Lompat ke isi

PSMS Medan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 November 2021 09.24 oleh 66.96.225.115 (bicara) (penambahan)
PSMS
Nama lengkapPersatuan Sepak bola Medan Sekitarnya
JulukanAyam Kinantan'
Berdiri21 April 1950
StadionStadion Teladan
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
(Kapasitas: 25.000)
KetuaBadri Nuka
ManajerPande Aman Loebiz
PelatihLintong Sirait
LigaLiga 2
2019Peringkat 3 grup Y 8 Besar
Kostum kandang
Kostum tandang

Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya atau biasa disingkat PSMS adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara. PSMS Medan saat ini bermain di Liga 2 Indonesia.

Sejarah

PSMS Medan dirikan pada tanggal 21 April 1950. Meski demikian sejak tahun 1930 telah berdiri klub MVC' (Medansche Voetbal Club). Sejak dahulu Kota Medan dikenal dunia oleh karena perkebunan tembakau Delinya. Tak heran bahwasannya logo PSMS berupa "daun" dan "bunga tembakau Deli".

Tokoh pemrakarsa lahirnya PSMS Medan adalah Adinegoro (Al Wathan), Madja Purba (Sahata), Sulaeman Siregar (PO Polisi), T.M Harris (Medan Sport), dr Pierngadi (Deli Matschapij) dan Tedja Singh (India Football Team).Merekalah yang mengkoordinir 23 klub yang ada di Medan saat itu untuk mendirikan PSMS Medan.

PSMS sendiri memiliki logo yang penuh makna.Gambar enam helai logo tembakau, enam berarti enam klub perintis/berserikat membentuk PSMS Medan yaitu Sahata, PO Polisi, Al Wathan, Indian Football Team, Deli Mascapaij, dan Medan Sport. Tembakau Deli berarti primadonanya ekspor Medan dan sekitarnya yang tersohor ke seluruh dunia.1950 berarti kelahiran PSMS pada 21 April 1950. Warna Hijau berarti perkebunan.Dasar Putih berarti Suci yang dalam arti luas berarti Sportif. Warna hijau tetap dipertahankan sebagai warna kostum utama PSMS Medan.Warna hijau dalam kostum PSMS juga bisa diartikan sebagai kesejukan,kesegaran dan ketenangan.

PSMS Medan dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim berjuluk "Ayam Kinantan" ini.


Era The Killer

Era kejayaan PSMS terjadi sejak tahun 1953. Saat itu PSMS sering mengundang dan diundang oleh tim-tim dari luar negeri seperti Grazer AK , Kowloon Motorbus (Hong Kong), Grasshopper , Star Soccerites (Singapura) dan lain-lain. Berkat kemenangan yang sering dicicipi PSMS melawan tim asing, PSMS mendapat julukan "Killers" atau "Algojo" tim-tim dari luar negeri.

Eksistensi PSMS di awal kemunculannya sudah tidak diragukan lagi. PSMS sering menang melawan setiap pertandingan klub dalam dan luar negeri. Saat itu PSMS dijuluki dengan julukan The Killer karena selalu menghajar lawannya di lapangan. Saat itu PSMS juga beranggotakan pemain-pemain fenomenal seperti Ramlan Yatim, Ramli Yatim, Buyung Bahrum, Kliwon, Cornelius Siahaan, Yusuf Siregar,M.Rasijd,Arnold Van Der Vin dan lain-lain. Kepiawaian menggiring bola membuat PSMS dan Sumut kerap menjuarai beberapa turnamen dan liga olahraga. Tahun 1953 dan 1957 pemain PSMS yang membela Tim Sumut di Pekan Olahraga Nasional berhasil mempersembahkan Medali Emas. Di Perserikatan 1954 dan 1957 PSMS meraih gelar Runner Up. Pada Olimpiade 1956 di Melbourne 3 pemain PSMS Medan, yaitu Ramlan Yatim, Ramli Yatim dan M.Rasijd tampil membela Tim Nasional Sepakbola yang tampil di Olimpiade.

