Lompat ke isi

Aksiologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.[1] Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.[2]

Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.

Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:

  • Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
  • Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
  • Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
  • Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).

Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar, yakni Etika (moralitas) dan Estetika (keindahan).

Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu. Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.[3]

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta bepola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 91
  2. ^ Warsito, Loekisno Choiril, dkk. Pengantar Filsafat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 92.
  3. ^ Warsito, Loekisno Choiril, dkk. Pengantar Filsafat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 94.
  4. ^ Warsito, Loekisno Choiril, dkk. Pengantar Filsafat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 96.

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]