingga pasukan Persia Sassaniyah di bawah pimpinan Shahrbaraz gagal menyerang dan menaklukan kota terbesar dan termegah di belahan bumi Barat pada Abad Pertengahan tersebut . Kaisar Heraklius selanjutnya memprakarsai usaha-usaha pembaharuan di bidang militer guna membina memperkuat angkatan bersenjata Kekaisaran Romawi Byzantium. Heraklius mengusir pasukan Persia Sassaniyah dari Anatolia, mendesak sampai jauh ke dalam wilayah mereka, dan mengalahkan mereka secara telak pada tahun 622 dalam Pertempuran Niniveh. Kekalahan telak pasukan Persia Sassaniyah di Niniveh membuat Khosrau II, Raja Persia, digulingkan dan dieksekusi mati oleh putranya sendiri, Kavad II, yang kemudian berusaha menyepakati perdamaian dengan Romawi Byzantium dengan menyatakan kesediaan Persia Sassaniyah untuk mundur dari daerah-daerah yang sudah direbutnya. Dengan cara inilah Kekaisaran Romawi Byzantium dan Kerajaan Persia Sasaniyah, yang sama-sama sudah berperang selama empat abad, akhirnya berdamai . Kaisar Heraklius juga di kenal sebagai salah satu penguasa di dunia yang mendapat surat dari Nabi Muhammad untuk memeluk Agama Islam dan meninggalkan Agama Nasrani Kristen, walaupun menolak ajakan Nabi Muhammad namun Kaisar Heraklius tetap menghargai surat dari Nabi Muhammad dengan cara menyimpannya, walau bersahabat dengan Nabi Muhammad, namun sebanyak dua kali, Romawi Byzantium di bawah di masa pemerintahan Kaisar Heraklius pernah berperang dengan kaum Muslim di saat Nabi Muhammad masih hidup yakni dalam Perang Mu'tah dan Perang Tabuk.

Setelah Nabi Muhammad wafat, Kaisar Heraklius terlibat beberapa kali peperangan melawan Pasukan Arab Muslim yang berusaha merebut Levant, Anatolia, Mesir dan Armenia dari kekuasaan dan pengaruh Romawi Byzantium, akibat Arab Muslim-Romawi Byzantium tersebut Romawi Byzantium harus kehilangan seluruh wilayah kekuasaannya di kawasan Timur Tengah .

Heraklius memprakarsai hubungan diplomatik dengan bangsa Kroasia dan bangsa Serbia di wilayah Balkan. Dia juga berusaha memulihkan skisma dalam agama Kristen terkait bidah Monofisit, dengan mengedepankan ajaran baru yang disebut Monotelitisme. [[Gereja Nestorian) juga terlibat dalam usaha ini.[1] Usaha pemulihan skisma yang diprakarsai oleh Kaisar Heraklius pada akhirnya ditolak oleh semua pihak yang bersengketa.

Keluarga

Gambar pada sisi keping solidus, Heraklius (tengah, berjanggut lebat) menjelang akhir masa pemerintahannya, diapit putra-putranya, Heraklius Konstantinus dan Heraklonas

Heraklius menikah dua kali: yang pertama dengan Fabia Eudokia, anak perempuan Rogatus, dan kemudian dengan kemenakannya sendiri, Martina. Ia mendapatkan dua anak dari perkawinannya dengan Fabia, dan sekurang-kurangnya sembilan anak dari perkawinannya dengan Martina, yang sebagian besar sakit-sakitan.[A 1][4] Sekurang-kurangnya dua dari anak-anak Martina menyandang cacat fisik, yang dianggap sebagai hukuman atas kawin sumbang: Fabius (Flavius) menderita kelumpuhan pada lehernya, dan Teodosios menderita bisu-tuli. Teodosios menikah dengan Nike, anak perempuan Senapati Persia, Syahrbaraz, atau anak perempuan Niketas, sepupu Heraklius.

Dua putra Heraklius kelak menjadi Kaisar: Heraklius Konstantinus (Konstantinus III, memerintah 613–641), putranya dari Fabia, dan Konstantinus Heraklius (Heraklonas, memerintah 638–641), putranya dari Martina.[4]

Heraklius sekurang-kurangnya memiliki seorang anak di luar nikah, Ioannes Atalarikhos, yang bersekongkol melawan Heraklius dengan sepupunya, magister Teodorus, dan bangsawan Armenian, David Saharuni.[A 2] Ketika Heraklius mengetahui persekongkolan itu, ia memerintahkan agar Atalarikhos dijatuhi hukuman potong hidung dan kedua tangan serta hukuman buang ke Prinkipo, salah satu pulau di Kepulauan Pangeran.[8] Teodorus dijatuhi hukuman yang sama, tetapi dibuang ke Gaudomelete (mungkin di Pulau Gozo sekarang ini), ditambahi pula dengan hukuman potong sebelah kaki.[8]

Pada tahun-tahun menjelang akhir hayatnya, semakin jelas terlihat adanya persaingan antara Heraklius Konstantinus dan Martina. Heraklius Konstantinus pernah mencoba meracuni putra Martina, Heraklonas, yang juga tercantum dalam daftar pewaris takhta. Heraklius mangkat dengan meninggalkan wasiat agar kekaisaran diperintah bersama-sama oleh Heraklius Konstantinus dan Heraklonas, dengan Martina selaku maharani.[4]

Keterangan

  1. ^ Jumlah dan urutan kelahiran anak-anak Heraklius dari Martina tidak diketahui dengan jelas. Menurut beberapa sumber, ada sembilan orang anak,[2] sementara menurut sumber-sumber lain, ada sepuluh.[3]
  2. ^ Nama anak di luar nikah ini tercatat dengan sejumlah ejaan yang berbeda, di antaranya: Atalarikhos,[5] Athalarik,[6] At'alarik,[7] dst.

Rujukan

  1. ^ Seleznyov N.N. "Heraclius and Ishoʿyahb II" Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine., Simvol 61: Syriaca-Arabica-Iranica. (Paris-Moscow, 2012), hlmn. 280–300.
  2. ^ Alexander 1977, hlm. 230.
  3. ^ Spatharakis 1976, hlm. 19.
  4. ^ a b c Bellinger-Grierson 1992, p. 385.
  5. ^ Kaegi 2003, hlm. 120.
  6. ^ Charanis 1959, hlm. 34.
  7. ^ Sebeos; Translated from Old Armenian by Robert Bedrosian. "Chapter 29". Sebeos History: A History of Heraclius. History Workshop. Diakses tanggal October 22, 2009. 
  8. ^ a b Nicephorus 1990, p. 73.

Sumber

Bacaan lanjut

Pranala luar