Ketika Timnas Indonesia berlaga di Asian Games 1958 Tokyo,Timnas Indonesia sukses meraih Medali Perunggu.Inilah prestasi tertinggi Timnas Indonesia di Asian Games hingga kini.Pada momen ini Timnas diperkuat bintang - bintang PSMS Medan yang menjadi pilar utama Timnas yaitu Ramlan Yatim,M.Rasijd dan Saari.

Era Perserikatan (1967 - 1994)

Memasuki tahun 1960-an, PSMS menjadi momok yang menakutkan bagi klub-klub di Indonesia. Pada April 1967, Final Piala Suratin berlangsung di Stadion Menteng, Jakarta. Di babak final ini, PSMS Jr yang diasuh oleh Legenda PSMS Ramli Yatim berhasil unjuk gigi sebagai kekuatan utama sepakbola saat itu.

Ramli Yatim berhasil memoles sosok Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Wibisono, Tumsila, Nobon dll sebagai bintang masa depan Medan dan Indonesia. Di final yang berlangsung pada 26 April 1967, PSMS menghadapi tuan rumah yang juga musuh bebuyutan mereka, Persija. Ronny Pasla menjadi bintang dalam duel ini dengan aksi briliannya di bawah mistar. Karena hari semakin gelap dan Stadion Menteng tidak memiliki penerangan yang memadai, akhirnya diputuskan PSMS dan Persija menjadi Juara Bersama dengan ketentuan 6 bulan pertama trofi dibawa ke Medan dan 6 bulan berikutnya trofi dibawa. ke Jakarta.

Kesuksesan skuad PSMS Jr mendorong pelatih PSMS Jusuf Siregar yang didampingi Ramli Yatim untuk mempromosikan beberapa pemain PSMS Jr ke Tim Senior PSMS yang berlaga di Kejuaraan Nasional PSSI 1967, di antaranya Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean dan Wibisono. Kombinasi pemain muda ini dengan pemain senior antara lain Yuswardi, Zulham Yahya, Sukiman, Ipong Silalahi, Muslim, A.Rahim, Syamsuddin, Sunarto, Aziz Siregar, Zulkarnaen Pasaribu dll ternyata sukses besar, membuat PSMS semakin solid dan solid. akhirnya berhasil menjadi juara. Wilayah Barat dan lolos ke babak semifinal yang berlangsung di Jakarta didampingi Persib. Pada babak semifinal yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta, PSMS menghadapi Persebaya dan Persib menghadapi PSM. Di semifinal ini, pertandingan berlangsung dua kali, yakni pada 6 dan 7 September 1967. Di semifinal pertama ini, PSMS kalah 0-1 dari Persebaya. Dalam duel yang berlangsung malam ini PSMS tidak memiliki bintangnya Zulham Yahya yang diskors karena kartu merah di penyisihan grup dan posisinya ditempati oleh bintang muda Sarman Panggabean. Sementara Persib menang 1-0 atas PSM. Pada pertandingan kedua pada 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Jadilah Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua pada 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Jadilah Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua pada 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Jadilah Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967.

Di Final PSMS ini mendapat ujian berat karena salah satu bintangnya, Djamal mengalami cedera dan akhirnya posisi tersebut ditempati oleh bintang muda PSMS, Sarman Panggabean. Dan Zulham Yahya bisa muncul lagi. Selain Sarman dan Ronny Pasla di Final, striker muda Tumsila juga masuk sebagai starter. Ternyata di Final ini PSMS tampil apik dan akhirnya berhasil mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu ke gawang Persib yang dikawal Jus Etek. Ini kali pertama PSMS Medan juara. Kejuaraan Nasional/Divisi Utama Perserikatan PSSI sejak didirikan pada tahun 1950 dan disambut dengan meriah oleh para pendukung PSMS Medan di Jakarta dan di Sumatera Utara.

