Yon Koeswoyo
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Yon Koeswoyo | |
---|---|
Informasi latar belakang | |
Genre | Pop, Rock |
Pekerjaan | Penyanyi, Pencipta lagu, Aktor |
Instrumen | Rhythm Guitar, Vocal |
Tahun aktif | 1958–2018 |
Label | Dimita Moulding Company, Ltd, Remaco |
Koesyono bin Koeswoyo atau Yon Koeswoyo (27 September 1940 – 5 Januari 2018) adalah anggota band legendaris Indonesia, Koes Plus yang sebelumnya bernama Koes Bersaudara.
Biografi
Masa kecil
Yon Koeswoyo adalah anak keenam dari sembilan bersaudara anak dari pasangan Raden Koeswoyo dan Rr. Atmini asal Tuban Jawa Timur. Urutan kakak-beradik Koeswoyo sbb.:
- Tituk (perempuan) (1930), meninggal sewaktu bayi.
- Koesdjono (Jon alias John Koeswoyo) (1932).
- Koesdini (Dien ~ perempuan) (1934).
- Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo) (1936-1987).
- Koesnomo (Nom alias Nomo Koeswoyo) (1939).
- Koesyono (Yon alias Yon Koeswoyo) (1940-2018).
- Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo) (1943).
- Koestami (Miyi ~ perempuan) (1945).
- Koesmiani (Ninuk ~ perempuan) (1947).
Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ketujuh keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada zaman penjajahan Belanda.
Masa kecil Yon dilalui di kota Tuban, Jawa Timur bersaudara saudara-saudaranya. Pada tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi ayah yang berkarier hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementerian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di Jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.
Karier
Koes Bersaudara
Yon Koeswoyo mulai aktif bermusik sejak awal dibentuknya grup musik bersama saudara kandungnya keluarga Koeswoyo yakni:(Jon Koeswoyo pada Bass, Tonny Koeswoyo pada gitar, Nomo Koeswoyo pada drum, Yon Koeswoyo pada vokal, dan Yok Koeswoyo pada vokal) dan seorang dari luar keluarga Koeswoyo yang bernama Jan Mintaraga sebagai gitaris dan Tommy Darmo sebagai gitaris juga awalnya. Pada mulanya mereka menamakan grup ini Kus Brothers pada tahun 1958. Sebetulnya inspirasi duet Yon dan Yok itu adalah Kalin Twin, dua penyanyi Amerika bersaudara yang kembar. Namun dalam perkembangannya grup ini meniru pola Everly Brothers di Amerika, karena menggunakan 2 penyanyi kakak beradik yakni Yon dan Yok. Mereka merekam album pertama pada tahun 1962. Setelah Jan Mintaraga dan Tommy Darmo mengundurkan diri, grup ini berganti nama menjadi Kus Bersaudara pada tahun 1963.
Beberapa waktu kemudian kakak tertua mereka Jon Koeswoyo pun mengundurkan diri, sehingga menyisakan 4 personel kakak beradik yang dipimpin oleh Tonny Koeswoyo. Grup ini kemudian kembali mengganti namanya menjadi Koes Bersaudara. Dalam formasi yang baru ini Yon tetap sebagai penyanyi utama disamping memegang alat musik rhythm gitar, disamping adiknya Yok yang juga masih menjadi penyanyi dengan memegang alat musik bass gitar. Yon memang sejak awal diproyeksikan oleh Tonny untuk menjadi vokalis karena memiliki suara yang bagus. Karena itulah ia tak pernah secara khusus diajari oleh Tonny untuk memainkan alat musik gitar. Kemampuannya bermain gitar dipelajarinya sendiri secara otodidak dengan mengamati permainan gitar abangnya Tonny.
Grup ini meraih kesuksesan dalam beberapa album rekaman berikutnya selama beberapa tahun sebelum dipenjarakan oleh rezim Orde Lama Soekarno di Penjara Glodok pada tanggal 29 Juni 1965. Yon dimasukkan satu sel bersama saudara-saudaranya, Tony, Nomo, dan Yok. Mereka dianggap memainkan lagu-lagu ngak-ngik-ngok (kebarat-baratan) yang terlarang masa itu karena dianggap musik yang tidak mencerminkan bangsa Indonesia pada tahun 1965. Namun Sebenarnya Pemenjaraan ini bertujuan untuk persiapan Bela Tanah Air saat terjadinya perselisihan dengan malaysia, saat presiden Soekarno menyatakan ganyang malaysia lewat seni permusikan. Pada Awalnya untuk dikirim ke Singapura, Kalimantan Utara, Bahkan Malaysia. Namun sebelum sempat dikirim untuk bela negara lewat permusikan, pemerintahan Soekarno telah lengser. Mereka akhirnya dibebaskan pada tanggal 29 September 1965 (tepat sehari sebelum pecahnya Gerakan 30 September PKI) dan tidak jadi dikirim ke Singapura, Kalimantan Utara, dan Malaysia. Selepas itu karier bermusik mereka kembali berjalan.
