Lompat ke isi

Garuda Indonesia Penerbangan 892

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Garuda Indonesia Penerbangan 892
Pajajaran, pesawat Garuda Indonesia yang mengalami kecelakaan.
Ringkasan kecelakaan
Tanggal28 Mei 1968
RingkasanJatuh setelah lepas landas; diduga akibat kesalahan pengisian bahan bakar pesawat
LokasiDesa Bilalpada, dekat Nala Sopara, India[1]
Orang dalam pesawat29
Penumpang15
Awak14 (termasuk empat awak nonaktif)[2]
Tewas30:
  • 29 di dalam pesawat
  • Satu di darat
Selamat0
Jenis pesawatConvair CV-990-30A-5 Coronado
Nama pesawatPajajaran
OperatorGaruda Indonesian Airways
RegistrasiPK-GJA
AsalBandar Udara Kemayoran, Jakarta, Indonesia
Perhentian ke-1Bandar Udara Internasional Singapura, Singapura
Perhentian ke-2Bandar Udara Internasional Bangkok, Bangkok, Thailand
Perhentian ke-3Bandar Udara Bombay–Santa Cruz, Bombay, India
Perhentian ke-4Bandar Udara Internasional Karachi, Karachi, Pakistan
Perhentian ke-5Bandar Udara Internasional Kairo, Kairo, Mesir
Perhentian terakhirBandar Udara Leonardo da Vinci–Fiumicino, Roma, Italia
TujuanBandar Udara Schiphol Amsterdam, Amsterdam, Belanda

Garuda Indonesia Penerbangan 892 adalah penerbangan penumpang internasional berjadwal Garuda Indonesian Airways (sekarang Garuda Indonesia) dari Bandar Udara Kemayoran di Jakarta, Indonesia menuju Bandar Udara Schiphol Amsterdam di Amsterdam, Belanda, dengan perhentian di Singapura, Bangkok, Bombay (sekarang Mumbai), Karachi, Kairo, dan Roma.[3]

Pada tanggal 28 Mei 1968, pesawat jet Convair CV-990-30A-5 Coronado yang mengoperasikan penerbangan tersebut jatuh ketika sedang menaikkan ketinggian setelah lepas landas dari Bandar Udara Bombay–Santa Cruz (sekarang Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji Maharaj) di Bombay dalam penerbangannya menuju Karachi. Pesawat jatuh di Desa Bilalpada yang terletak di dekat kota Nala Sopara. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh 29 penumpang dan awak pesawat dan satu orang di darat. Meskipun penyebab dari kecelakaan tersebut tidak diketahui secara jelas, kecelakaan tersebut diduga berasal dari kesalahan pengisian bahan bakar pesawat ketika pesawat melakukan perhentian di Bombay, yang menyebabkan pesawat mengalami kegagalan mesin, dan mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawat.[4] Kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kedua yang melibatkan Convair 990 Coronado dan juga merupakan kecelakaan pertama jenis pesawat tersebut yang menimbulkan korban jiwa.[5]

Pesawat

Pesawat yang mengalami kecelakaan adalah sebuah jet Convair CV-990-30A-5 Coronado dengan registrasi PK-GJA dan ditenagai oleh empat mesin turbofan General Electric CJ805-23B. Pesawat tersebut merupakan Convair 990 Coronado ketiga yang diproduksi, dengan nomor seri manufaktur 30-10-3, dan awalnya ditujukan kepada American Airlines. Pesawat tersebut dikonfigurasi untuk membawa hingga 99 penumpang dengan konfigurasi kabin kelas utama dan kelas ekonomi.[6] Pesawat tersebut diberi nama Pajajaran yang merupakan nama dari bekas ibu kota Kerajaan Sunda.[7] Pesawat tersebut sebelumnya digunakan sebagai salah satu prototipe dari jenis pesawat Convair 990 Coronado, yang kemudian dimodifikasi dengan sejumlah peningkatan agar sepadan dengan spesifikasi "990A". Pesawat tersebut diserahterimakan kepada Garuda Indonesia pada tanggal 24 Januari 1964.[8][9]

Kronologi

Garuda Indonesia Penerbangan 892 tiba di Bandar Udara Bombay–Santa Cruz pada pukul 01.45 waktu India (20.15 UTC 27 Mei). Penerbangan tersebut berasal dari Jakarta dengan perhentian di Singapura dan Bangkok sebelum menuju Bombay. Penerbangan tersebut merupakan bagian dari rute penerbangan Jakarta–Singapura–Bangkok–Bombay–Karachi–Kairo–Roma–Amsterdam pulang-pergi yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia saat itu. Penerbangan tersebut melakukan perhentian ketiga di Bombay untuk menaikkan penumpang tambahan, melakukan pergantian awak yang bertugas, dan mengisi ulang bahan bakar pesawat sebelum melanjutkan penerbangan menuju Karachi. Sebelas penumpang dijadwalkan akan naik ke penerbangan tersebut di Bombay, tetapi lima penumpang membatalkan tiketnya di saat-saat terakhir, sehingga hanya enam penumpang yang naik ke penerbangan tersebut, dan pesawat berangkat dengan membawa 15 penumpang dan 14 awak. Kondisi cuaca di Bandar Udara Bombay–Santa Cruz dilaporkan normal ketika pesawat meninggalkan Bombay.[10]