Keberhasilan PSMS membuat PSMS Medan mewakili Indonesia di Piala Emas Aga Khan 1967 yang berlangsung di Bangladesh. Dan akhirnya di Turnamen ini PSMS berhasil menjadi Juara setelah di Final mengalahkan tim tuan rumah Mohammaden 2-0 melalui 2 gol dari sundulan Tumsila. Saat kembali ke Medan rombongan disambut oleh Pangdam II/Bukit Barisan Mayjen Sarwo Edhie Wibowo dan disinilah Sarwo Edhie memberikan julukan “Kepala Emas” kepada Tumsila karena kemampuannya yang mumpuni dalam mencetak gol dengan sundulan dan sejak saat itu Julukan "Kepala Emas" sudah melekat pada Tumsila baik di PSMS maupun timnas. Saat itulah PSMS 1967 menjadi "Raja" Sepak Bola Indonesia

Setelah tim nasional memenangkan Piala Raja 1968, para pemain tim nasional dikontrak secara profesional oleh TD Pardede di klubnya, Pardedetex. Pemain yang dikontrak tersebut antara lain Soetjipto Soentoro, Sinyo Aliandoe, Iswadi Idris, Judo Hadianto, Muliyadi (Persija), M. Basri (PSM), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Anwar Ujang (Persika), Max Timisela (Persib). ) ditambah ada 3 bintang PSMS Medan yaitu Sarman Panggabean, Sunarto dan Aziz Siregar. Karena saat itu Pardedetex meski mengontrak pemain secara profesional namun dalam kompetisi bernaung di Kelas Utama/Divisi Utama PSMS sehingga otomatis skuat Pardedetex diperkuat PSMS pada Kejuaraan Nasional/Divisi Utama PSSI 1969. Skuad Pardedetex ini memperkuat PSMS plus dan didukung oleh Pemain Sepak Bola Medan Non Pardedetex antara lain Ronny Pasla,Yuswardi,Ipong Silalahi,Tumsila,Zulham Yahya,Syamsuddin,Sukiman dan Nobon.

Skuad inilah yang berhasil membawa PSMS Medan ke Kejuaraan Nasional PSSI 1969 pada tanggal 6 Juli 1969 dengan rekor gol yang mengerikan di Final yang diikuti oleh 7 tim, yang termasuk 29 gol dan hanya kebobolan 2 gol dan tidak terkalahkan. Tim yang berlaga di babak final Kejuaraan Nasional PSSI adalah PSMS Medan, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Persib Bandung, PSKB Binjai dan Persipura Jayapura. Keberhasilan ini membuat PSMS Medan untuk kedua kalinya menjuarai Kejuaraan Nasional PSSI setelah sebelumnya sukses menjadi Juara Umum Kejuaraan Nasional PSSI pada tahun 1967.

Pada September 1969 skuat PSMS yang berhasil menjadi Juara Umum Kejuaraan Nasional PSSI ini mempertahankan bendera Sumatera Utara (Sumut) dalam PON VII yang berlangsung di Surabaya. Dalam PON kali ini, skuat Sumut yang diasuh Ramli Yatim dan EA Mangindaan sukses tampil gemilang dan membawa Sumut meraih Medali Emas usai final yang diwarnai adu jotos antarpemain, mengalahkan DKI Jakarta 2-1 lewat gol. dicetak oleh Iswadi Idris dan Soetjipto Soentoro. Ini merupakan Medali Emas ketiga bagi Sumut dalam cabang sepak bola PON setelah sebelumnya sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957. Pada PON 1969, Soetjipto Soentoro menjadi top skorer dengan 16 gol dan memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh bintang senior PSMS dan Yusuf Siregar Sumut pada PON 1953 dengan 15 gol. Tjipto' Rekornya sendiri masih berdiri dan belum terpecahkan. Ramli Yatim juga berhasil menjadi orang pertama yang meraih Medali Emas PON sebagai Pemain dan Pelatih. Sebagai pemain, Ramli Yatim sukses meraih Emas pada PON 1953 dan 1957.

PSMS mempertahankan gelar musim 1969-1971 setelah mengalahkan Persebaya di final. Dan bersama Persija Jakarta , mereka menjadi juara bersama pada musim 1973–1975 akibat protes berlebihan kepada wasit pada menit ke-40 yang menyebabkan pertandingan harus dihentikan.

PSMS adalah klub Indonesia pertama yang berlaga di Asian Champion Club Tournament (sekarang Liga Champions AFC ) pada tahun 1970 . PSMS meraih juara keempat di babak semifinal setelah dikalahkan Taj Club 2-0 dan di pertandingan perebutan tempat ketiga dikalahkan Homenetmen 1-0.

