Lompat ke isi

Dara Puspita

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 September 2021 03.12 oleh 36.72.74.79 (bicara)
DARA PUSPITA
Dara Puspita pada sebuah Tur Serawak Borneo dalam kulit muka majalah Rolling Stone Indonesia edisi Oktober 2015.
Dara Puspita pada sebuah Tur Serawak Borneo dalam kulit muka majalah Rolling Stone Indonesia edisi Oktober 2015.
Informasi latar belakang
AsalSurabaya, Indonesia
GenreRock
Tahun aktif1960-1974
LabelRemaco, Mesra Record, Dimita, El Shinta, Disco Recording, London Litle King & Hubbard Music, Wilhelm Butz Production
Artis terkaitIrama Puspita, Nirma Puspita, Tikki Takki Susy Leeze, Adarapta, Delima Puspita, Dara Puspita Min Plus, Daughters of Zeus, Yudith Manoppo, Dora Sahertian
Mantan anggotaTitiek Hamzah
Titiek Adji Rachman (gitar melodi)
Lies Soetisnowati Adji Rachman (bas)
Susy Nander (drum)
Ani Kusuma (gitar pengiring)

Dara Puspita adalah grup musik asal Surabaya, Jawa Timur yang dibentuk tahun 1964 dan beranggotakan Titiek Adji Rachman (gitar melodi), Lies Soetisnowati Adji Rachman (bas), Susy Nander (drum), dan Ani Kusuma (gitar pengiring).

Sejarah

Awal mula

Popularitas dan sensasionalitas grup ini baru terjadi setelah Titiek Hamzah sebagai pemetik bas menggantikan Lies pada 3 April 1965. Lies meninggalkan Dara Puspita selama sebulan untuk menyelesaikan sekolahnya. Ketika dia kembali, Lies justru menggantikan Ani, sementara Titiek Hamzah tetap dipertahankan. Dengan formasi Titiek AR, Lies, Titiek Hamzah, dan Susy, mereka tampil pertama kali di Bandung bersama Yanti Bersaudara, Noor Bersaudara, Nenny Triana dan Ernie Djohan. Mulai saat itu, keempat dara Kota Buaya itu mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton.

Keunikan mereka diatas panggung adalah dengan melakukan hal-hal yang tak dilakukan grup-grup pria. Mereka berjingkrak dan menjerit sambil meraung-raungkan alat musiknya sehingga sering lirik lagu menjadi tidak terdengar. Tetapi, banyak yang naik ke atas pentas ikut berjoget. Sambutan penonton tidak hanya di Tanah Air. Dalam pertunjukan mencari dana di Kuala Lumpur (Malaysia) awal November 1967, mereka dielu-elukan ribuan penonton yang juga berebut bersalaman dan minta tanda tangan. Pada kesempatan itu, Dara Puspita tampil bersama pelawak dan penyanyi Alwi serta Oslan Husein.

Personil

Dalam kehidupan sehari-hari, keempat gadis itu termasuk Lies, misalnya, patuh kepada orangtuanya sehingga dia baru giat bermain gitar ketika duduk di bangku SMA. Titiek AR yang lahir 19 Januari 1946 dan Lies 30 Januari 1948 adalah dua dari 10 anak Adjie Rachman, yang pada masa mudanya dikenal sebagai pemusik keroncong. Meskipun orangtuanya mula-mula tidak setuju kedua putrinya bermusik, mereka akhirnya bangga ketika tahu Titiek AR bersama grup sekolahnya menjadi juara. Sukses Titiek AR ini memacu Lies menekuni gitar dan bahkan juga organ. Hampir sama dengan Titiek dan Lies, Susy juga tidak didukung orang tua ketika menyatakan niatnya bermusik. Namun, ketekunan dan kekerasan hatinya membuat orangtuanya menyerah juga. Susy, kelahiran 5 Juli 1947 dengan nama Sioe Tjuan, adalah salah satu dari tujuh anak pasangan Tjan Tjun Han dan Hanna Elizabeth Nander. Keterampilan Susy sebagai drummer perempuan dijadikan barometer oleh para penabuh drum cewek lainnya. Titiek Hamzah, yang lahir di Bukittinggi 16 Januari 1949, merupakan anggota termuda. Sudah suka musik sejak usia enam tahun dan bergabung dengan band bocah bersama Jopie Item yang bernama Xaverius.[1] Titiek Hamzah, satu-satunya anggota Dara Puspita yang masih aktif dalam musik sampai sekarang.

