Lompat ke isi

Tidur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Maret 2022 04.22 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6)
Gadis yang sedang tidur
Tidur dikaitkan dengan keadaan relaksasi otot dan berkurangnya persepsi terhadap rangsangan lingkungan.
Sorang pria yang tertidur di tepi jalan

Tidur adalah keadaan istirahat alami pada berbagai binatang menyusui, burung, ikan, dan binatang tidak bertulang belakang seperti lalat buah Drosophila. Pada manusia dan banyak spesies lainnya, tidur penting untuk kesehatan.

Tanda-tanda kehidupan seperti kesadaran, puls, dan frekuensi pernapasan mengalami perubahan. Dalam tidur normal biasanya fungsi saraf motorik juga saraf sensorik untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan sistem saraf pusat akan diblokade, sehingga pada saat tidur cenderung tidak bergerak dan daya tanggap pun berkurang.

Fase peralihan dari sadar ke tidur disebut sebagai pradormitium dan fase peralihan dari tidur kembali ke sadar disebut sebagai postdormitium. Di dalam ilmu kedokteran ilmu yang mempelajari gangguan tidur disebut sebagai somnologie.

Siapa yang tidur

Dalam dunia hewan, tidur adalah hal yang umum. Walaupun begitu, ini tidak universal. Hewan darat misalnya tidur dengan menutup mata, sedangkan hewan laut belum dapat 100 persen dibuktikan, walau banyak yang mengganggap bahwa mereka juga tidur. Lumba-lumba atau paus bahkan [1]mengorok. Lumba-lumba misalnya tidur dengan satu bagian otak saja atau hemisphere, hal ini dikarenakan penyesuaian kebutuhan seekor lumba-lumba bernapas dalam air. Oleh sebab itu lumba-lumba tidak melalui fase tidur REM. Contoh lain misalnya singa laut dan anjing laut; mereka dapat tidur di darat maupun di laut. jika di darat mereka mengalami fase tidur yang sama seperti manusia, jika di laut mengalami fase tidur yang sama seperti lumba-lumba.

Saat ini, semua hewan bertulang belakang (lebih tepatnya bertulang rahang) dipercaya ilmuwan mengalami fase tidur yang sama seperti manusia (perkecualian: echidna). Burung juga menunjukkan tidur, walau tidak pasti apakah mereka tidur dengan menonaktifkan sebagian otak. Pada beberapa binatang lain seperti ular, kadal atau ikan sulit ilmuwan percaya mereka juga tidur. Penilaian dalam eksperimen menjadi semakin sulit ketika harus membedakan istirahat biasa suatu organisme dari keadaan tidur.

Tahapan Tidur

Pada dasarnya ada dua jenis tipe tahapan tidur yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (non-REM). Masing-masing terkait dengan gelombang otak dan aktivitas saraf tertentu. siklus REM dan non-REM terjadi beberapa kali dalam semalam selama kita tidur dengan periode REM yang semakin lama dan lebih dalam ketika menjelang pagi.[1]

Manusia

Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[butuh rujukan] Sebagai manusia, periode kehidupan kita terbagi menjadi dua: saat tidur dan saat terbangun. Kedua periode ini saling melengkapi satu sama lain, saling melengkapi dalam menyempurnakan proses-proses yang terjadi dalam tubuh kita. [2]

Selain itu faktor keamanan harus dibangun untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kriminalitas ketika kita sedang tidur. Untuk itu selalu periksa keamanan rumah sebelum tidur.

Kekurangan tidur

Akibat kekurangan tidur pada manusia.

Kekurangan tidur biasanya disebabkan karena begadang ataupun karena insomnia. Beberapa akibat yang timbul akibat kurang tidur antara lain:

  • Halusinasi [3]
  • Mudah marah [4]
  • Penurunan kognitif [5]
  • Mudah lupa [6]
  • Menguap parah [4]
  • Gejala mirip dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) [4]
  • Gangguan penilaian moral [7]
  • Berkurangnya kemampuan reaksi dan akurasi [8]
  • Getaran (meriang atau mengigil) [9]
  • Sakit atau nyeri otot [10]
  • Risiko Diabetes Tipe 2 [11]
  • Pertumbuhan melambat [5] [12]
  • Risiko obesitas [13] [14]
  • Penurunan suhu tubuh [5]
  • Peningkatan tingkat variabilitas jantung [5]
  • Risiko penyakit jantung [15]
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh [5]

Referensi

  1. ^ a b "Brain Basics: Understanding Sleep | National Institute of Neurological Disorders and Stroke". www.ninds.nih.gov. Diakses tanggal 2021-04-26. 
  2. ^ "Tidur Ngga Cuma Malem Doang! (Manfaat Tidur Siang)". Satu Persen. 2020-09-24. Diakses tanggal 2020-10-07. 
  3. ^ National Institute of Neurological Disorders and Stroke -- Brain Basics: Understanding Sleep
  4. ^ a b c "http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Sleep_deprivation?OpenDocument".  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  5. ^ a b c d e eMedicine Specialties > Neurology > Sleep-Related Diseases > Normal Sleep, Sleep Physiology, and Sleep Deprivation Author: M Suzanne Stevens, MD. Updated: Oct 29, 2008
  6. ^ Teachers of Psychology in Secondary Schools
  7. ^ "The Effects of 53 Hours of Sleep Deprivation on Moral Judgment". Journal SLEEP. 30 (3). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-04. Diakses tanggal 2012-06-03. 
  8. ^ "http://oem.bmjjournals.com/cgi/content/abstract/57/10/649".  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan) Occup Environ Med 2000;57:649-655 doi:10.1136/oem.57.10.649
  9. ^ Smith, Andrew P. Handbook of Human Performance. hlm. p.240. 
  10. ^ Morin, Charles M. Insomnia. hlm. p.28. 
  11. ^ "Daniel J. Gottlieb, et al. Association of Sleep Time With Diabetes Mellitus and Impaired Glucose Tolerance. Arch Intern Med. Vol. 165 No. 8 2005; 165: 863-867 PMID 15851636". 
  12. ^ Sleep deprivation effects on the activity of the hypothalamic-pituitary-adrenal and growth axes: potential clinical implications. Alexandros N. Vgontzas, George Mastorakos, Edward O. Bixler, Anthony Kales, Philip W. Gold & George P. Chrousos, published in Clinical Endocrinology, Volume 51 Issue 2 Page 205, August 1999
  13. ^ The association between short sleep duration and obesity in young adults: a 13-year prospective study., Sleep, Jun 15;27(4):661-6 2004
  14. ^ Inadequate sleep as a risk factor for obesity: analyses of the NHANES I, Oct 1;28(10):1289-96 2005
  15. ^ Sleep, Less and More, Linked to Heart Disease. By Jeanie Lerche Davis.

Lihat juga

Pranala luar