Pesawat lepas landas dari Bombay pada pukul 02.32 (21.02 UTC 27 Mei). Pada pukul 02.39 (21.09 UTC 27 Mei), pemandu lalu lintas udara di Bandar Udara Bombay–Santa Cruz kehilangan kontak dengan pesawat, dan pesawat dilaporkan telah jatuh pada pukul 02.44 (21.14 UTC 27 Mei). Pesawat diperkirakan jatuh di 1–1,5 mil (1,6–2,4 km) sebelah timur Stasiun kereta api Nalla Sopara di dekat Desa Bilalpada. Ledakan yang ditimbulkan ketika pesawat jatuh menabrak daratan membuat sedikitnya satu dari sekian banyaknya puing-puing pesawat membentuk kawah sedalam 20 ft (6,1 m) di lokasi jatuhnya pesawat, sedangkan sebagian besar puing-puing lainnya jatuh berserakan di area seluas tiga mil2 (7,8 km2).[10] Pesawat diduga mengalami kegagalan mesin yang mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawat. Pesawat kemudian menukik turun hingga akhirnya jatuh dengan posisi hampir vertikal.[4][5]

Penumpang dan awak

Pada etape penerbangan Bombay–Karachi, Garuda Indonesia Penerbangan 892 membawa 15 penumpang. Dari segi kota keberangkatan penumpang, enam penumpang berangkat dari Jakarta, tiga dari Bangkok, dan enam dari Bombay. Sebanyak enam penumpang berasal dari Indonesia, di mana dua akan turun di Karachi dan empat lainnya akan turun di Amsterdam. Salah seorang di antaranya adalah istri dari G.A. Siwabessy, Menteri Kesehatan Republik Indonesia saat itu. Ia sedang dalam perjalanan menuju Amsterdam dan kemudian menuju Wina untuk menghadiri sebuah konferensi nuklir yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).[11] Selain itu, terdapat empat penumpang asal Pakistan dengan tujuan Karachi, dua penumpang asal Yunani dengan tujuan Roma, dan satu penumpang asal Jepang dengan tujuan Kairo. Dua penumpang terakhir adalah seorang pimpinan gerakan Moral Re-Armament asal Belanda dengan tujuan Amsterdam dan presiden Persatuan Insinyur India asal India dengan tujuan Kairo.[2][10]

Terdapat 14 awak yang berada di dalam penerbangan tersebut. Sepuluh anggota awak merupakan awak yang bertugas, yang terdiri dari empat awak kokpit dan enam awak kabin, sedangkan empat awak lainnya tidak bertugas. Anggota awak kokpit terdiri dari Kapten Rochim, Kapten Soedharmono, Juru navigasi Asmoro, dan Juru mesin Djumadi. Salah seorang kepala awak kabin dalam penerbangan tersebut adalah adik dari Ahmad Yunus Mokoginta, duta besar Republik Indonesia untuk Mesir saat itu. Seluruh awak yang bertugas naik ke penerbangan tersebut di Bombay sebagai pengganti awak yang telah bertugas sejak penerbangan tersebut berangkat dari Jakarta. Seluruh awak yang bertugas tersebut rencananya akan kembali diganti di Kairo. Sementara itu, empat awak yang tidak bertugas dan berangkat bersama dengan para awak yang bertugas dari Jakarta tetap berada di dalam penerbangan tersebut.[2]

Penyebab

Penyebab dari kecelakaan tersebut tidak diketahui secara jelas, meskipun terdapat penyelidikan terhadap kecelakaan tersebut. Penyelidikan dipimpin oleh seorang bekas ketua mahkamah di Mahkamah Tinggi Bombay. Selain melibatkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia dan India serta Garuda Indonesia, penyelidikan tersebut turut melibatkan sejumlah pihak dari luar seperti Hindustan Aeronautics dan Lufthansa.[1][2] Namun, kecelakaan tersebut diduga disebabkan oleh kelalaian petugas darat Bandar Udara Bombay–Santa Cruz ketika pesawat mengisi ulang bahan bakar di Bombay. Alih-alih diisi ulang dengan avtur, pesawat diduga diisi ulang dengan avgas.[4]

Pasca kecelakaan

Seluruh 29 penumpang dan awak pesawat tewas dalam kecelakaan tersebut. Tujuh belas orang di Desa Bilalpada dilaporkan cedera, di mana dua di antaranya dalam kondisi serius. Tiga penduduk desa harus dirawat di rumah sakit; salah seorang di antaranya kemudian dinyatakan meninggal dunia.[12] Kecelakaan tersebut menghancurkan sejumlah rumah pondok penduduk desa dan satu rumah gudang milik sebuah sekolah. Selain itu, sejumlah puing-puing dari pesawat yang terbakar mengenai dan membakar sebuah kandang yang kemudian menewaskan 19 ekor kerbau.[10]

