Lompat ke isi

Egy Massadiah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Agustus 2021 09.10 oleh 51Muhamad (bicara | kontrib) (pembaruan tautan referensi mati dan pembaruan informasi)

Egy Massadiah (lahir 27 Desember 1966) adalah seniman dan produser teater Indonesia.[1] Ia memulai kariernya sebagai penulis lepas di sejumlah surat kabar pada 1987-1994 dengan jabatan terakhirnya Redaktur Pelaksana. Di sela tugas-tugas jurnalistik, ia aktif sebagai pemain teater di kelompok Teater Mandiri besutan seniman senior Putu Wijaya.[1] Pada 2007, ia pernah membintangi film yang ia produseri sendiri Lari Dari Blora. Sebagai produser, ia pernah mementaskan "Mega Mega" Karya Arifin C Noer di Gedung Kesenian Jakarta sebagai bagian dari Art Summit Internasional Festival 2013.[2] Ia pernah menjadi produser pementasan teater BOM karya Putu Wijaya di Slowakia pada 2012.[3] Ia juga menulis esai dan buku. Salah satu bukunya berjudul Soekarno Ata Ende, yang ia tulis bersama Roso Daras dan kemudian menjadi bagian dari pembuatan Film Ketika Bung Di Ende pada 2013 yang ia produseri sendiri [4] dan dibintangi aktris senior Paramitha Rusady.[5] Di luar dunia seniman, ia pernah aktif membantu Wakil Presiden RI Jusuf Kalla atau JK sebagai staf ahli dan pada 2013 menangani pertemuan organisasi perdamaian Centris Asia Pacific Democratic International (CAPDI) di mana JK adalah ketuanya.[6]

Di luar dunia kesenian, Egy adalah kader partai Golkar[7] dan telah menyelesaikan studi Magister-nya di bidang Komunikasi dari Universitas Paramadina.[8] Egy juga merupakan Staf Khusus Kepala BNPB Doni Monardo, bidang media.[9] [10] Dalam pekerjaan ini, Egy menulis dua buku terkait kiprah Doni Monardo dalam menjaga alam berjudul Secangkir Kopi di Bawah Pohon dan Sepiring Sukun di Pinggir Kali.[11] Buku ketiganya terbit pada 2021 berjudul Titik Nol Corona, Doni Monardo di Pusaran Wabah. Buku ketiga ini menceritakan perjalanan Doni menangani Pandemi Covid-19 di Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Kepala BNPB dan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang kemudian berubah menjadi Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang bernaung pada Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.[12][13] Sejak awal 2021, Egy mengetuai Yayasan Kita Jaga Alam yang ia bentuk bersama Doni. Lembaga ini bergerak di bidang lingkungan hidup, khususnya pada mitigasi bencana alam berbasis vegetasi.[1]

Pemikiran

Teater 'stripping'

Egy menginisiasi sebuah ide bahwa teater bisa dipentaskan setiap hari selama seminggu, sebulan atau berbulan bulan. Pementasan teaternya bisa dilakukan 2 kali dalam 1 hari, di tempat yang berbeda pula.[14] Ide ini berangkat dari lemahnya sistem produksi di dalam kelompok-kelompok teater. Egy menyatakan kelompok ini kesulitan mensejahterakan senimannya. Kelompok teater umumnya fokus pada jalannya sebuah pentas di atas panggung saja namun mengesampingkan manajemen produksi dan pemasarannya.[14][15]

Pementasan teater bisa dilakukan, misalnya di beberapa institusi pendidikan seperti SMA.[15]) Dengan sistem stripping ini, beberapa SMA berbeda bisa menjadi tuan rumah pementasan yang durasinya tidak lama, misalnya satu jam. Hasilnya, teater bisa dipentaskan dalam durasi seminggu, sebulan atau berbulan bulan, karena teater juga bisa dilaksanakan dua tiga kali pertunjukan sehari.[14]

Teater stripping ini juga dapat menjadi medium penyampaian pesan-pesan berharga kepada generasi muda Indonesia, seperti: bahaya narkoba, jiwa kewirausahaan, dan bahaya radikalisme.[14] Pementasan teater strpping ini juga bisa dijalankan bekerjasama dengan organisasi-organisasi terkait seperti Badan Narkotika Nasional (BNN), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Perbankan, dan Badan Nasional Penanggulangan Terosime (BNPT).[14]

