Lompat ke isi

G.K.R. Mangkubumi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 September 2021 01.09 oleh Rassya LN22 (bicara | kontrib)
Mangkubumi
Gusti Kanjeng Ratu
Putri Mahkota Yogyakarta
Pemahkotaan5 Mei 2015
KelahiranGusti Raden Ajeng Nurmalita Sari
24 Februari 1972 (umur 52)
Indonesia Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Pasangan
(m. 2002)
Keturunan
  • Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari
  • Raden Mas Drasthya Wironegoro
Nama lengkap
Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram
WangsaHamengkubuwono
AyahHamengkubuwana X
IbuRatu Hemas

Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, atau sebelumnya bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dan sebelumnya lagi bernama Gusti Raden Ajeng Nurmalita Sari (bahasa Jawa: ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ​ꦏꦚ꧀ꦗꦼꦁ​​ꦫꦠꦸ​ꦩꦁ​ꦏꦸꦧꦸꦩꦶ, translit. Gusti Kanjěng Ratu Mangkubumi; lahir 24 Februari 1972) adalah putri pertama dari pasangan Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan seorang Putri Mahkota dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Masa kecil dan pendidikan

Ratu Mangkubumi dibesarkan di Yogyakarta hingga usia SMA. Dia sekolah di SMA Bopkri 1 Yogyakarta sebelum akhirnya pindah sekolah ke Singapore di International School of Singapore. Setelah Lulus SMA, dia melanjutkan pendidikanya di beberapa college di California sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Griffith University Brisbane, Queensland, Australia.

Pernikahan

Ratu Mangkubumi menikah dengan Pangeran Wironegoro pada tanggal 28 Mei 2002. Berhubung dia adalah putri tertua, maka pernikahan tersebut mendapat banyak perhatian dari publik. Pernikahan ini juga menjadi acuan bagi pernikahan-pernikahan adik-adiknya.

Sebelum menikah, sesuai dengan adat keraton, calon pengantin wanita menerima gelar dan nama baru dari sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pemberian gelar ini dilangsungkan melalui upacara wisuda yang digelar di keraton Yogyakarta. Sementara itu calon pengantin pria mendapat gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro. Pada saat yang bersamaan, Ratu Pembayun juga diangkat sebagai pemimpin kegiatan keputren dan seluruh putri keturunan Sultan Hamengkubuwono X.[1]

Rentetan acara pernikahan diawali dengan prosesi "Nyantri",[2] di mana calon pengantin pria Nieko Messa Yudha yang sebelumnya telah diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro mulai masuk ke Keraton pada tanggal 27 Mei 2002.

Sesuai dengan adat yang berlaku di Keraton, Sri Sultan Sendiri yang menikahkan puterinya dengan KPH Wironegoro. Prosesi "panggih" pernikahan dihadiri oleh pejabat tinggi negara, termasuk Presiden Megawati Soekarnoputri serta Duta-duta besar perwakilan negara-negara sahabat.[3] Sebagai Putri Raja, Ratu Pembayun melewati prosesi "pondongan" dalam prosesi panggih di mana mempelai pria dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita GBPH Yudhaningrat memondong (mengangkat) mempelai wanita sebagai simbol "meninggikan" posisi seorang istri. Beberapa berita melaporkan bahwa prosesi panggih ini diliputi oleh suasana "magis" berkaitan dengan angin kencang yang bertiup di dalam tembok keraton serta petir yang menggelegar di siang hari bolong[4]

Usai panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi "kirab". Sebagai putri pertama, Ratu Pembayun harus dikirab keliling benteng Keraton, menggunakan kereta pusaka Kanjeng Kyai Jongwiyat, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Prosesi Kirab yang sudah tidak pernah dilaksanakan lagi sejak zaman pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII ini dihadiri oleh ratusan ribu warga yogyakarta.[5] Pernikahan agung Keraton Yogyakarta ini mengikuti tradisi yang dipertahankan sejak ratusan tahun dan diteruskan hingga adik-adik dari Ratu Pembayun yaitu Ratu Maduretno, Ratu Hayu dan Ratu Bendoro

Pernikahan Ratu Mangkubumi dan Pangeran Wironegoro dikaruniai dua orang anak: 1) Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari Wironegoro dan 2) Raden Mas Drasthya Wironegoro. Putri pertamanya "Artie" sudah cukup dewasa untuk menjalani upacara adat "tetesan" pada tanggal 22 Desember 2013. Upacara ini menandai bahwa seorang anak perempuan sudah menginjak dewasa.[6]

Pekerjaan

Selain aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan, GKR Mangkubumi menjabat sebagai Direktur PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia (perusahaan rokok kretek yang dibangun untuk mengurangi angka pengangguran di Bantul) dan PT. Yarsilk Gora Mahottama, serta Komisaris Utama PT Madubaru.[7]

