Lompat ke isi

Pembicaraan:Sukadana, Kayong Utara

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Januari 2022 07.58 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (top: ProyekWiki Indonesia)
ProyekWiki Indonesia (Dinilai kelas Stub, Mid)
Ikon ProyekWiki
Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Indonesia, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Indonesia dan topik yang berkaitan dengan Indonesia di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
 Rintisan  Artikel ini telah dinilai sebagai kelas rintisan pada skala kualitas proyek.
 Menengah 
Cukup penting
 
ProyekWiki Geografi (Dinilai kelas Stub, Mid)
Ikon ProyekWikiArtikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Geografi, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Geografi di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
 Rintisan  Artikel ini telah dinilai sebagai kelas rintisan pada skala kualitas proyek.
 Menengah 
Cukup penting
 
ProyekWiki Kecamatan (Dinilai kelas Stub, Mid)
Ikon ProyekWikiArtikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Kecamatan, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Kecamatan di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
 Rintisan  Artikel ini telah dinilai sebagai kelas rintisan pada skala kualitas proyek.
 Menengah 
Cukup penting
 

Batu cap atau batu bergambar (rock painting) yang berqada di desa Sedahan Kec. Sukadana merupakan salah satu peninggalan sejarah pada masa lampau. Peninggalan ini diduga merupakan warisan nenek moyang bangsa Ketapang yang pertama kali meninjakkan kaki di Kalimantan. Keturunan orang Ketapang mernurut legenda Nek bubut, nek takon, nek doyan bubut dari Indo Cina atau India belakang berimigrasi ke Kalimantan dan terlebih dahulu singgah di Kepulauan Karimata. Kemudian tempat pendaratan ke dua adalah Sukadana yang pada masa dulu merupakan tempat yang strategis dilihat dari Laut Cina Selatan. Batu bergambarkan coretan yang sampai kini belum jelas artinya ini merupakan situs purbakala yang ditemukan sejak tahun 1874 Menurut juru kunci peninggalan sejarah ini Asdi Abdulah ia menjadi juru kunci sudah lima keturunan, menurut beberapa arkeolog yang dating batu bertulis ini sudah tercatat di Jakarta sebagai situs purbakala, ditemukan sejak tahun 1874 tetapi tidak mengetahui siapa yang menemukan perama kali batu itu. Dugaan sementara batu ini ada pada zaman sebelum mengenai tulisan , jauh lebih tua dari batu bertulis yang ada. Menurut Asdi ”Batu Cap” ini ramai dikunjungi oleh kalangan orang tiong hoa, untuk berbgai keperluan. Sedang pihak pengunjung lain misalnya adalah para peneliti dari Pusat Arkeolog nasional di Jakarat Bambang Budi Utomo dkk . Ada Juga Peneliti muda bidang pra sejarah Drs Lutfi Yondri dari Balai Arkeolog yang ada di bandung dan sejumlah mahasiwa peneliti. Kepala Kantor Inbudpar Ketpang Yudo Sudarto usai mengadakan kunjungan ke Situs ini mejelaskan bahwa jati diri sebuah bangsa merupakan kekuatan utama untuk menghadapi persaingan global yang terasa semakin ketat dewasa ini. Kearifan masa lalu dapat dipakai sebagai pijakan menentukan arah strategi suatu bangsa untuk mempertahankan eksistensinya. Karena disadari atau tidak, nilai-nilai yang terkandung dalam objek peninggalan masa lalu sangat bermanfaat, antara lain dalam bidang akademi, ideologi, serta ekonomi. Menurut Yudo letak situs ”Batu Cap ini cukup dekat, yaitu di Desa Sedahan Kec. Sukadana. Untuk sampai ke sini dapat menggunakan kendaraan roda 4 atau rudah 2. Tranportasi cukup lancer, hanya kita harus menempuh berjalanan mendaki selama 1 jam baru dapat mencapai lokasi di bukit yang cukup terjal. Gua tersebut merupakan gua alam, diduga merupakan tempat pemujaan atau tempat bersemedi, lebar batu 14 meter dengan dinding yang bergambar seluas 10 m2. Tulisan yang tampak berbentuk coretan gambar da lambang lambang seperti hruf paku yang tak jelas. Belum banyak yang diungkap dari para peneliti mengenai batu cap ini, mengingat struktur huruf atau gambar yang berbeda dengan penemuan lainnya di indonesia. Situs ini sekarang sudah masuk cagar Budaya di Kabupaten Ketapang.