Lompat ke isi

Jakob Soemardjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 Desember 2021 11.00 oleh FenyMufyd (bicara | kontrib) (top: (AWB semi manual) Merubah kata tidak netral Beliau → Ia/-nya; +templat tone kalau perlu, replaced: beliau → ia)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Prof. Drs. Jakob Soemardjo (lahir 26 Agustus 1939) adalah salah seorang pelopor kajian Filsafat Indonesia dan pemerhati sastra. Pendidikan formalnya adalah Jurusan Sejarah IKIP. Dia pernah mengajar menggambar di sebuah SMA di Bandung serta mengajar Sejarah Kebudayaan dan Sejarah Kesusastraan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (Kini ISBI) Bandung. Sejak tahun 1962, dia mengajar di Fakultas Seni Rupa Daerah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung dalam mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sejarah Teater, dan Sosiologi Seni. Saat ini Jakob Sumardjo menyandang Guru Besar di Institut Seni Budaya Indonesia, Bandung dan masih aktif mengajar di Pascasarjana ISBI Bandung.

Karier kefilsafatannya dimulai ketika ia menulis kolom di harian KOMPAS, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Suara Pembaruan dan majalah Prisma, Basis, dan Horison sejak tahun 1969. Buku-bukunya yang khusus membahas Filsafat Indonesia ialah: Menjadi Manusia (2001), Arkeologi Budaya Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002, ISBN 979-9440-29-7), dan Mencari Sukma Indonesia: Pendataan Kesadaran Keindonesiaan di tengah Letupan Disintegrasi Sosial Kebangsaan (Yogyakarta: AK Group, 2003).

Dalam karyanya Arkeologi Budaya Indonesia, Jakob membahas ‘Ringkasan Sejarah Kerohanian Indonesia’, yang secara kronologis memaparkan sejarah Filsafat Indonesia dari ‘era primordial’, ‘era kuno’, hingga ‘era madya’. Dengan berbekal hermeneutika yang sangat dikuasainya, Jakob menelusuri medan-medan makna dari budaya material (lukisan, alat musik, pakaian, tarian, dan lain-lain) hingga budaya intelektual (cerita lisan, pantun, legenda rakyat, teks-teks kuno, dan lain-lain) yang merupakan warisan filosofis agung masyarakat Indonesia. Dalam karyanya yang lain, Mencari Sukma Indonesia, Jakob pun menyinggung ‘Filsafat Indonesia Modern’, yang secara radikal amat berbeda ontologi, epistemologi, dan aksiologinya dari ‘Filsafat Indonesia Lama’.

Definisinya tentang Filsafat Indonesia sama dengan pendahulu-pendahulunya, yakni, ‘…pemikiran primordial…’ atau ‘…pola pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya…’ dari suatu kelompok etnik di Indonesia. Maka, jika disebut ‘Filsafat Etnik Jawa’, artinya ‘…filsafat [yang] terbaca dalam cara masyarakat Jawa menyusun gamelannya, menyusun tari-tariannya, menyusun mitos-mitosnya, cara memilih pemimpin-pemimpinnya, dari bentuk rumah Jawanya, dari buku-buku sejarah dan sastra yang ditulisnya…’ (Mencari Sukma Indonesia, hal. 116).

Selain menulis artikel atau buku mengenai filsafat, Jakob juga sering mengulas sastra Indonesia. Karya-karyanya, antara lain, Elite Sastra dalam Budaya Massa (1980), Segi-Segi Sosiologis Sastra Indonesia (1981), Seluk Beluk Cerita Pendek (1981), dan Novel Populer Indonesia (1982).

Kini ia mengajar di Universitas Telkom hingga saat ini.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]