Pada 1974 PSSI mengadakan Kejuaraan Nasional antar Wilayah.Pada Kejuaraan Antar Wilayah ini PSSI Wilayah I yang diperkuat 90% pemain - pemain PSMS sukses menjadi Juara setelah di Final mengalahkan PSSI Wilayah III (90% pemain Persebaya) 3-2. Tim ini pula yang mewakili Indonesia ke Piala Presiden IV/1974 di Seoul, Korea Selatan. Prestasinya cukup membanggakan dengan meraih gelar Runner Up setelah dikandaskan tuan rumah Korea Selatan di babak Final.

Pada 7 Juni 1975 PSSI Wilayah I (PSMS Plus) bertanding melawan klub besar Eropa asala Belanda yang sebelumnya sukses menjadi Juara Champions Cup 3 kali berturut - turut pada 1971 - 1973 Ajax Amsterdam.Ajax datang membawa skuad utamanya termasuk bintang - bintang yang membawa Ajax Juara UEFA Champions Cup 3 kali berturut – turut pada 1971 - 1973 seperti kiper Heinz Stuy, Barry Hullshoff, Gerie Muhren, Arie Haan, Ruud Krol, Jhony Rep, Wim Suurbier, Ruud Gels, Horst Blankenburg dan Jan Mulder.Selain itu, Ajax juga membawa kiper Timnas Belanda yaitu Piet Schrijvers. Bahkan, Ajax kala itu dihuni pemain bintang seperti Arie Haan, Ruud Krol, Jhony Rep, Ruud Gels dan Wim Suurbier yang menjadi skuad utama Timnas Belanda di Piala Dunia 1974.Namun PSMS Plus tidak gentar dengan Ajax.Terbukti PSMS Plus sukses mengalahkan Ajax dengan skor 4-2.Gol kemenangan PSSI Wilayah I (PSMS Plus) dicetak oleh Sarman Panggabean (2 gol),Parlin Siagian dan Zulkarnaen Pasaribu,Gol Ajax sendiri dicetak oleh bintang Ajax asal Jerman Arno Steffenhagen dan Legenda Timnas Belanda Jhony Rep.

Pada tahun 1980 PSMS Jr yang dilatih oleh Legenda PSMS Medan Eddy Simon sukses menjadi Juara Piala Suratin setelah di Final mengalahkan Persiter Ternate Jr 3-0.Skuad PSMS Jr ini antara lain diperkuat oleh Eddy Harto,Benny Van Breukelen,Bambang Usmanto,Juanda,Sutrisno,Langkat Sembiring,Supardi,Ricky Yacob,Musimin,Azhari Rangkuti,Juanda,Syaiful Ramadhan dll

Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 dalam adu penalti (aet 0-0).Ketika Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1983,3 orang pelatih yang menangani PSMS Medan yaitu Wibisono,Zulkarnaen Pasaribu dan Parlin Siagian mencatat sejarah baru karena mereka sukses membawa PSMS Medan Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI sebagai pemain dan pelatih.Wibisono sebelumnya membawa PSMS menjadi Juara sebagai pemain pada 1967 dan 1971,Zulkarnaen Pasaribu sebelumnya membawa PSMS Medan Juara sebagai pemain pada 1967,1971 dan 1975,dan Parlin Siagian membawa PSMS Medan Juara sebagai pemain pada 1975.Pada 1983 ini pula Kiper PSMS Ponirin Meka mengukuhkan dirinya sebagai jago menahan penalti dan munculnya bintang muda PSMS Medan Marzuki Nyakmad yang mampu menjalankaan tugasnya sebagai stopper yang mematikan pergerakan striker Persib Adjat Sudrajat di Final

Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2).Dalam Final ini kembali Ponirin Meka menunjukkan aksinya mementahkan 4 tendangan penalti Persib.Sedangkan dari PSMS Medan 2 algojonya Musimin dan Mamek Sudiono sukses membobol gawang Persib yang dikawal Sobur.Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia.Pada musim 1985 ini yang menjadi Pelatih PSMS adalah Parlin Siagian yang didampingi oleh Kapten PSMS Sunardi B yang merangkap Assisten Pelatih.

Pada PON 1985 Tim Sumut yang dilatih Legenda PSMS Medan Nobon dan diperkuat mayoritas pemain - pemain PSMS Medan yang sebelumnya sukses menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1985 kembali membuktikan diri sebagai yang terbaik dengan membawa tim Sepakbola Sumut meraih Medali Emas PON 1985 setelah di Final mengalahkan Irian Jaya (Papua) 3-2 dalam adu penalti setelah bermain imbang 0-0 pada babak normal dan perpanjangan waktu.

Pada SEA Games 1987 Timnas Indonesia pertama sekali sukses merebut Medali Emas Sepakbola.Di Timnas ini sendiri diperkuat oleh pemain - pemain yang merupakan alumni PSMS Medan seperti Ponirin Meka (kiper),Jaya Hartono,Marzuki Nyakmad,Patar Tambunan,Azhari Rangkuti dan Ricky Yacob serta satu bintang yang waktu itu masih membela PSMS Medan Sutrisno.Ditambah Legenda PSMS Medan Sarman Panggabean yang menjadi Asisten Pelatih dan Mantan Ketua Umum PSMS Medan Wahab Abdi Simatupang yang menjadi Manajer Tim maka kian kental warna sepakbola Medan dalam kesuksesan Timnas Indonesia merebut Medali Emas Pada SEA Games 1987 ini.

Pada masa kejayaan ini, PSMS diperkuat oleh banyak pemain berkualitas seperti Yuswardi, Muslim, Sunarto, Sukiman, Ipong Silalahi, Wibisono, Tumsila, Sarman Panggabean, Suwarno, Tumpak Sihite, Nobon Kayamuddin, Zulkarnaen Pasaribu, Ismail Ruslan, Parlin Siagian, Sunardi B,Marzuki Nyakmad, Zulham Effendi Harahap,Sunardi A., Bambang Usmanto, Musimin,Sakum Nugroho M. Siddik, Ricky Yacobi , Abdul Kadir,Jacob Sihasale, Ronny Pasla,Yudo Hadianto,M.Basri,Taufik Lubis,Pariman, Iswadi Idris , Abdul Rahman Gurning , Anwar Ujang, Ponirin Meka, Jaya Hartono , Zulkarnaen Lubis, Sakum Nugroho Soetjipto Soentoro dan lain-lain.

Era Liga Indonesia

Pada musim pertama Liga Indonesia yang saat itu terbagi atas 2 wilayah, di mana PSMS berada Wilayah Barat, prestasi PSMS hanyalah di papan tengah klasemen.

Pada musim kedua Liga Indonesia, PSMS kembali bergabung di Wilayah Barat, dan PSMS kembali hanya berada di papan tengah klasemen. Musim ke-2 ini adalah awal sejarah di mana PSSI mensubsidi dua pemain asing bagi setiap tim.

Pada musim ketiga Liga Indonesia, PSMS tergabung di Wilayah Tengah. Pada musim ini, PSMS hampir saja terdegradasi.

Era Liga Super Indonesia

Menjelang digelarnya Liga Super Indonesia pada 12 Juli 2008, tim ini masih dipayungi dengan polemik internal antar pengurus tim dengan pihak pengelola yang mencuatkan pengunduran diri PSMS Medan dari ajang LSI 2008 di mana akhirnya pada tanggal 10 Juli 2008 Badan Liga Indonesia memutuskan untuk tetap mengikutsertakan PSMS Medan mengikuti ajang Liga Super Indonesia meski harus menggunakan Stadion Gelora Bung Karno di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada paruh musim pertama setelah pihak pengelola setuju memberi kompensasi sebesar Rp. 10 miliar sebagai dana renovasi infrastruktur Stadion Teladan, Kota Medan.

Perpecahan dua kubu

Mengawali musim baru 2011 kekacauan terjadi di PSSI yang turut mempengaruhi keikutsertaan PSMS di liga indonesia. Terpecahnya kompetisi di indonesia menjadi dua yaitu Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia membuat manajemen PSMS ikut membagi dua tim untuk mengikuti kedua kompetisi ini. PSSI yang mengusung Liga Prima Indonesia mengikutsertakan PSMS Medan sebagai salah satu peserta Liga Prima Indonesia karena dianggap sebagai tim yang memiliki sejarah kuat dalam sepak bola indonesia. Sementara PT. Liga Indonesia memilih PSMS sebagai satu dari empat tim pengganti setelah Persiraja Banda Aceh, Persijap Jepara, Semen Padang FC, dan Persiba Bantul mengikuti Liga Prima Indonesia. PSMS ISL dipersiapkan untuk mengikuti Liga Super Indonesia sementara PSMS Medan dipersiapkan untuk mengikuti Liga Prima Indonesia.

