Lompat ke isi

Protestanisme di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 Agustus 2021 13.32 oleh Bayu Fuller (bicara | kontrib) (Perbaharui Persentase Kristen Protestan di Indonesia pada Tahun 2018 >>>>)
Gereja Betlehem di Wamena, Papua
Gereja Blenduk di Semarang, dibangun dalam arsitektur Eropa

Protestanisme adalah salah satu dari enam agama resmi di Indonesia, yang lainnya adalah Islam, Gereja Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Ini meliputi seluruh Kekristenan di Indonesia, yang merupakan agama terbesar kedua di negara tersebut setelah Islam. Menurut statistik CIA pada 2000, 5.7% populasi Indonesia adalah Protestan.[1] Sensus nasional tahun 2018 mencatat 7,6% (20.246.267) [2]populasi menyebut diri mereka sebagai Protestan, terbesar di Asia Tenggara.

Protestanisme kebanyakan adalah hasil pelayanan misionaris Lutheran dan Reformasi Belanda pada zaman kolonial di negara tersebut.[3][4][5] Perusahaan Hindia Timur Velanda mengatur karya misionaris sehingga ia dapat menjalankan kepentingannya sendiri dan membatasinya pada bagian timur kepulauan Indonesia.[6] Meskipun dua denominasi tersebut adalah denominasi paling umum, berbagai denominasi lain dapat ditemukan di berbagai belahan wilayah di Indonesia.[7] Huria Kristen Batak Protestan, yang dibentuk pada 1861 oleh misionaris Lutheran Jerman Ludwig Ingwer Nommensen, adalah denominasi terbesar.[8]

Referensi

  1. ^ CIA Factbook
  2. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut". Jakarta: Badan Pusat Statistik. 15 Mei 2018. Diakses tanggal 20-10-2011.  [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Ricklefs 1991, hlm. 28, 62.
  4. ^ Vickers 2005, hlm. 22.
  5. ^ Goh, Robbie B.H. (2005). Christianity in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 80. ISBN 981-230-297-2. 
  6. ^ Encyclopedia of Protestantism: 4-volume Set by Hans J. Hillerbrand, chapter on Indonesia, p. 824
  7. ^ "Indonesia - (Asia)". Reformed Online. Reformed Online. Diakses tanggal 7 October 2006. 
  8. ^ Encyclopedia of Protestantism: 4-volume Set by Hans J. Hillerbrand, chapter on Indonesia, p. 337

Bacaan tambahan

Pranala luar