Lompat ke isi

Bambu ampel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 Juli 2021 04.57 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: +{{Taxonbar|from={{subst:#invoke:WikidataIB|getQid}}}})
Bambu ampel
Bambu ampel, Bambusa vulgaris
dari Cihideung Hilir, Ciampea, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Supertribus:
Tribus:
Subtribus:
Genus:
Spesies:
B. vulgaris
Nama binomial
Bambusa vulgaris
Sinonim

sinonim selengkapnya pada The Plant List.[5]

Bambu ampel atau bambu aur[6] (Bambusa vulgaris) adalah sejenis bambu yang paling banyak[butuh rujukan][butuh klarifikasi][kenetralan diragukan] ditanam orang karena kegunaannya, baik di Indonesia maupun di bagian lain dunia, di wilayah tropis dan subtropis. Meskipun tidak seberapa tahan akan serangan kumbang bubuk,[butuh rujukan] bambu ampel menyediakan banyak kegunaan yang lain selain bahan bangunan, termasuk pula sebagai bahan baku kertas dan sayuran dari rebungnya.

Varietas yang berwarna kuning bergaris hijau (Bambusa vulgaris var. striata) dikenal sebagai bambu kuning atau bambu gading dan dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanda batas pekarangan, serta bahan obat tradisional. Beberapa sebutan dalam bahasa lain meliputi awi ampel, awi haur, awi haur geulis, awi haur koneng (Sd.); pring ampel, pring ampel kuning, pring gadhing, jajang ampel, jajang gadhing (Jw.); pĕrréng ampél, pĕrréng ghadhing (Md.); tiying ampel, tiying hampyal, tiying puling (Bl.); tĕréng dèndèng (Sas.), dan lain-lain.[7] Dalam bahasa Inggris ia disebut common bamboo atau clumping bamboo.[8]

Pengenalan

Rebung dan buluh muda

Bambu yang merumpun, dan tidak terlalu rapat; rimpangnya bercabang simpodial. Rebung berwarna kuning atau hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang cokelat hingga hitam. Buluhnya tegak, mencapai tinggi 10-20 m, lurus atau agak berbiku-biku, ujungnya melengkung; mulai bercabang lk. 1,5 m di atas tanah, kadang-kadang juga lebih ke bawah, 2-5 cabang pada satu buku, salah satunya lebih besar daripada cabang-cabang yang lain. Panjang ruas 20-45 cm dan garis tengahnya 4–10 cm, tebal dinding buluh lk. 7-15 mm; hijau mengilap, kuning atau kuning dengan garis-garis hijau, dengan bulu-bulu miang yang rebah melekat dan berwarna gelap, serta dengan lapisan lilin keputihan ketika muda; buku-bukunya miring, sedikit menonjol, buku yang bawah dengan akar udara.[9][10]

Percabangan

Pelepah buluh lekas rontok; bentuk segitiga lebar, lk. 15-45 × 20 cm, yang atas lebih panjang, hijau akhirnya kuning jerami; sisi luarnya tertutup oleh miang berwarna hitam, tepinya berambut. Daun pelepah buluh tegak, menyegitiga lebar, 4-5 × 5–6 cm, sedikit menyempit pada dasarnya, meluncip kaku ujungnya, berambut di kedua sisinya dan di sepanjang tepi bawahnya. Kuping pelepah relatif besar, membundar lonjong dan menyerong ke luar, panjang 0,5–2 cm, dengan bulu-bulu kejur cokelat pucat 3–8 mm pada tepinya; ligula (lidah-lidah) agak menggerigi, tinggi 3 mm, lokos.[9][10]

Daun pada ranting bentuk lanset, 6-30 × 1–4 cm, lokos; kuping pelepah kecil dan membulat, tinggi 0,5-1,5 mm, dengan sedikit bulu kejur sepanjang 1–3 mm; ligula hampir rata, tinggi lk. 0,5-1,5 mm, lokos.[10]

Pelepah dan pangkal dedaunan

Perbungaan berupa malai biasanya pada ranting atau buluh yang tak berdaun, atau pada buluh berdaun kecil, dengan kelompok-kelompok kecil spikelet pada masing masing bukunya, terpisah sejarak 2–6 cm. Spikelet bentuk bulat telur sempit, 12-19(-35) × 4–5 mm, memipih di sisinya, terdiri dari 5-10 floret yang sempurna dan satu floret ujung.[10]

