Lompat ke isi

Sodom dan Gomora

Koordinat: 31°11′0″N 35°23′0″E / 31.18333°N 35.38333°E / 31.18333; 35.38333
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Sodom, lihat sodom (disambiguasi)
Kemusnahan Sodom dan Amora (Gomora), John Martin, 1852.
Gambaran Sodom dan Amora (Gomora) dari Nuremberg Chronicle oleh Hartmann Schedel, 1493. Menggambarkan istri Lot (Nabi Luth), telah ditukarkan menjadi setiang garam.

Sodom dan Gomora[a] adalah dua kota fiktif yang dihancurkan oleh Tuhan karena perbuatan laknat mereka.[1] Kisah mengenainya memiliki tema yang mirip dengan mitos air bah Nuh di mana azab ditimpakan akibat Tuhan marah akan dosa manusia.[2] Kedua kota ini disebutkan berulang kali di Kitab Nevi'im dan Perjanjian Baru sebagai simbol dari kelaknatan manusia dan pembalasannya. Al-Qur'an juga berisi bentuk versi ceritanya sendiri atas kedua kota tersebut. Legenda atas kehancuran dua kota ini kemungkinan berasal dari usaha orang-orang dulu untuk menjelaskan mengenai reruntuhan kota-kota kuno dari zaman perunggu (sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi) yang terdapat di daerah tersebut.[1]

Pandangan Yahudi

Pertama kalinya Sodom dan Gomora dicatat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen sebagai bagian dari wilayah orang-orang Kanaan, keturunan Ham putra Nuh.[3]

Sodom adalah salah suatu kumpulan dari lima kota besar, Pentapolis: Sodom, Gomora, Adma, Zeboim, dan Bela yang juga disebut Zoar (Kejadian 19:22). Daerah Pentapolis secara kolektif juga disebut sebagai "kota-kota Lembah Yordan" (Kejadian 13:12) karena mereka semua terletak di tepi Sungai Yordan, di daerah yang merupakan batas selatan tanah Kanaan.[3] Lot, seorang keponakan dari Abraham (Nabi Ibrahim) memilih untuk tinggal di kota Sodom karena masih banyak lahan untuk merumput bagi ternak-ternaknya. (Kejadian 13:5–11)

Dalam Kejadian 14 dikisahkan bahwa Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi—sebab Lot itu diam di Sodom. Abraham, dalam upayanya menyelamatkan Lot, merebut kembali harta benda kota Sodom dan Gomora dari tangan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia. Ketika raja Sodom menawarkan untuk memberikan hadiah kepada Abraham, Abraham menolak menerimanya.

Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku, yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing." (Kejadian 14:22–24)

Kebinasaan

Dalam Kejadian 18, Allah memberitahu Abraham bahwa sudah ada rencana untuk membinasakan kota Sodom dan Gomora karena kejahatan yang banyak dilakukan di sana.

Berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya."(Kejadian 18:20–21)

Lalu dua orang malaikat Tuhan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan (YHWH). Abraham menawar Tuhan untuk tidak membinasakan Kota Sodom, dan Tuhan sepakat untuk tidak membinasakan kota tersebut jika di dalam kota tersebut setidaknya terdapat 50 orang benar, kemudian 45, kemudian 40, kemudian 30, kemudian 20, atau juga 10 orang benar.(Kejadian 18:23–32)

Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." Lalu pergilah TUHAN, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham; dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.(Kejadian 18:32–33)

Ternyata kota itu tidak memiliki 10 orang benar, sehingga akhirnya Allah membinasakan kota-kota itu.

Dalam kitab Kejadian 19, dikisahkan bahwa kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah, dan mengundang mereka untuk bermalam di rumahnya. Kedua malaikat itu menjawab: "Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang." Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan.[4]

Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."[5]

Lot menolak untuk memberikan para tamunya ke penduduk Sodom. Sebagai gantinya, Lot menawarkan mereka dua anak perempuannya yang masih gadis, untuk diperlakukan sesuka mereka akan tetapi mereka menolak dan lebih memilih laki-laki daripada perempuan. Mereka berkata: "Enyahlah!" Lagi kata mereka: "Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih daripada kedua orang itu!" Lalu mereka mendesak orang itu, yaitu Lot, dengan keras, dan mereka mendekat untuk mendobrak pintu. Tetapi kedua malaikat itu mengulurkan tangannya, menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu. Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.[6]

Lalu kedua malaikat itu berkata kepada Lot: "Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya." Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini." Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.[7]

Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini." Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." Lot takut kalau harus lari ke pegunungan, pastilah dia dan keluarganya akan tersusul oleh bencana itu, sehingga mati, maka ia memohon agar diizinkan lari ke sebuah kota kecil yang di dekat Sodom. Sahut malaikat itu kepadanya: "Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana." Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar.[8]

Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.[9] Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya.[10]

Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan. Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.[11]

Rujukan dalam bagian Alkitab Ibrani lain

Musa mengingatkan bangsanya dalam pengajaran penghabisannya, agar belajar dari kebejatan Sodom dan Gomora untuk menjauhi yang jahat dan agar mematuhi perintah Allah, dalam dua kutipan:

Seluruh tanahnya yang telah hangus oleh belerang dan garam, yang tidak ditaburi, tidak menumbuhkan apa-apa dan tidak ada tumbuh-tumbuhan apapun yang timbul daripadanya, seperti pada waktu ditunggangbalikkan-Nya Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim, yakni yang ditunggangbalikkan TUHAN dalam murka dan kepanasan amarah-Nya--[12]
Sesungguhnya, pohon anggur mereka berasal dari pohon anggur Sodom, dan dari kebun-kebun Gomora; buah anggur mereka adalah buah anggur yang beracun, pahit gugusan-gugusannya.[13]

Sejumlah nabi-nabi Israel juga menggunakan kebinasaan Sodom dan Gomora untuk memperingatkan rakyatnya dan menubuatkan malapetaka bagi mereka yang memusuhi Allah. Nabi-nabi tersebut termasuk: Yesaya,[14] Yeremia,[15] Yehezkiel,[16] Amos,[17] dan Zefanya.[18]

Pandangan Kristen

Yesus Kristus beberapa menyebut nama kota Sodom dan Gomora serta merujuk kepada kisah kebinasaannya. Dengan demikian Yesus meyakini kebenaran catatan Kitab Kejadian atas peristiwa ini. Kebinasaan kota Sodom dan Gomora dipakai-Nya menjadi peringatan untuk bertobat, seperti tertulis dalam Injil Matius dan Injil Lukas sebagai berikut:

"Aku [Yesus] berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu."[19]
"Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini."[20]
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu."[21]
"Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu."[22]
"Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua."[23]

Rasul Paulus mengutip ayat dari Kitab Yesaya yang merujuk kepada kebinasaan kota Sodom dan Gomora dalam suratnya kepada jemaat di kota Roma:

Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora."[24]

Simon Petrus, seorang dari keduabelas Rasul pertama Yesus Kristus juga mengacu kepada kebinasaan kedua kota ini dengan api:

Dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik pada masa-masa kemudian[25]

Rasul Yudas, saudara Yesus Yesus Kristus, menulis dalam suratnya mengenang kebejatan dan penghukuman atas kedua kota ini:

Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.[26]

Rasul Yohanes, yang seperti Simon Petrus, merupakan salah satu yang terkemuka di antara kedua belas Rasul pertama Yesus Kristus, menerima wahyu mengenai masa depan yang merujuk kepada nama kota "Sodom" sebagai nama sandi suatu kota besar yang bejat:

Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.[27]

Pandangan Islam

Menurut pandangan Islam, keponakan dari Nabi Ibrahim yang bernama Luth atau Lot (bahasa Arab: لوط Luth) yaitu seorang rasul. Menurut al-Quran, Nabi Luth (atau Lot) telah diutus sebagai seorang nabi untuk memberi peringatan kepada umatnya yaitu, penduduk Sodom (bahasa Arab: سدوم Sadūm) dan Amora (bahasa Arab: عمورة ʿAmūrah) untuk memperbaiki tingkah laku mereka yang menyimpang. Kisah ini tertulis dalam surat Hud, yakni surat ke-11 dalam al-Quran; makna utama dari surat Hud ialah cerita-cerita tentang para nabi yang diutus untuk memberi peringatan dan petunjuk kepada umat mereka untuk menyembah hanya kepada Allah, lalu kemudian Allah menghukum mereka karena keingkarannya.

Al-Quran tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang perincian kisah mengenai kaum Nabi Luth. Namun makna kisahnya adalah Nabi Luth menawarkan anak perempuannya, tetapi mereka tidak berminat dan mengatakan bahwa Nabi Luth "tahu apa yang kami mau", yakni mereka lebih memilih laki-laki daripada perempuan. Digabungkan dengan keterangan Kitab Injil, Sodom dan Amora dalam Islam juga merujuk kepada homoseksual. Informasi lebih lanjut bisa dilihat pada surat Hud:[28][29]

Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.
Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak,
dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit."[30]
dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas, dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji.[31] Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan[32] terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki."
Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal,[33] kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?".
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.[34]

Sebagian ahli tafsir Islam[siapa?] menganggap bahwa penawaran anak perempuan Nabi Luth kepada kaumnya selayaknya suatu penawaran wanita kepada lelaki pada umumnya, dan bukan hanya bermakna anak perempuannya saja, tetapi lebih luas dari itu.

