Lompat ke isi

Komando Armada I

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komando Armada I
Lambang Koarmada I
Aktif5 Desember 1945
NegaraIndonesia
CabangTentara Nasional Indonesia
Tipe unitArmada Republik Indonesia
Bagian dariTNI Angkatan Laut
MarkasJakarta Pusat, DKI Jakarta
MotoGhora Wira Madya Jala
Situs webkoarmada1.tnial.mil.id
Tokoh
PanglimaLaksamana Muda TNI Arsyad Abdullah, S.E., M.A.P.
Kepala StafLaksamana Pertama TNI Eko Jokowiyono, S.E., M.Si.
InspektoratLaksamana Pertama TNI Fransiskus S
Kepala Kelompok Staf AhliLaksamana Pertama TNI Hana Rochijadi

Komando Armada I atau disingkat (Koarmada I) adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut.

Komando ini bermarkas besar di Jl Gunung Sahari 67 Jakarta Pusat, DKI Jakarta dan membawahi wilayah laut indonesia bagian barat.

Sejarah

Armada RI sebagai kekuatan tempur Angkatan Laut, pada hakekatnya lahir dan tumbuh bersama kelahiran TNI. Armada RI tidak pernah absen dalam usaha menegakkan dan mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam masa penugasan mempertahankan kemerdekaan Armada RI telah berhasil melaksanakan berbagai operasi laut, antara lain penerobosan blokade laut Belanda, ekspedisi lintas laut dalam rangka pengiriman pejuang kemerdekaan dan mengobarkan semangat perjuangan diberbagai daerah di luar pulau jawa.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) No. A.4/2/10 tanggal 14 September 1959 ditetapkan organisasi Komando Armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Pada tanggal 5 Desember 1959 Kepala Staf ALRI Komodor Laut R.E. Martadinata meresmikan pembentukan Organisasi Komando Armada Republik Indonesia. Pembentukan Armada tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dalam memacu terwujudnya sebuah Angkatan Laut RI yang kuat modern. Melihat masa peresmian pada tahun 1959, sebagai momentum modernisasi kekuatan Angkatan Laut yang sudah dicapai dan kekuatan Angkatan Laut telah memenuhi semua unsur kekuatan sebagai Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) terdiri dari Kapal atas air, Kapal bawah air, Pesawat udara, Pasukan pendarat serta didukung Pangkalan. Pada masa itu, Armada RI mempunyai peran yang sangat besar dalam pelaksanaan Operasi Trikora dan Dwikora.

Surat keputusan Men/Pangal No.5401.7 tanggal 18 Februari 1963 tentang Organisasi Departemen Angkatan Laut, menyebutkan bahwa dalam rangka konsolidasi dan penyempurnaan organisasi Angkatan Laut sangat diperlukan penyesuaian dari Organisasi Angkatan Laut. Organisasi Komando Armada yang berdasarkan Skep Men/Pangla No.5401.35 tanggal 6 Agustus 1963 dirasakan perlu direorganisasi guna penyesuaian dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan administratif maupun operasional. Untuk pelaksanaan reorganisasi Komando Armada tersebut dikeluarkan petunjuk Men/Pangal melalui telegram No. 170256z/ Juli 1963 tetang pelaksanaan reorganisasi Komando Armada.

Sebagai kelanjutan dari telegram tersebut dikeluarkan Surat Keputusan Men/Pangal NO.5401.48 tanggal 1 Desember 1963 tentang Organisasi Armada yang disebut Komando Armada (Koarma). Komando Armada (Koarma) adalah suatu Komando Utama (Kotama) fungsional dan administratif yang berkedudukan langsung dibawah Deputy I Men/Pangal. Tugas pokok Koarma adalah menyelenggarakan Komando administratif dan mengkoordinasi Komando Jenis (Konjen) dalam rangka menyiapkan kesiapan tempur satuan jenis masing-masing dan menyelenggarakan Komando Operasional terhadap komando Armada Siaga (Koarsa) dalam rangka mempertinggi dan memelihara kesiagaan operasional tempur dari kesatuan Koarsa.

Pada tanggal 5 Desember 1966 Koarma, namanya berubah menjadi Komando Armada Samudera (Koarsam) dan Komando Armada Nusantara (Koartar). Koarsam merupakan Kekuatan Strategis ALRI dalam menunjang tugas-tugas pertahanan, sedangkan Koartar merupakan kekuatan kewilayahan yang bertugas untuk mengatasi masalah keamanan di dalam Negeri. Kemudian berdasarkan Instruksi KSAL Nomor 5401.15 Tahun 1970 tanggal 11 Maret 1970 diadakan likuidasi Koarsam dan Koartar yang kemudian dilebur menjadi Komando Armada Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Armada RI membentuk Eskader Barat (Eskabar) dan Eskader Timur (Eskatim).

Pada tahun 1979 Kedua Eskader tersebut dilebur menjadi Eskader Nusantara. Terbatasnya pengadaan suku cadang kapal dan pertimbangan efisiensi komando, kedua komando armada itu kemudian disatukan kembali dalam wadah Armada Republik Indonesia. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Kep/09/P/III/1984 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur TNI AL maka di jajaran Armada RI dibagi dalam dua komando armada, yakni Komando Armada Barat (Koarmabar) dan Koamando Armada Timur (Koarmatim). Hal itu merupakan suatu tindak lanjut dari mulai diberlakukannya UU No 20 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pertahanan Negara, tugas fungsional antara Dephankam dan Mabes ABRI dipisahkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor : SKEP/171/III/1985 tanggal 30 Maret 1985, Armada RI dibagi manjadi dua kawasan wilayah kerja yaitu Armada RI Kawasan Barat dan Armada RI Kawasan Timur. Selanjutnya berdasarkan surat keputusan kasal No.Skep/4033/XI/1987 tanggal 17 November 1987, bahwa hari lahirnya Armada RI ditetapkan pada tanggal 5 Desember, dan selanjutnya disebut sebagai Hari Armada RI.

Pada tanggal 11 Mei 2018 Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meresmikan empat kesatuan baru, di antaranya Divisi Infanteri 3/Kostrad, Komando Armada III (Koarmada III), Pasukan Marinir 3 dan Komando Operasi Angkatan Udara III (Koopsau III). Dan pergantian nama satuan Komando Armada RI Wilayah Barat Menjadi Komando Armada I, Komando Armada RI Wilayah Timur Menjadi Komando Armada II. Penambahan dan perubahan nama kesatuan itu merupakan bagian dari rencana TNI yang telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomer 10 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomer 62 Tahun 2016 serta Program 100 hari kerja Panglima TNI. Perubahan nama Koarmabar menjadi Koarmada I sesuai dengan Peraturan Kasal Nomor 18 tahun 2018 tentang Perubahan Nama Komando Armada RI Kawasan dan Pasukan Marinir.[1][2][3]

Panglima


Saat bernama Armada ALRI:



Saat bernama Armada RI Kawasan Barat:



Saat bernama Komando Armada I:


Pangkalan

Koarmada I membawahi lima Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) yang meliputi:

Satuan

Satuan Operasi

Satuan Pelaksana

Armada

Beberapa kapal yang tergabung ke dalam armada barat adalah:

  1. KRI Pati Unus (384) (PTS)
  2. KRI Teluk Gilimanuk (531) (TGK)
  3. KRI Teluk Celukan Bawang (532) (TCB)
  4. KRI Teluk Peleng (535) (TPL)
  5. KRI Teluk Sibolga (536) (TSB)
  6. KRI Teluk Cirebon (543) (TCN)
  7. KRI Teluk Sabang (544) (TSB)
  8. KRI Kobra (867) (CBR)
  9. KRI Lemadang (632) (LDG)
  10. KRI Todak (631) (TDK)
  11. KRI Barakuda (633) (BKD)
  12. KRI Clurit (641)
  13. KRI Kujang (642)
  14. KRI Salawaku (642)
  15. KRI Badau (643)
  16. KRI Kelabang (826) (KLB)
  17. KRI Pulau Rusa (726) (PRA)
  18. KRI Pulau Rangsang (727) (PRS)
  19. KRI Kalahitam (828) (KLH)
  20. KRI Boa (807)
  21. KRI Welang (808)
  22. KRI Sanca (815)
  23. KRI Viper (820) (VPR)
  24. KRI Matacora (823) (MCR)
  25. KRI Krait (827)
  26. KRI Tarihu (829)
  27. KRI Alkura (830)
  28. KRI Sibarau (847) (SBR)
  29. KRI Siliman (848) (SLM)
  30. KRI Samadar (851)
  31. KRI Sawangi (854)
  32. KRI Kurau (856) (KRU)
  33. KRI Sigalu (857) (SGU)
  34. KRI Silea (858) (SLA)
  35. KRI Siribua (859) (SRB)
  36. KRI Andau (860)
  37. KRI Waigio (861)
  38. KRI Siada (862) (SDA)
  39. KRI Sikuda (863) (SKD)
  40. KRI Sigurot (864) (SGR
  41. KRI Tenggiri (865) (TGR)
  42. KRI Cucut (866) (CCT)
  43. KRI Kobra (867) (KBR)
  44. KRI Anakonda (868) (AKD)
  45. KRI Balikpapan (901) (BPP)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ ""Panglima TNI Resmikan Empat Satuan Baru"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-12. Diakses tanggal 2018-05-13. 
  2. ^ "Panglima TNI Resmikan Divisi Infanteri 3/Kostrad"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-11. Diakses tanggal 2018-05-13. 
  3. ^ ""Empat Satuan Baru TNI Jadi Garda Terdepan"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-05-11. Diakses tanggal 2018-05-13. 
  4. ^ "Kasal, Koarmabar Berperan Penting"
  5. ^ "Memorandum Sertijab Pangarmabar"
  6. ^ ""Mutasi Pati TNI"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-11. Diakses tanggal 2014-09-10. 

Pranala luar