Agihan dan ekologi

Pelepah buluh

Bambu ampel tersebar luas di pelbagai wilayah tropis di dunia: Asia, Afrika, Amerika, dan Pasifik serta Australia. Di Asia, bambu ini juga menyebar hingga ke sejumlah wilayah subtropis di Tiongkok maupun daerah-daerah lain di Asia Timur.[11] Asal usul bambu ampel kemungkinan dari wilayah Asia tropis; di Asia Tenggara jenis ini diketahui sebagai jenis yang terbanyak ditanam orang di desa-desa, di tepi sungai, dan juga di perkotaan sebagai tanaman hias.[10]

Menyukai wilayah dataran rendah yang panas dan lembap, bambu ampel dapat tumbuh hingga ketinggian 1.200 m dpl., namun pertumbuhannya mengerdil di atas 1.000 m dpl. Di tempat-tempat yang bermusim kering kuat, bambu ini dapat tumbuh pula meskipun acap meranggas. Di Asia Tenggara, bambu ampel sering didapati meliar di pinggiran sungai, tepi jalan, area yang terbengkalai, dan tempat-tempat terbuka. Di Malaya bahkan tumbuh baik di tanah-tanah miskin bekas tambang timah.[10]

Manfaat

var. striata

Walaupun buluhnya tak begitu lurus, bambu ampel adalah yang terbanyak dipakai di antara aneka jenis bambu untuk memenuhi berbagai keperluan:[10] tiang layar, tiang bendera, kemudi, semah-semah perahu;[4] pikulan, penopang, dan pagar; dan juga untuk kasau dan tiang rumah, meskipun bambu ini kurang tahan akan serangan kumbang bubuk dan hanya dipakai untuk bahan bangunan jikalau bahan lain yang lebih baik tak tersedia.[7] Di Papua, buluhnya dipakai untuk membuat sisir tradisional dan koteka.[10]

Bambu ini juga banyak dipakai dalam industri furnitur, dan dari buluhnya dihasilkan bubur kayu (pulp) yang baik untuk membuat kertas.[10]

Rebungnya dimakan orang sebagai sayuran.[7] Air rebusan rebung bambu kuning dipakai untuk mengobati hepatitis.[10]

Anak jenis

var. wamin

Diketahui ada tiga macam varietas Bambusa vulgaris:[9][10]

  • B. vulgaris var. vulgaris, dengan buluh berwarna hijau mengkilap dan umum dikenal sebagai bambu ampel
  • B. vulgaris var. striata, dengan buluh berwarna kuning, atau kuning bergaris hijau, dikenal sebagai bambu kuning atau bambu gading
  • B. vulgaris var. wamin, dengan buluh beruas pendek dan menggembung, dikenal sebagai bambu wamin

Referensi

  1. ^ "Bambusa vulgaris". NatureServe Explorer. NatureServe. Diakses tanggal 2011-06-11. 
  2. ^  Bambusa vulgaris was first described and published in Collectio Plantarum 2: 26, pl. 47. 1808. "Name - !Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl." Tropicos. Saint Louis, Missouri: Missouri Botanical Garden. Diakses tanggal June 17, 2011. 
  3. ^ Wendland, J.C. 1808. Collectio plantarum tam exoticarum, quam indigenarum, cum delineatione, descriptione culturaque earum, vol. 2: 26, vol. 3: pl. 47. Hannover :Zu haben bei dem Verfasser und in Commission bei den Gebrüdern Hahn, [1808-(1819)].
  4. ^ a b Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 16, Tab. 4. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
  5. ^ The Plant List: Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl.
  6. ^ KBBI daring: aur
  7. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 337-8. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 279-80.)
  8. ^ Plantamor: Bambu ampel
  9. ^ a b c Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 35-6. L.f. 9. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  10. ^ a b c d e f g h i j k Widjaja, E.A. 1995. "Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland". in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 74=8. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 19-Apr-2016
  11. ^ GrassBase: Bambusa vulgaris

Pranala luar