FX Widaryanto
Franciscus Xaverius Widaryanto | |
---|---|
Lahir | 1950 Yogyakarta, Jawa Tengah |
Kediaman | Bandung, Jawa Barat |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Universitas Gadjah Mada, ISI Yogyakarta, University of Illinois |
Pekerjaan | Kurator Seni, Pegiat Tari, Akademisi Seni |
Tahun aktif | 1994 - sekarang |
Situs web | [DokumenTARI] |
Franciscus Xaverius Widaryanto (lahir di Yogyakarta, Jawa Tengah, 1950) adalah penari, pengamat tari, pengajar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia(STSI) Bandung (kini ISBI Bandung), dan Dosen Luar Biasa di Lembaga Pengembangan Humaniora Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Kehidupan Pribadi
Ia sempat menempuh studi jurusan Ilmu Pasti di SMA Kolese De Britto Yogyakarta dengan masuk Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Di sana, ia mengikuti ekstrakurikuler gamelan dan tari Jawa. Ternyata ia malah lebih menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti ekstrakurikuler tersebut dibandingkan studinya. Akhirnya, setelah beberapa kuliah ia hanya mendapat nilai yang kurang memuaskan, ia mengajukan pengunduran diri.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di ISI Yogyakarta. Berkat kegigihannya dalam berkarya, ia mendapat banyak kesempatan untuk belajar, riset, dan terlibat di pertunjukan baik di dalam dan di luar Indonesia. Pengalaman-pengalaman tersebut mengajarkannya untuk mempelajari kultur-kultur yang berbeda dan berdialog dengan dunia yang lebih luas. Ia juga melihat bahwa melalui tari kita dapat melatih tradisi menulis, membaca, dan berpikir kritis.
Pendidikan
Pendidikan Sarjananya diselesaikan pada tahun 1985 di ISI Yogyakarta. Gelar Masternya diperoleh pada tahun 1992 di University of Illinois Urbana-Champaign USA, di bidang Kajian Asia Tenggara. Pada tahun 2015 ia menyelesaikan studi Doktoral dalam bidang Kajian Seni di Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan disertasinya berjudul Ekokritikisme Sardono W. Kusumo: Gagasan, Proses Kreatif, dan Teks-Teks Ciptaannya dan memperoleh predikat cum laude.
Karir dan Proses Kreatif
Sejak tahun 1978, ia tinggal di Bandung. Ia mengajar di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Kemahasiswaan (1992-1995) dan Pembantu ketua II Bidang Administrasi dan Keuangan (2004-2008) di institusi tersebut, serta menjadi Sekretaris Eksekutif Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni (BKS-PT Seni) se-Indonesia yang diketuai oleh Prof. Sardono W. Kusumo sampai dengan tahun 2009.
Pada 1980-1982 ia menjadi Visiting Artist di University of Michigan, Ann Arbor dan University of Wisconsin, Madison, USA dengan bantuan Fullbright Grant.
Pada 1994, ia mendapat kesempatan untuk melakukan survey pertunjukan di Jepang, didukung oleh the Japan Foundation. Pada tahun yang sama pula ia terlibat dalam sebuah pentas keliling di Taiwan bersama Sal Murgiyanto Dance Troupe.
Pada 1995, ia diundang sebagai Visiting Associate Professor. Ia mengajar tari dan gamelan dalam sebuah produksi di University of Michigan, Ann Arbor. Kemudian ia Kembali menjadi Visiting Associate Professor selama musim gugur 2010 sampai dengan musim dingin 2011 di University of Michigan, Ann Arbor, USA.[1]
Sejak Februari 2016, ia diangkat sebagai salah satu kurator seni di NuArt Sculpture Park Bandung, sebuah taman di Bandung, Jawa Barat, yang luasnya kira-kira 3 hektar yang memiliki galeri modern dengan patung karya I Nyoman Nuarta. [2]
Ia juga aktif menulis di beberapa media surat kabar maupun jurnal serta menjadi Dewan Penyunting Jurnal Seni dan Budaya “Panggung” sampai dengan tahun 2017.
Ia telah menulis beberapa buku, dua diantaranya adalah Kritik Tari: Gaya, Struktur, dan Makna (2009) dan Catatan Tiada Henti (2019)[3]. Ia juga mengajar di Lembaga Pengembangan Humaniora, Universitas Katolik Parahyangan Bandung dan membantu Program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sampai sekarang.
Pada 2020, ia menjadi salah satu pemateri di DokumenTari, salah satu program terbaru dari Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp yang diselenggarakan via daring. Bersama DokumenTari, ia mengajarkan pentingnya berpikir kritis, pengalaman, dan imajinasi, terhadap penari-penari, serta mengajarkan penulisan pengalaman-pengalaman kepenarian dan keseharian mereka.
Kini ia juga merupakan anggota dari APESI Bandung (Asosiasi Pencipta Seni Indonesia).
Referensi
- ^ thejakartapost.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ travelingyuk.com, diakses pada 05 Agustus 2021
- ^ onesearch.id, diakses pada 05 Agustus 2021