Konservasi alam dan satwa liar

Ratu Mangkubumi bergabung dengan Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ) Kulonprogo, Yogyakarta, untuk menyelamatkan satwa, khususnya orang utan.[8][9] Dalam hal ini Ratu Mangkubumi berkerja sama dengan NGOs, private sector dan media dari Luksemburg.[10] Tidak hanya orang utan, Ratu Mangkubumi juga aktif dalam usaha konservasi elang jawa yang menjadi inspirasi lambang negara Burung Garuda.[11]

Pendidikan dan kepemudaan

Ratu Mangkubumi pernah menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Provinsi DIY selama 10 tahun (2002 - 2012) di mana dia mengarahkan organisasi tersebut untuk membina kepemimpinan dan meningkatkan sumber penghidupan pemuda. Ratu Pembayun juga aktif bekerja sama dengan BKKBN untuk masalah kesehatan reproduksi remaja dan juga kesetaraan gender.[12] Dia juga aktif dalam bida pendidikan. Sebagai seorang Ibu, Ratu Mangkubumi berusaha menyempatkan waktu untuk sebisa mungkin mengawasi putra-putrinya belajar.[13] Disamping aktivitas tersebut, Ratu Pembayun juga duduk sebagai anggota dewan kehormatan di Palang Merah Indonesia DIY.[14]

Pada awal tahun 2012, Ratu Mangkubumi membawakan proposal dengan tujuan menjadikan Yogyakarta jadi provinsi cyber/cyber province pertama. Hal itu diungkapkan Putri Pembayun saat memberikan keynote speech pada pertemuan The Education World Forum 2012 yang diadakan di gedung The Queen Elizabeth II Conference Centre, London, Inggris yang berlangsung selama tiga hari dari 9 hingga 11 Januari.[15]

Pada bulan oktober 2012, GKR Mangkubumi terpilih sebagai Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia DIY untuk periode 2012 - 2015.[16] Jabatan ini memberi kesempatan pada Mangkubumi untuk membawa KNPI dalam usaha memberdayakan kaum miskin.

Pada tanggal 28 Maret 2015, musyawarah daerah gerakan pramuka DIY secara sepakat memilih GKR Mangkubumi sebagai ketua Kwartir Daerah Pramuka DIY.[17] Usai pelantikan, GKR Mangkubumi menyampaikan visinya untuk memasarkan gerakan pramuka kepada anak anak dari SD sampai SMA. Lebih lanjut dia juga menyatakan bahwa kwarda akan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kegiatan kegiatan pramuka kepada anak anak dan remaja.[18]

Aktivitas Sosial

Saat suaminya KPH Wironegoro mengawali kiprahnya di dunia politik, banyak pertanyaan apakah Ratu Mangkubumi akan mengikuti jejak suami dan ibunya. Pembayun menepis pertanyaan tersebut dengan menyatakan dia lebih nyaman di pekerjaan sosial.[13][19]

Sebagai aktivis di bidang sosial, GKR Mangkubumi pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.[20][21]

Profesi/Pekerjaan

  • Komisaris Utama PT Madubaru (PG/PS Madukismo)[7]
  • Komisaris Utama PT Mataram Mitra Manunggal (BPR Mataram)
  • Direktur Utama PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (Industri Rokok) periode 2003-2008
  • Komisaris Utama PT Yogyakarta Tembakau Indonesia
  • Direktur Utama PT Yarsilk Gora Mahottama (Industri Sutera)

Jabatan Dalam Assosiasi dan Organisasi

  • 2002-2012: Ketua Umum Karang Taruna Provinsi DIY
  • 2003-2011: Ketua Umum BPD AKU Provinsi DIY (Asosiasi Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
  • 2003-2008: Wakil Ketua International Association of Wild Silk Moth (berbasis di Jepang)
  • 2005-2009: Ketua Umum Koperasi Aku Sejahtera
  • 2006–2010: Ketua Pembina Yayasan Royal Silk (Pengembangan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat di wilayah Karangtengah)
  • 2002–2006: Wakil Ketua Asosiasi Masyarakat Sutera Alam DIY
  • 2002-2006: Wakil Ketua ASEPHI DIY (Asosiasi Handicraft)
  • 2006–2010: Ketua Asosiasi Masyarakat Persuteraan Alam Liar Indonesia
  • 2006-2011: Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DIY 2006-2011
  • 2012-2015: Ketua DPD KNPI DIY
  • 2012 - sekarang: Pusat Penyelamatan Satwa Jogja (PPSJ)
  • 2015 - sekarang: Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY
  • 2015 - sekarang: Ketua Kadin DIY

Peranan di keraton

Sebagai Putri tertua dan Lurah Putri di lingkungan Kraton, Ratu Mangkubumi bertugas mengharmoniskan hubungan dengan adik-adiknya dan keluarga besar Keraton pada umumnya.[22] Jabatanya sebagai salah satu Penghageng juga menuntutnya untuk memimpin beberapa upacara adat di lingkungan Keraton seperti "Tumplak Wajik", "Peksi Burak" juga beberapa upacara adat yang menjadi rangkaian prosesi pernikahan adik-adiknya Ratu Hayu dan Ratu Bendara.