Pendukung

PSMS Medan memiliki beberapa kelompok pendukung. Yang tertua dan pertama kali berdiri yaitu sejak 17 Januari 2001 adalah KAMPAK FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan - Fans Club). Lalu akibat dinamika organisasi lahirlah kelompok supporter kedua yang bernama SMeCK Hooligan (Supporter Medan Cinta Kinantan Hooligan) yang terbentuk pada 30 September 2003 dan kemudian lahir juga PFC (PSMS Medan Fans Club) sebagai kelompok termuda saat ini. Selain mendukung PSMS di Stadion Teladan Kota Medan, mereka juga ikut memberikan dukungan kepada tim yang terbentuk 30 April 1950 itu kala bertandang ke luar Kota Medan. Kampak FC merupakan klub supporter pendukung pertama yang dimiliki PSMS Medan yang menginisiasi perubahan paradigma supporter modern di Provinsi Sumatra Utara. Menjadi Supporter mandiri dan penuh kreasi menjadi tujuan dan identitas supporter sepak bola di Tanah Deli saat ini.

Pencapaian era Perserikatan

  • 1954 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1957 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1969 - Juara mengalahkan Persija Jakarta
  • 1971 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1975 - Juara bersama, dengan Persija Jakarta
  • 1983 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1985 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1992 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang

Pencapaian liga domestik

©Catatan: Liga Super Indonesia 2011-2012 & ISC B 2016 bukan kompetisi resmi yang berafiliasi dengan PSSI, AFC & FIFA.

Pencapaian piala domestik

Pencapaian level internasional

  • 1967 : Juara ke-1 setelah menang 2-0 dari Mohammedan di Final Aga Khan Gold Cup
  • 1970 : Juara ke-4 setelah kalah 1-0 dari Lebanon Homenetmen diperebutan peringkat ketiga Turnamen Klub Juara Asia
  • 2009 : Kalah 2-1 dari Singapura Singapore Armed Forces dibabak playoff 2 / tidak lolos ke babak grup(32 besar) Liga Champions Asia
  • 2009 : Kalah 4-0 dari Thailand Chonburi dibabak perdelapan final / tidak lolos ke babak perempat final Piala AFC

Prestasi

Liga Nasional

Piala Nasional

Turnamen Nasional

Internasional

Pelatih

|}

Daftar pemain

Berikut merupakan daftar pemain PSMS Medan untuk ajang [3] Liga 2 2020

Per 26 September 2020.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Indonesia IDN Herlian Arif Laksono
2 FW Indonesia IDN Silvio Escobar
3 FW Indonesia IDN Ferdinand Sinaga
5 DF Indonesia IDN Afiful Huda
6 MF Indonesia IDN Sutanto Tan
7 MF Indonesia IDN Kevin de Olivera
8 FW Indonesia IDN Hanis Sagara
10 FW Indonesia IDN Azka Fauzi
11 MF Indonesia IDN Imanuel Wanggai
14 FW Indonesia IDN Rizky Novriansyah
20 GK Indonesia IDN Abdul Rohim
22 DF Indonesia IDN Agung Prasetyo
No. Pos. Negara Pemain
24 MF Indonesia IDN Legimin Raharjo (captain)
30 GK Indonesia IDN Adi Satryo
31 DF Indonesia IDN Yoga Herlambang
55 DF Indonesia IDN Muhammad Rifqi
76 DF Indonesia IDN O.K. John
79 MF Indonesia IDN Hamdi Sula
80 MF Indonesia IDN Paulo Sitanggang
90 DF Indonesia IDN Andre Sitepu
91 MF Indonesia IDN Anis Nabar
92 MF Indonesia IDN Elina Soka
99 MF Indonesia IDN Rachmad Hidayat

Mantan Pemain

Pranala luar