Garuda Indonesia Penerbangan 708
Ringkasan kecelakaan | |
---|---|
Tanggal | 16 Februari 1967 |
Ringkasan | Kesalahan pilot, Cuaca buruk |
Lokasi | Bandar Udara Sam Ratulangi |
Penumpang | 84 |
Awak | 8 |
Tewas | 22 |
Selamat | 70 |
Jenis pesawat | Lockheed L-188A Electra |
Operator | Garuda Indonesia |
Registrasi | PK-GLB |
Asal | Bandar Udara Ujung Pandang-Hasanudin |
Tujuan | Bandar Udara Sam Ratulangi |
Garuda Indonesia Airways Penerbangan 708 adalah penerbangan penumpang berjadwal pada tanggal 16 Februari 1967 yang jatuh pada saat melakukan pendaratan di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. 22 dari 84 penumpang di dalam penerbangan tersebut tewas. Semua dari delapan kru pesawat selamat.
Penerbangan
Penerbangan 708 berangkat dari Jakarta ke Manado via Surabaya dan Makassar. Di leg kedua penerbangan ini mengalami cuaca buruk pada penerbangan di Makassar memaksa kru untuk kembali ke Surabaya. Penerbangan dilanjutkan pada hari berikutnya ke Makassar dan ke Manado. Cuaca di Manado adalah berawan pada ketinggian 900 kaki dan jarak pandang 2 km. Pendekatan untuk landasan pacu 18 dibuat, tetapi setelah melewati sebuah bukit dengan ketinggina 200 meter di atas elevasi landasan pacu dan 2.720 kaki dekat dari ambang pintu, pilot menyadari bahwa ia terlalu tinggi dan terlalu ke kiri dari titik tengah tersebut. Hidung diturunkan dan pesawat berbelok ke arah kanan untuk mencegah pesawat tergelincir. Kecepatan penurunan di bawah kecepatan 125 knot sasaran ambang batas dan pesawat, masih berbelok ke arah kanan, mendarat dengan sangat berat pada jarak 156 kaki dari ambang batas landasan pacu. Bagian bawah hancur dan pesawat tergelincir dan terbakar.
Kemungkinan penyebab kecelakaan itu adalah keputusan untuk melakukan teknik pendaratan yang canggung mengakibatkan tingkat berlebihan pada saaat pendaratan. Di antara faktor yang berkontribusi adalah landasan yang tidak rata dari landasan pacu dan cuaca marginal pada saat pendaratan.[1]