Menurutnya keraton sebagai pusat kebudayaan harus menjadi saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pada saat yang sama Keraton juga harus membuka diri dengan kemajuan zaman. Saat ditanya mengenai suksesi di lingkungan keraton, dia menjawab "tergantung Bapak Saja".[23]

Salah satu bentuk dari usaha melestarikan budaya terwujud dalam keaktifan Ratu Mangkubumi dalam olah tari. Dia adalah penari keraton andalan bersama adik-adiknya Ratu Condrokirono, Ratu Hayu dan Ratu Bendoro.

Pada tanggal 5 Mei 2015, sesuai Sabdaraja yang dikeluarkan oleh Sri Sultan, Ratu Pembayun menerima gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram, yang secara otomatis menjadikannya sebagai pewaris tahta keraton.

Referensi

  1. ^ Wiwik Susilo dan Mardianto (6 Mei 2002). "GRA Nurmalitasari Menyandang Gelar Baru". Liputan6.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  2. ^ PUT/DIT (28 Mei 2002). "Nyantri, Awali Pernikahan Putri Sultan GKR Pembayun". BaliPost.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-09. Diakses tanggal 9 Mei 2015.  line feed character di |title= pada posisi 37 (bantuan)
  3. ^ LN Idayanie (28 Mei 2002). "Presiden dan Pejabat Tinggi Negara Hadiri Pernikahan Puteri Sultan HB X". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  4. ^ Joko Syahban, Kristiyanto, Sujoko, dan Sawariyanto (3 Juni 2002). "Perkawinan Agung : Memurnikan mitos Mataram Islam". Gatra. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  5. ^ ICH/Wiwik Susilo (29 Mei 2002). "Kirab Pengantin Keraton Yogyakarta Disambut Meriah". Liputan6.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  6. ^ Andreas Tri Pamungkas (22 Desember 2013). "Tetesan Putri Pembayun, Jaga Kesehatan Sekaligus Lestarikan Budaya". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  7. ^ a b "Kondhang: GKR Pembayun "Jadi Raja itu Nggak Enak"". Kabare Jogja Magazine. 19 Juni 2006. Diakses tanggal 19 Juni 2006. 
  8. ^ Pembayun Makin Tua Makin Bermakna[pranala nonaktif permanen], 6 Maret 2012. Tabloid Nova. Rini.
  9. ^ "Ulang Tahun Ke-41 GKR Pembayun di PPSJ". Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. 24 Februari 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-15. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  10. ^ "Gusti Kanjeng Ratu Pembayun Visit Luxembourg Protection and Rehabilitation Orangutan". Embassy of the Republic of Indonesia in Brussels. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2021-03-24. 
  11. ^ http://www.indonesiapower.co.id/SitePages/NewsDetail.aspx?dN=551
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2014-01-15. 
  13. ^ a b "Gusti Pembayun Miliki Segudang Kegiatan Sosial, Ogah Terjun ke Dunia Politik". MataWanita. 
  14. ^ "Website Pmi Mudahkan Masyarakat Ketahui Stok Darah". JogjaTV, PMI Jogja. 30 Maret 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  15. ^ Kunto Wibisono (12 Januari 2012). "Putri GKR Pembayun: Yogjakarta jadi provinsi cyber pertama". AntaraNews.com. Diakses tanggal 12 Januari 2012. 
  16. ^ Akhirul Awal (14 Oktober 2012). "GKR Pembayun Jabat Ketua DPD KNPI DIY". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-23. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  17. ^ Endro Guntoro (31 Maret 2015). "GKR Pembayun pimpin Kwarda Pramuka DIY". Harian Jogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-23. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  18. ^ UWD (11 Juni 2015). "GKR Mangkubumi dilantik sebagai ketua Pramuka Yogyakarta". tempo.com. Diakses tanggal 22 Desember 2015. 
  19. ^ Ujang Hasanudin (8 Februari 2013). "GKR Pembayun Emoh Berpartai". HarianJogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 8 Februari 2013. 
  20. ^ "GKR Pembayun Terima "Perempuan Tak Terpatahkan". Antaranews.com. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  21. ^ Tomi Sujatmiko (15 Desember 2013). "Resmikan Kampung Wisata Kuliner, 'This Is It'..., Cokies Ubi Ungu GKR Pembayun". Kedaultan Rakyat Online. 
  22. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-16. Diakses tanggal 2014-01-15. 
  23. ^ http://kabare.jogja.com/?a=b1R5L0ZlWjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D%3D