Presiden Soeharto mengirimkan sebuah pesawat milik Garuda Indonesia untuk memulangkan seluruh jenazah korban asal Indonesia. Di dalam setiap peti jenazah korban asal Indonesia, dimasukkan batu-batu yang telah dikumpulkan dari lokasi jatuhnya pesawat. Sebagian besar jenazah korban penumpang asal Indonesia dimakamkan di tempat pemakaman umum, sedangkan istri menteri kesehatan dan seluruh awak pesawat dimakamkan di sebuah taman makam pahlawan.[13]

Pasca kecelakaan tersebut, Garuda Indonesia menghentikan sementara operasional rute penerbangan Jakarta–Amsterdam pulang-pergi dua kali seminggu-nya berikut dua pesawat Convair 990 Coronado yang tersisa. Rute penerbangan Jakarta–Amsterdam pulang-pergi dua kali seminggu kemudian dilanjutkan kembali, tetapi pesawat yang digunakan berganti menjadi Douglas DC-8 yang disewa dari KLM. Armada pesawat Convair 990 Coronado kemudian digunakan untuk penerbangan domestik dan regional hingga tahun 1973, ketika Garuda Indonesia memensiunkan jenis pesawat tersebut dari armadanya sebagai bagian dari upaya rasionalisasi armada di bawah manajemen baru perusahaan.[7]

Garuda Indonesia kembali menggunakan nomor penerbangan 892 pada rute penerbangan DenpasarBeijing dari tahun 2015 hingga rute tersebut ditangguhkan pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.[14][15] Registrasi pesawat PK-GJA kembali digunakan pada sebuah pesawat ATR 72-600 yang dioperasikan oleh Citilink sejak tahun 2019.[9][16]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Garuda crash report by Jan." The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 38 (13). Bombay. 28 November 1969. hlm. 13. Diakses tanggal 23 Februari 2022. 
  2. ^ a b c d "Pesawat GIA Convair 990 Djatuh dekat Bombay". Bulletin Djembatan Kawanua. 50. Jakarta: Kawanua. 1 Juni 1968. hlm. 43 (595). Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  3. ^ "Garuda Indonesian Airways International Timetable". Airline Timetable Images (dalam bahasa Inggris). 1 April 1968. hlm. 3. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  4. ^ a b c Hubert, Ronan. "Crash of a Convair CV-990-30A-5 near Bombay: 30 killed". Bureau of Aircraft Accidents Archives (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  5. ^ a b Ranter, Harro. "ASN Aircraft accident Convair CV-990-30A-5 Coronado PK-GJA Mumbai Airport (BOM)". Aviation Safety Network (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  6. ^ Almanak Sumatera. Komando Antar Daerah Sumatera. 1969. hlm. 517. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  7. ^ a b Sumbodo, Sudiro (15 April 2018). Stroud, Nick, ed. "The Convair 990 and Garuda Indonesian Airways". The Aviation Historian (dalam bahasa Inggris) (23): 68–75. ISSN 2051-1930. 
  8. ^ Proctor, Jon (1996). Convair 880 & 990. Great Airliners Series (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). Miami: World Transport Press. ISBN 0-9626730-4-8. 
  9. ^ a b Barker, Ronald. "Aircraft PK-GJA Data". Airport-Data (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Juli 2021. 
  10. ^ a b c d "29 killed in a plane crash near Bombay". The Indian Express (dalam bahasa Inggris). 36 (168). Bombay. 28 Mei 1968. hlm. 1, 5. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  11. ^ Aipassa, Jeanny Arylien; Rachman, Erlita; Sotyati, Endah Dwi (22 September 2014). Sang Upuleru: Mengenang 100 Tahun Prof. DR. Gerrit Augustinus Siwabessy (1914–2014). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 269. ISBN 978-602-03-0871-5. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  12. ^ Lok Sabha Debates (Fifth Session) (PDF). Lok Sabha Parliament Digital Library. 4 (dalam bahasa Inggris). 18. New Delhi: Lok Sabha. 26 Juli 1968. hlm. 73–74. Diakses tanggal 23 Februari 2022. 
  13. ^ Isnaeni, Hendri F. (6 April 2019). "Kecelakaan Pesawat Garuda di Mumbai India". Historia. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  14. ^ Liu, Jim (14 November 2014). "Garuda Indonesia Adds Denpasar – Beijing Service from Jan 2015". Airlineroute (dalam bahasa Inggris). Routesonline. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  15. ^ Ramadhian, Nabilla (16 April 2020). "Garuda Indonesia Tangguhkan 26 Rute Penerbangan". Kompas. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  16. ^ "Citilink PK-GJA (ATR 42/72 - MSN 1119) (Ex PK-GAA)". Airfleets (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Oktober 2021.