Model pendidikan tinggi Humboldt
Model pendidikan tinggi Humboldtian (Jerman: Humboldtsches Bildungsideal, harfiah: pendidikan ideal Humboldt) adalah konsep pendidikan akademik yang muncul pada awal abad ke-19 yang ide intinya adalah kombinasi holistik dari penelitian dan studi. Kadang-kadang model pendidikan ini hanya disebut model Humboldtian, bertujuan mengintegrasikan seni dan ilmu pengetahuan dengan penelitian untuk mencapai pembelajaran umum dan pengetahuan budaya yang komprehensif. Model pendidikan ini masih diikuti sampai sekarang. Ide ini berasal dari Wilhelm von Humboldt, yang pada masa reformasi Prusia mengandalkan kelas menengah terdidik yang sedang tumbuh, dan oleh karenanya ia mempromosikan klaim-klaim tentang pendidikan umum.
Model pendidikan Humboldt melampaui pelatihan kejuruan di Jerman. Dalam sebuah surat kepada raja Prusia, dia menulis:
"Tidak dapat disangkal, ada jenis pengetahuan tertentu yang harus bersifat umum dan, yang lebih penting, pengembangan pikiran dan karakter tertentu yang siapapun harus memilikinya. Orang-orang jelas tidak bisa menjadi pengrajin yang baik, pedagang, tentara atau pengusaha kecuali, terlepas dari pekerjaan mereka, mereka mempunyai sikap yang baik dan terhormat sesuai dengan kondisi mereka, dengan begitu mereka menjadi manusia dan warga negara yang berpengetahuan luas. Jika dasar ini diaplikasikan melalui pengajaran-pengajaran sekolah, keterampilan kejuruan atau vokasi dengan mudah akan diperoleh di kemudian hari, dan seseorang selalu dapat bebas berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, seperti yang sering terjadi dalam kehidupan."[1]
Filsuf dan mantan Menteri Negara Kebudayaan Republik Federal Jerman, Julian Nida-Rümelin mengkritik perbedaan antara cita-cita Humboldt dan kebijakan pendidikan Eropa kontemporer, yang secara sempit memahami pendidikan sebagai persiapan untuk memasuki pasar tenaga kerja. Ia mengajukan klaim bahwa seseorang perlu memutuskan untuk memilih antara McKinsey atau cita-cita Humboldt.[2]
Konsep pendidikan akademik holistik (bandingkan dengan Bildung) adalah gagasan Wilhelm von Humboldt, seorang filsuf Prusia, pejabat pemerintah dan diplomat. Sebagai anggota dewan penasehat di Kementerian Dalam Negeri, ia mereformasi sistem pendidikan Prusia sesuai dengan prinsip-prinsip humanis. Ia mendirikan Universitas Berlin (sekarang Universitas Humboldt Berlin), menunjuk para sarjana terkemuka untuk mengajar dan melakukan penelitian di sana.[3] Beberapa cendekiawan menganggapnya sebagai pejabat pendidikan paling berpengaruh dalam sejarah Jerman. Humboldt berusaha menciptakan sistem pendidikan berdasarkan pengetahuan dan analisis yang tidak memihak, menggabungkan penelitian dan pengajaran serta memungkinkan mahasiswa untuk memilih program studi mereka sendiri. Universitas Berlin kemudian dinamai menurut namanya dan saudaranya, seorang naturalis Alexander von Humboldt.