'Hijrah' partai politik

Sebagai seorang kader Partai Golkar, [7] Egy memiliki pemikiran bahwa pada umumnya partai politik di Indonesia perlu 'hijrah'.[7] Salah satu implementasi hijrah partai politik ini bagi Egy adalah memaknai dan memandang partai politik seperti perusahaan. Di era modern ini, perusahaan yang besar umumnya adalah mereka yang telah go public atau terbuka. Pemimpinnya pun harus terbuka terhadap masukan dan paham cara menjalankan roda perusahaan di era modern.[16] Hijrah yang ia maksud adalah perlunya perubahan perilaku, karakter, bahasa dan cara berkomunikasi partai politik harus berubah. Pada implementasinya, partai politik di Indonesia perlu fokus pada beberapa aspek.[7]

Pertama, partai perlu merangkul kader-kadernya dari kalangan muda dan memberi kesempatan mereka untuk memimpin partai. Kedua, partai perlu secara simultan memperbaiki strategi komunikasi dan kehumasannya. Ketiga, partai politik harus ramah dengan teknologi informasi. Terakhir, mereka perlu mengedepankan keberpihakan kepada industri kreatif.[7]

Pemikiran ini menjadi bahan kritikannya pada partainya sendiri. Baginya, Golkar pernah menjadi cerminan hijrah politik ketika mendengungkan slogan ‘Golkar Bersih’ di awal era kepemimpinan Airlangga Hartarto.[16] Namun pada realisasinya, Egy melihat banyak hal yang tidak sesuai dengan semangat hijrah partai tersebut. Beberapa hal yang ia kritisi antara lain mayoritas pimpinan diisi oleh kader dari kalangan tua, penempatan kader pada posisi yang tidak sesuai kompetensinya, dan penamaan nomenklatur jabatan yang makna dan artinya sulit dipahami.[16]

Rujukan

  1. ^ a b c Tribunnews. "Profil Egy Massadiah, Multi-talent yang Berangkat dari Karier Jurnalistik" (diakses 30 Agustus 2021)
  2. ^ Tribunnews. "Mega Mega" Karya Arifin C Noer akan Dipentaskan di GKJ (diakses 30 Juni 2015)
  3. ^ Okezone. [1] (diakses 1 Agustus 2015)
  4. ^ Okezone. Ketika Bung di Ende, Film Kisah Soekarno di Pengasingan Ende (diakses 30 Agustus 2021)
  5. ^ Okezone. Paramitha Rusady Pakai Sarung Asli Bu Inggit di Ketika Bung di Ende (diakses 1 Agustus 2015)
  6. ^ Diplomasi Makanan Bugis Ala Jusuf Kalla (diakses 1 Agustus 2015)
  7. ^ a b c d e Indonesiana. ”Golkar Airlangga". (diakses 19 Februari 2018)
  8. ^ Udang Mufidah JK (diakses 12 Februari 2018)
  9. ^ "Lebaran Ini Pak Doni Tak Pulang Lagi, Takbir dan Tahmid Bergema di Graha BNPB" (diakses 30 Agustus 2021)
  10. ^ "Di Forum Pengurangan Risiko Bencana, Doni Monardo Ajak Dunia Jaga Alam" (diakses 14 Januari 2020)
  11. ^ "Buku: Doni dan Catatan Kisahnya buat Jaga Alam Indonesia". Mongabay Environmental News (dalam bahasa Inggris). 2020-10-13. Diakses tanggal 2021-05-21. 
  12. ^ Berita Satu. "Buku “Titik Nol Corona” Catatan Kisah Perang Doni Monardo Mengendalikan Wabah Covid-19" (diakses 30 Agustus 2021)
  13. ^ tirto.id. "Larangan Mudik, Doni Monardo, & Harapan Titik Nol Virus Corona" (diakses 30 Agustus 2021)
  14. ^ a b c d e ”Menghidupkan Teater Melalui Manajemen Pentas Striping"(diakses 30 Agustus 2021)
  15. ^ a b "Seniman Teater Bisa Berpenghasilan Lebih Baik. Ikuti Langkah-Langkah Ini!" (diakses 30 Agustus 2021)
  16. ^ a b c Indonesiana. ”Menafsir Ulang Golkar Bersih?" (diakses 19 Februari 2018)