Thomas Stamford Raffles
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Sir Stamford Raffles | |
---|---|
Letnan Jenderal Bencoolen | |
Masa jabatan 1818–1824 | |
Letnan Gubernur Hindia Belanda ke-2 | |
Masa jabatan 1811–1816 | |
Ditunjuk oleh | Earl of Minto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Thomas Stamford Bingley Raffles 5 Juli 1781[1][2] di atas kapal Ann, di lepas pantai Port Morant, Jamaika |
Meninggal | 5 Juli 1826[2] Highwood House, Highwood Hill, Middlesex, Inggris | (umur 45)
Sebab kematian | Tumor otak |
Makam | St Mary's Church, Hendon, London Raya, Inggris |
Kebangsaan | Britania |
Suami/istri | |
Anak |
|
Orang tua |
|
Kerabat | William Charles Raffles Flint (keponakan) |
Tempat tinggal | Highwood House, Highwood Hill, Middlesex, England |
Almamater | Mansion House Boarding School |
Pekerjaan | Pejabat Kolonial Inggris |
Dikenal karena | Pendiri Singapura |
karya terkenal | The History of Java (1817) |
Sunting kotak info • L • B |
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles FRS (6 Juli 1781 – 5 Juli 1826)[1][2] adalah seorang negarawan Inggris, Letnan Gubernur Hindia Belanda (1811–1816), dan Letnan Gubernur Bencoolen (1818–1824); terkenal karena pendirian Singapura modern dan Negeri-Negeri Selat.
Raffles sangat terlibat dalam perebutan pulau Jawa di Indonesia dari Belanda selama Perang Napoleon, dan menjalankan operasi sehari-hari di Singapura. Ia juga menulis The History of Java (1817).[3]
Latar belakang keluarga
Tidak banyak yang diketahui tentang orang tua Raffles. Ayahnya, Kapten Benjamin Raffles, terlibat perdagangan budak di Kepulauan Karibia dan meninggal mendadak ketika Thomas masih berusia 15 tahun, sehingga keluarganya terperangkap di dalam hutang. Ia langsung mulai bekerja sebagai seorang juru tulis di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania, perusahaan dagang setengah-pemerintah yang banyak berperan di dalam penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh Inggris di negara lain. Pada 1805 ia dikirim ke pulau yang kini dikenal sebagai Penang, di negara Malaysia, yang saat itu masih bernama Pulau Pangeran Wales. Itulah awal-mula hubungannya dengan Asia Tenggara.
Raffles di Hindia Belanda
Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama kemudian dipromosikan sebagai Gubernur Sumatra, ketika Kerajaan Belanda diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis.
Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah mengusahakan banyak hal, yang mana antara lain adalah sebagai berikut: dia mengintroduksi otonomi terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, menyelidiki flora dan fauna Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Tidak hanya itu, demi meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles akan Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil penelitiannya di pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang asistennya yaitu: John Crawfurd dan Kolonel Colin Mackenzie.
Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di Buitenzorg dan dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi Museum Prasasti. Di Kebun Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk mengenang kematian sang istri.
Kebijakan-Kebijakan Raffles di Bidang tertentu
Bidang Birokrasi dan Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan adalah:
- Membagi Pulau Jawa menjadi 17 karesidenan (sistem karesidenan ini berlangsung sampai tahun 1964).
- Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat.
- Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun.
- Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan.
Bidang Ekonomi dan Keuangan
Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman Pemerintahan Herman Willem Daendels. Karena Herman Willem Daendels berorientasi pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Sir Thomas Stamford Raffles sebagai berikut:
- Court of Justice, terdapat pada setiap residen.
- Court of Request, terdapat pada setiap divisi.
- Police of Magistrate.
Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau (Ungkapan)
Bidang Ilmu Pengetahuan
- Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid
- Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Edinburgh pada tahun 1820 dan dibagi tiga jilid
- Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
- Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
- Dirintisnya Kebun Raya Bogor
- Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti Calcutta
Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri, yang berlaku hingga saat ini.
Kembali dari Hindia Belanda
Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah pulau itu sejak zaman kuno.
Tetapi pada tahun 1818 ia kembali ke Sumatra dan pada tanggal 29 Januari 1819 ia mendirikan sebuah pos perdagangan bebas di ujung selatan Semenanjung Malaka, yang di kemudian hari menjadi negara kota Singapura. Ini merupakan langkah yang berani, berlawanan dengan kebijakan Britania untuk tidak menyinggung Belanda di wilayah yang diakui berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam enam minggu, beberapa ratus pedagang bermunculan untuk mengambil keuntungan dari kebijakan bebas pajak, dan Raffles kemudian mendapatkan persetujuan dari London.
Raffles menetapkan tanggal 6 Februari tahun 1819 sebagai hari jadi Singapura modern. Kekuasaan atas pulau itu pun kemudian dialihkan kepada Perusahaan Hindia Timur Britania. Akhirnya pada tahun 1823, Raffles selamanya kembali ke Inggris dan kota Singapura telah siap untuk berkembang menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini terus berkembang sebagai pusat perdagangan dengan pajak rendah.
Raffles di Inggris
Di Inggris Raffles juga merupakan pendiri dan ketua pertama Zoological Society of London. Raffles dijadikan seorang bangsawan pada tahun 1817.
Ia meninggal sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45, pada 5 Juli 1826, karena apopleksi atau stroke. Karena pendiriannya yang menentang perbudakan, keluarganya tidak diizinkan mengebumikannya di halaman gereja setempat (St. Mary's, Hendon). Larangan ini dikeluarkan pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan dari perdagangan budak. Ketika gereja itu diperluas pada 1920-an, kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya.
Raffles di Singapura
Di Singapura, nama Raffles banyak dipakai: Raffles Junior College, Raffles Institution, Raffles Girls' School, Raffles Girls' Primary School, Raffles Hotel, Stamford Road, Stamford House, Raffles City, stasiun MRT Raffles Place, kelas Raffles di pesawat Singapore Airlines dan Museum Penelitian Keanekaragaman Hayati Raffles.
Rafflesia
Nama Raffles juga dipakai sebagai nama suatu genus dari sekelompok tumbuhan parasit obligat, Rafflesia, untuk menghormati jasa-jasanya. Salah satu jenisnya memiliki bunga sejati terbesar di dunia, yaitu padma raksasa atau Rafflesia arnoldi yang menjadi salah satu dari bunga nasional Indonesia.
Lihat pula
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Lord Minto |
Gubernur-Letnan Hindia Belanda 1811-1816 |
Diteruskan oleh: John Fendall |
Didahului oleh: Jabatan baru |
Gubernur-Jenderal Bengkulu 1818-1824 |
Diteruskan oleh: Jabatan dihapuskan |