Konsep musik

Album pertama berjudul Jang Pertama direkam secara langsung dan dirilis dalam bentuk piringan hitam berisi lagu lagu antara lain Pantai Pattaya, Tanah Airku, Mari Mari, Ali Baba, Kenangan Yang Indah, Burung Kakaktua, Lagu Gembira, dan Surabaya. Salah satu lagu dalam album perdana ini bertajuk Tinggalkan Aku Sendiri, gubahan Yok Koeswoyo dari Koes Bersaudara.

Penggarapan musik Titiek Hamzah dan kawan-kawan biasa-biasa saja, bahkan sangat kentara pengaruhnya dari musik Barat, seperti Beatles, Everly Brothers, Elvis Presley atau Rolling Stones. Dengan keterbatasan itu, ternyata mereka berani membawakan Burung Kakaktua dengan gaya sendiri dalam album Jang Pertama. Burung Kakatua yang menjadi salah satu hits Dara Puspita itu dinyanyikan oleh Lies A.R. Lagu lain, Surabaya, menjadi sedemikian populer sehingga banyak orang beranggapan lagu itu adalah karya Dara Puspita dan tidak mengira bahwa nomor tersebut merupakan ciptaan kelompok sandiwara Bintang Surabaya pada tahun 1928, yang liriknya dimodifikasi oleh A. Rachman, ayah Lies dan Titiek.

Sedangkan lahu "Mari Mari" ciptaan Titiek Puspa bisa dikatakan hadir dengan ciri khas mereka yang saat itu termasuk meledak-ledak dan ceria. Pantai Pattaya yang tidak kalah populer dibandingkan Surabaya, ternyata menurut Titiek Hamzah, terinspirasi oleh sebuah lagu yang dibawakan grup musik di Bangkok (Thailand) ketika mereka tur ke sana. Demikian juga Pusdi dan Aku Pergi yang tercipta di Negeri Gajah Putih itu. Dalam penciptaan lagu, Dara Puspita tidak merasa seterampil grup-grup musik sekarang. Itulah sebabnya Jang Pertama mengandalkan lagu-lagu Titiek Puspa, Yon Koeswoyo (Kenangan Yang Indah), serta A Rachman dalam penulisan lirik.

Demikian juga pada tiga album selanjutnya. Album kedua berisi lagu-lagu Titiek Puspa, selain karya Titiek Hamzah. Titiek Puspa tetap diandalkan dalam album ketiga, Green Green Grass Of Home, dan album keempat, A Go Go. Dalam album ketiga, mereka membawakan Green Green Grass Of Home yang sebelumnya dipopulerkan oleh Tom Jones dan juga Lonely Street (Clarence Henry dan Andy Williams).[2] Pada album keempat, lagu Bee Gees, To Love Somebody, dinyanyikan dengan aransemen yang nyaris tak berubah dengan yang asli.

Tur Eropa

Dara Puspita berangkat ke Eropa pada Juli 1968. Tetapi, sebelumnya mereka mampir di Iran. Kalau keempat gadis itu selalu memperoleh bantuan teknisi ketika memasang dan mempersiapkan alat sebelum pertunjukan di Tanah Air, di luar negeri mereka harus melakukannya sendiri. Kepanikan terjadi ketika kabel putus atau peralatan suara yang berat salah tempat dan harus dipindahkan. Untung, Moerdiono yang memimpin mereka berusaha membantu sebagai juru bahasa. Titiek Hamzah dan kawan-kawan merasa terhibur ketika pertunjukan mereka memperoleh sambutan meriah. Bahkan, seorang pangeran dari Kerajaan Iran waktu itu minta dinyanyikan lagi Kakaktua.

Dari Iran mereka ke Jerman Barat dan Turki. Perjalanan terasa semakin berat, dari satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya tidak jarang harus menempuh perjalanan sampai 100 kilometer. Begitu tiba, mereka langsung membongkar dan kemudian memasang semua peralatan. Untung saja sejak di Jerman Barat mereka dibantu roadies yang mengurusi peralatan. Jadi, pada tur di Hongaria, keempat dara bisa konsentrasi menyiapkan lagu saja. Perjalanan di Hongaria berakhir bulan Oktober 1969, atau satu tahun tiga bulan setelah mereka meninggalkan Tanah Air. Selama kurun waktu itu, Dara Puspita mengadakan lebih dari 250 pertunjukan di 70 kota besar dan kecil. Pada saat itulah mereka berkenalan dengan dua dari empat manajer yang menangani mereka di Inggris.

Di London, Dara Puspita tinggal di daerah Chelsea, tidak jauh dari Carnaby Street dan Oxford Street di pusat ibu kota Inggris itu. Di sini, Titiek AR, Lies, Susy, dan Titiek Hamzah diperkenalkan kepada Collin Johnson dari NEM Enterprise, yang menangani The Beatles pada awal kariernya. Sebelum meninggalkan Inggris menuju ke Prancis, Dara Puspita menghasilkan singel Ba Da Da Dum dan Dream Stealer. Singel ini pun senasib dengan yang sebelumnya. Tetapi, Dara Puspita segera melupakannya. Dari Prancis mereka menuju ke Belgia, Spanyol, dan Belanda. Di Belanda, beberapa bulan sebelum kepulangan mereka ke Indonesia, tepatnya pada 11 September 1971, Titik Hamzah sempat menyatakan mundur secara tertulis dari Dara Puspita. Hal tersebut menunjukkan telah terjadinya ketidakharmonisan di antara mereka, bahkan sejak masih berada di Eropa.

Kembali ke Indonesia

Dara Puspita kembali ke Indonesia tanggal 3 Desember 1971 dan disambut bagaikan supergroup, sebagaimana Led Zeppelin, Deep Purple, Grand Funk Railroad dan Black Sabbath yang mendarat di Bandara Kemayoran enam tahun kemudian. Jadwal pertunjukan sudah menunggu walaupun ada isu Dara Puspita sebenarnya sudah bubar. Tidak heran jika Dara Puspita menebarkan sensasi tentang rencana bubar itu. Ketika tur di sejumlah kota, rumor tentang hal tersebut semakin menjadi-jadi. Apalagi masyarakat ingin tahu apa saja yang mereka peroleh setelah tiga tahun lebih berada di Eropa.[3]

Hanya 15 hari setelah menjejakkan kaki di Indonesia, Dara Puspita tampil pada 18-19 Desember 1971 di Istora Senayan bersama Panbers, AKA dan The Rollies, disaksikan sekitar 23.000 penonton. Tanggal 31 Desember 1971 mereka unjuk gigi di Pandaan bersama The Rollies, The Gembels, Yeah Yeah Boys, Vivi Sumanti, dan Nidya Sisters. Kemudian mereka tur ke Malang, Bandung, Denpasar, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Kediri, Tulungagung, Madiun, Jember, Yogyakarta, Solo, Tasikmalaya, Tegal, Surabaya, dan 29 Maret 1972 di Jakarta sebagai tur terakhir di Pulau Jawa. Pertunjukan ini mempunyai arti tersendiri bagi Susy dan Yon Koeswoyo karena mereka berpacaran meskipun tidak sampai ke pernikahan. Setelah pertunjukan terakhir di Jakarta itu, Dara Puspita terbang ke Manado dan Makassar. Setelah itu Dara Puspita dinyatakan bubar, antara lain setelah Titiek Hamzah berkeras ingin menarik diri. Susy berusaha membujuk dengan mengatakan Dara Puspita sedang berada pada puncak karier dan sayang kalau harus bubar saat itu.[4]

Diskografi

Album

Single

Referensi