Latar Belakang
Model Humboldt didasarkan pada dua gagasan dari Masa Pencerahan : individu dan warga dunia. Humboldt percaya bahwa universitas (dan pendidikan pada umumnya, seperti dalam sistem pendidikan Prusia) harus memungkinkan siswa untuk menjadi individu yang otonom dan warga dunia dengan mengembangkan kekuatan penalaran mereka sendiri dalam lingkungan kebebasan akademik. Humboldt menggagas cita-cita Bildung, pendidikan dalam arti luas, yang bertujuan tidak hanya untuk memberikan keterampilan profesional melalui sekolah di tetapi lebih untuk memungkinkan siswa membangun karakter individu dengan memilih cara mereka sendiri.[4]
Humboldt telah mempelajari studi klasik Yunani sejak masa mudanya, dan dirinya sendiri merupakan pengejawantahan dari tesis Eliza Marian Butler tentang peran penting sastra dan seni Yunani Kuno dalam pemikiran Jerman abad ke-19.[5] Humboldt percaya bahwa studi tentang masa Hellenic akan membantu kesadaran nasional Jerman, mendamaikannya dengan modernitas tetapi membedakannya dari budaya Prancis, yang dia lihat berakar pada tradisi Romawi. Cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui universitas.[5]
Latar belakang budaya-historis model pendidikan Humboldtian menjawab tuntutan Bildungsbürgertum untuk meningkatkan pengetahuan umum ( Allgemeinbildung ). Bildungsbürgertum memimpin reformasi Prusia pada awal abad ke-19 dan berhasil menghasilkan masyarakat pengetahuan ante litteram.[6] [7] [8] [9] [10]
Humboldt meyakini bahwa pengajaran harus dipandu oleh penelitian terkini, dan penelitian itu harus tidak memihak dan independen dari pengaruh ideologis, ekonomi, politik atau agama. Model pendidikan Humboldtian berjuang untuk kebebasan akademik tanpa syarat dalam penyelidikan intelektual tentang dunia, baik yang dimiliki oleh pengajar dan mahasiswa. Proses belajar harus dipandu oleh cita-cita humanistik dan pemikiran bebas, dan pengetahuan harus dibentuk atas dasar logika, akal, dan empirisme, bukan berdasar otoritas, tradisi, atau dogma.[11] [12] [13] Sejalan dengan konsep dasar Wissenschaft, Humboldt memandang filsafat sebagai penghubung antara berbagai disiplin akademis, yang mencakup humaniora dan ilmu alam.[14]
Humboldt mendorong Universitas Berlin untuk beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah dan tidak sejalan dengan mekanisme pasar. Prinsip-prinsip ilmiah ini meliputi rasa ingin tahu, kebebasan penelitian, dan tujuan internal. Namun demikian, Humboldt adalah seorang konservatif politik (dalam istilah Prusia) dan melihat negara sebagai pemain utama dalam masalah pendidikan. Pada tahun 1920, George Peabody Gooch mengklaim bahwa gagasan Humboldt tentang negara hanya dapat diwujudkan dalam "komunitas Humboldts".[15]
Prinsip
Cita-cita pendidikan Humboldt bertumpu kepada dua konsep sentral pendidikan publik: Konsep individu yang otonom dan konsep kewarganegaraan dunia. Universitas harus menjadi tempat di mana individu otonom dan Warga Dunia diproduksi atau secara lebih khusus, mereka memproduksi diri mereka sendiri.
- Individu yang otonom adalah individu yang menentukan nasibnya sendiri dan bertanggung jawab dengan menggunakan akalnya.
- " Weltbürgertum adalah ikatan kolektif, yang menghubungkan individu otonom, terlepas dari sosialisasi sosial dan budaya mereka: Humboldt mengatakan: 'Untuk mentransformasi dunia semaksimal mungkin ke dalam pribadi diri sendiri, dalam arti kata yang lebih tinggi, hidup'. Upaya tersebut harus bertujuan untuk bekerja dengan dunia secara komprehensif, dan dengan demikian terungkap sebagai subjek. Menjadi warga dunia berarti, menghadapi pertanyaan besar kemanusiaan: mencari perdamaian, keadilan, dan peduli terhadap pertukaran budaya, hubungan gender lain, atau hubungan dengan alam." [16] Pendidikan universitas seharusnya tidak berfokus pada pekerjaan, tetapi pelatihan pendidikan yang independen dari kepentingan ekonomi.