Arkeologi

Sekelompok tim arkeologi yang dipimpin oleh Steven Collins dari Trinity Southwest University, New Mexico, Amerika Serikat pada bulan September 2015 mengumumkan bahwa mereka menemukan situs reruntuhan kota Sodom.[35] Laporan yang dimuat dalam majalah "Popular Archaeology" itu menyatakan bahwa dari ekskavasi selama 10 tahun di Tall el-Hammam, mereka menemukan struktur bangunan-bangunan masif dan banyak artefak dari suatu kota-negara besar dari Zaman Perunggu yang menguasai lembah sungai Yordan bagian selatan.[36] Menurut Collins, Tall el-Hammam tampaknya cocok dengan setiap kriteria kota Sodom menurut teks-teks kuno, di mana kota itu adalah yang terbesar di Kikkar ("Disk" atau "piringan" Yordan, atau "dataran yang banyak airnya" menurut Alkitab) di antara kota-kota di sebelah timur sungai Yordan. Bekas-bekas kota di Middle Ghor (lembah Yordan selatan) ini paling sedikit lima sampai 10 kali lebih besar dari kota-kota lain dari Zaman Perunggu di seluruh wilayah, termasuk di luar Kikkar, Yordan.[36] Digambarkannya bahwa situs ini terdiri dari kota atas dan kota bawah dengan ciri-ciri Zaman Perunggu Awal (3500 - 2350 SM) yang terbukti dari adanya tembok kota setebal 5,2 meter, yang dibangun kembali semakin kuat setelah adanya gempa bumi, mencapai ketinggian 10 meter dan terbuat seluruhnya dari batu bata tanah liat (mudbrick), yang dilengkapi dengan pintu-pintu gerbang, menara-menara, dan paling sedikit satu jalan raya, dan sejumlah plaza. Selama Zaman Perunggu Pertengahan (2000 - 1540 SM), bangunan-bangunan baru, lebih besar lagi dari zaman awal, menggantikan bangunan-bangunan lama. Untuk memperkuat kota atas, penghuni dari Zaman Perunggu Pertengahan membangun suatu sistem pertahanan dari batu bata yang besar, membutuhkan jutaan batu bata dan banyak pekerja. Sisi atas yang rata dari sistem pertahanan itu lebarnya sekitar 7 meter (22 kaki), dan kemungkinan merupakan jalur melingkar di sekeliling kota atas. Di sisi luar tembok pertahanan itu ada tempat pijakan kaki kira-kira 250m x 400m. Lereng menurun 36 derajat ditutupi dengan tanah liat yang dikeraskan dan menjulang lebih dari 30 meter (100 kaki) di atas kota bawah. Sistem yang sangat mengagumkan dan kuat itu melindungi penduduk kota yang kaya, termasuk istana raja dan kuil-kuil serta gedung-gedung administratif.[36]

Namun berdasarkan bukti dari penggalian arkeologi, kemakmuran kota ini tampaknya berakhir mendadak menjelang akhir Zaman Perunggu Pertengahan, di mana kemudian kota ini menjadi tanah tandus selama 700 tahun tanpa tanda-tanda pemukiman manusia. Hal ini terlihat dari tidak adanya materi dari Zaman Perunggu Akhir, yang juga diamati dari kota-kota kecil di sekitarnya. Kemungkinan besar suatu bencana alam besar secara tiba-tiba menimpa kota-kota itu.[36]

Kehidupan di daerah sekitar situs kuno ini muncul lagi setelah 700 tahun, dengan adanya sejumlah bangunan dari Zaman Besi II (1000 - 332 SM), misalnya pintu gerbang monumental, tembok kota, gedung monumental, rumah-rumah dan pusat pemujaan. Struktur-struktur ini dibangun berabad-abad kemudian dalam ukuran jauh lebih kecil dan tidak pernah menyamai atau mengembalikan konstruksi Zaman Perunggu. [36]

31°11′0″N 35°23′0″E / 31.18333°N 35.38333°E / 31.18333; 35.38333

Referensi

Lihat pula


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan