Lompat ke isi

Firaun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Firaun sering digambarkan menggunakan semacam kerudung Nemes dan sebuah kilt (rok pendek) dengan banyak hiasan

Daftar Dinasti
pada zaman Mesir Kuno

Periode Pra-Dinasti
Periode Proto-Dinasti
Periode Dinasti Awal
ke-1 ke-2
Kerajaan Lama
ke-3 ke-4 ke-5 ke-6
Periode Menengah Pertama
ke-7 ke-8 ke-9 ke-10
ke-11 (hanya Thebes)
Kerajaan Pertengahan
ke-11 (seluruh Mesir)
ke-12 ke-13 ke-14
Periode Menengah Kedua
ke-15 ke-16 ke-17
Kerajaan Baru
ke-18 ke-19 ke-20
Periode Menengah Ketiga
ke-21 ke-22 ke-23
ke-24 ke-25
Periode Akhir
ke-26
ke-27 (Periode Persia Pertama)
ke-28 ke-29 ke-30
ke-31 (Periode Persia Kedua)
Periode Yunani-Romawi
Alexander Agung
Dinasti Ptolemaik
Mesir Romawi
Serbuan Arab

Fir'aun (Bahasa Arab: فرعون, /fir'aun/ Bahasa Inggris: Pharaoh, /ˈfɛəroʊ/; Bahasa Mesir: pr ꜥꜣ /pərəʾō/; Bahasa Ibrani: פַּרְעֹה‎, /părʿō/) adalah sebuah gelar umum yang sekarang digunakan untuk raja-raja Mesir kuno dari Dinasti Pertama (c. 3150 SM) sampai aneksasi terhadap Mesir oleh Kekaisaran Romawi pada 30 SM.[1] Berasal dari kata dalam Bahasa Mesir Kuno berpelafalan pərəʾō yang secara literlit bermakna "rumah besar", kata ini di Mesir Kuno aslinya digunakan untuk menyebut Istana Kerajaan. Kata ini baru digunakan untuk menyebut raja-raja Mesir secara metonim semenjak era Kerajaan Baru (dimulai dari Dinasti ke-18, 1539–1292 SM). Dan pada Dinasti ke-22 (sekitar 945–730 SM) kata ini pun diadopsi sebagai julukan kehormatan. Kata Fir'aun tidak pernah menjadi gelar formal raja-raja Mesir pada masanya. Penggunaan kata "pharaoh" sebagai nama generik untuk semua raja Mesir berasal dari penggunaannya dalam Alkitab Ibrani, sedangkan "fir'aun" dari Al-Qur'an. Dalam dokumen resmi, gelar lengkap raja Mesir terdiri atas lima nama, masing-masing didahului oleh salah satu gelar berikut: Horus, Dua Wanita, Horus Emas, Raja Mesir Hulu dan Hilir, dan Putra Re. Nama belakang diberikan kepadanya saat lahir, sedangkan yang lain saat penobatan.[2]

Dalam komunitas Mesir, agama adalah sesuatu yang sentral dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran Fir'aun ialah sebagai penghubung antara para Tuhan dan manusia. Fir'aun kemudian mewakili Tuhan-Tuhan dalam peran sebagai administrator sipil dan agama. Fir'aun memiliki semua tanah di Mesir, memberlakukan hukum, mengumpulkan pajak, dan membela Mesir dari penjajah sebagai panglima tentara.[3] Secara agama, Fir'aun bertanggung jawab menjaga Maat (mꜣꜥt), atau tatanan kosmik, keseimbangan, dan keadilan, dan salah satu bagiannya termasuk pergi berperang jika diperlukan demi membela negara atau menyerang bangsa lain ketika hal itu diyakini akan berkontribusi kepada Maat, seperti memperoleh sumber daya.[4]

Selama hari-hari awal sebelum penyatuan Mesir Hulu dan Mesir Hilir, Deshret atau "Mahkota Merah", merupakan representasi kerajaan Mesir Hilir, sedangkan Hedjet, "Mahkota Putih", dikenakan oleh raja-raja Mesir Hulu. Setelah unifikasi kedua kerajaan menjadi satu Mesir, maka Pschent, kombinasi mahkota merah dan putih menjadi mahkota resmi raja. Seiring waktu diperkenalkanlah hiasan-hiasan kepala baru selama dinasti-dinasti yang berbeda seperti Khat, Nemes, Atef, mahkota Hemhem, dan Khepresh. Terkadang, didepiksi bahwa kombinasi dari hiasan kepala atau mahkota ini dipakai bersama-sama.

Etimologi

Pharaoh diyakini berasal dari kata Ibrani Paroh. Sedangkan kata "Firaun" dalam bahasa Indonesia adalah bentuk dalam bahasa Arab dari kata ini. Kata Ibrani aslinya berasal dari bahasa Mesir Pr-Aa yang artinya adalah "Rumah Besar". Pertama-pertama ini adalah istilah untuk istana kerajaan, tetapi lama-lama artinya adalah penghuni istana ini, yaitu sang raja.

Gelar firaun

Asal mula gelar Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.

Pada awal perkembangannya, masyarakat Mesir kuno terbagi atas Mesir hulu dan Mesir hilir yang memiliki firaun dan lambang mahkota sendiri sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu kesatuan kekuasaan. Mahkota yang digunakan adalah mahkota rangkap.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Clayton, Peter A. Chronicle of the Pharaohs the Reign-by-reign Record of the Rulers and Dynasties of Ancient Egypt. London: Thames & Hudson, 2012. Print.
  2. ^ "pharaoh | Definition, History, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-19. 
  3. ^ "Pharaoh". AncientEgypt.co.uk. The British Museum. 1999. Diakses tanggal 20 December 2017. 
  4. ^ Mark, Joshua (2 September 2009). "Pharaoh - World History Encyclopedia". World History Encyclopedia. Diakses tanggal 20 December 2017. 

Etimologi

Pharaoh diyakini berasal dari kata Ibrani Paroh. Sedangkan kata "Firaun" dalam bahasa Indonesia adalah bentuk dalam bahasa Arab dari kata ini. Kata Ibrani aslinya berasal dari bahasa Mesir Pr-Aa yang artinya adalah "Rumah Besar". Pertama-pertama ini adalah istilah untuk istana kerajaan, tetapi lama-lama artinya adalah penghuni istana ini, yaitu sang raja.

Gelar firaun

Asal mula gelar Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.

Pada awal perkembangannya, masyarakat Mesir kuno terbagi atas Mesir hulu dan Mesir hilir yang memiliki firaun dan lambang mahkota sendiri sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu kesatuan kekuasaan. Mahkota yang digunakan adalah mahkota rangkap.

Lihat pula

Referensi