Kebebasan akademik menggambarkan kemandirian universitas dari pengaruh pemerintah dan hambatan ekonomi. Universitas perlu untuk menghindari pengaruh pemerintah. Humboldt menuntut bahwa lembaga ilmiah pendidikan tinggi harus melepaskan dirinya "dari segala bentuk untuk berada di dalam negara". Oleh karena itu, konsep universitasnya merencanakan bahwa Universitas Berlin harus memiliki barang sendiri untuk membiayai dirinya sendiri dan dengan demikian mengamankan kemandirian ekonominya. Kebebasan akademik juga menuntut, selain kemandirian universitas dari pengaruh pemerintah dan pasar, juga terdapat kemandirian dari dalam; yaitu pilihan studi yang bebas dan organisasi studi yang bebas. Oleh karena itu Universitas harus menjadi tempat diskusi publik permanen antara semua yang terlibat dalam proses ilmiah. Integrasi pengetahuan mereka harus diupayakan dengan bantuan filsafat. Filsafat seharusnya merepresentasikan ilmu dasar, yang memungkinkan anggota disiplin ilmu yang berbeda untuk membawa pertukaran ide mengenai penemuan mereka dan untuk menghubungkan penemuan mereka bersama-sama. Cita-cita pendidikan Humboldt membentuk Sejarah Universitas Jerman dengan tegas untuk waktu yang lama, meskipun tidak pernah direalisasikan secara praktis secara keseluruhan. Prestasi-prestasi intelektual besar ilmu pengetahuan Jerman sering dikaitkan dengan cita-cita pendidikan Humboldt.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, Theodor W. Adorno dan Albert Einstein mengakuinya sendiri.
Konsep Universitas
- ^ As quoted in Profiles of educators: Wilhelm von Humboldt (1767–1835) by Karl-Heinz Günther (1988), DOI:10.1007/BF02192965
- ^ Nida-Rümelin, Julian (29 October 2009). "Bologna-Prozess: Die Chance zum Kompromiss ist da". Die Zeit (dalam bahasa German). Diakses tanggal 29 November 2015.
- ^ Peter Berglar: Wilhelm von Humboldt. Rowohlt, Reinbek 1970, ISBN 978-3-499-50161-6., p.56
- ^ See: R. D. Anderson, Germany and the Humboldtian Model 2004
- ^ a b Held, Dirk t.D., PhD, Connecticut College, USA, "Hellenism, Nationalism, and the Ideology of Research in Humboldt's University", in Transformation and Continuity in the History of Universities, International Commission for the History of Universities (CIHU) Oslo, 10–11 Aug. 2000
- ^ "wilhelm-von-humboldts-idee-der-universitaet". aka-blaetter.de. Diakses tanggal 2014.
- ^ "Humboldtian education ideal". www.oxfordscholarship.com.
- ^ [freedom of study for students (Lernfreiheit, contrasted with the prescriptive curricula of the French system)]
- ^ "Humboldtian education ideal" (PDF). www.donau-uni.ac.at. Diakses tanggal 2014.
- ^ "Humboldtian ideal". www.universitypressscholarship.com. Diakses tanggal 2014.
- ^ "Humboldt's educational ideal and modern academic education" (PDF). www.drc.uns.ac.rs/presentations.
- ^ "freethinker". /www.merriam-webster.com.
- ^ "free+thought". dictionary.reference.com.
- ^ Bildung in Zeiten von Bologna?: Hochschulbildung aus der Sicht Studierender, Jennifer Ch. Müller Springer-Verlag, 28.06.2011, p. 41
- ^ George Peabody Gooch 1920, Germany and the French Revolution, pp. 107ff, quoted in "Wilhelm von Humboldts Rechtsphilosophie", Jens Petersen, Walter de Gruyter, 2007,
- ^ Jürgen Hofmann: Welche Bedeutung hat das Humboldt'sche Erbe für unsere Zeit?