Koes Plus
Meski meraih kesuksesan dalam bermusik, tetapi kehidupan anggota grup ini tetap dalam kesulitan ekonomi. Abangnya Nomo Koeswoyo berinisiatif meninggalkan posisinya sebagai penabuh drum pada tahun 1969. Ia memilih berusaha sampingan di luar bidang musik sebagai pedagang untuk menghidupi keluarganya. Oleh Tonny Koeswoyo, Nomo disuruh memilih untuk fokus pada musik di Koes Bersaudara atau keluar. Nomo bersikap lebih pragmatis dan memiliki prinsip yang berbeda dengan sang kakak, karena saat itu ia telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak. Posisi drummer yang ditinggalkan Nomo Koeswoyo kemudian digantikan oleh Kasmuri (dikenal dengan panggilan Murry). Masuknya Murry adalah rekomendasi dari Yon kepada Tonny. Yon dikenalkan kepada Murry lewatnya temannya Tommy Darmo.[1]
Keluarnya sang abang Nomo menimbulkan protes dari adik laki-laki bungsu mereka yakni Yok Koeswoyo, sehingga ia pun memilih keluar. Yok tak mau bergabung dengan band baru dengan orang luar di luar dinasti Koeswoyo.[2] Keduanya sempat mengamuk dengan melarang Tonny dan Yon memakai alat musik mereka untuk band baru itu. Yon pun sempat merasa sangat bersalah, karena temannya Tommy Darmo pun sempat mau dihajar oleh kedua saudaranya itu gara-gara membawa Murry. Mereka mengatakan agar band dibubarkan saja.[1] Namun abangnya Tonny tetap bersikukuh meneruskan kiprahnya bermusik dengan Yon. Yon memang adalah satu-satunya adik dari Tonny yang setia mengikuti kemauan dan berbagai kiprah sang abang. Oleh Tonny, posisi Yok kemudian diganti dengan Adji Kartono atau biasa disingkat Totok AR (Totok Adji Rahman). Yon tak mempermasalahkan Tonny merekrut Murry dan Totok AR menjadi anggota band di luar keluarga Koeswoyo. Tonny pun kemudian mengubah nama bandnya menjadi Koes Plus. Meski terseok-seok dalam keterbatasan finansial dan harus menyewa alat musik, mereka berhasil mengeluarkan album Koes Plus volume I "Dhag-Dheg Plas". Dalam formasi band ini Yon tetap berperan sebagai vokalis utama.
Namun pada album kedua Koes Plus, adiknya Yok mengubah pikirannya dan bersedia bergabung dalam Koes Plus sebagai pemain bass dan backing vokal mendampingi Yon. Dalam album II ini nama Koes Plus mulai dikenal. Koes Plus perlahan meraih kepopuleran dan mulai menjadi raja di kalangan band nasional.[3]
Nama Koes Plus mulai dielu-elukan khalayak setelah tampil membawakan lagu "Derita" serta "Manis Dan Sayang", "Selalu", "Senja", "Cintamu Telah Berlalu" dalam acara Jambore Band di Istora Senayan November 1970. Saat itu Yon bersama Koes Plus tampil bersama band Panbers dan beberapa band sohor lainnya seperti The Candies, band Bhajangkara,dan The Rhadows. Saat itu lagu-lagu Koes Plus mulai dipengaruhi warna sweet sound ala Bee Gees dan The Cats. Yon Koeswoyo sendiri bahkan tiba-tiba berupaya menghasilkan vibra seperti halnya Barry Gibb dari Bee Gees.
Sejak itu popularitas Koes Plus seolah tak terbendung, menggelegak, dan merajai industri musil Indonesia. Terlebih setelah Koes Plus berpindah ke label Remaco yang dipimpin Eugene Timothy. Koes Plus akhirnya menjadi mesin hits yang terus dipacu tiada henti oleh Remaco. Dalam catatan pada tahun 1974 Koes Plus merilis sekitar 24 album yang berarti setiap sebulan sekali Koes Plus merilis 2 album.
Periode 1970-an seolah menjadi era mereka. Lagu-lagu mereka hits di tangga lagu Indonesia, dinyanyikan semua umur, seperti "Bujangan", "Muda-Mudi", "Kembali ke Jakarta", dan lainnya. Bahkan group ini berhasil merilis lebih dari 100 album berbagai jenis aliran musik seperti Pop, Dangdut, Melayu, Keroncong, Jawa, Folksong, Rock, Bosanova, Qasidah, Rohani Natal, Pop Anak-anak, dsb. Lagu-lagu mereka banyak yang menjadi hits yang melegenda sepanjang masa hingga saat ini. Mereka juga menjadi bintang iklan beberapa produk: minuman ringan F&N, mobil Toyota Kijang, sampul buku tulis, dsb.[4]
Dalam Koes Plus, suara Yon memang dominan meski Yok, Tony, dan bahkan Murry juga tampil sebagai penyanyi. Vokal Yon mendominasi pada sebagian besar lagu kondang Koes Plus seperti Kembali Ke Jakarta, Kisah Sedih di Hari Minggu, Diana, Hidup Yang Sepi, dsb.
Solo Album
Dalam masa kevakuman Koes Plus dan Koes Bersaudara, Yon sempat merilis album solo. Pada tahun 1981, dengan seizin Tonny ia mengeluarkan solo album yang bertajuk "Lantaran". Dalam hal ini ia dibantu oleh rekannya seorang pemusik dan pencipta lagu Harry Cahyono. Album produksi Sky Record ini berisikan materi 10 lagu. Tidak tanggung-tanggung dari 10 lagu dalam album tersebut 8 di antaranya karya Harry Cahyono (Antara lain: "Lantaran", "Senandung Malam", "Jakarta", dan "Tuan-Tuan") dan dua lagu karya Yon Koeswoyo yaitu "Kota Sunyi" dan "Kesan". Sebagian besar lagu dalam album ini berisi kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa abstrak dan tak mudah langsung dicerna. Tidak seperti karya-karya Koes Plus yang sekali dengar langsung dipahami maknanya. Peran Harry Cahyono dengan karya yang sarat kritik sosial ini berulang pada sekitar 27 tahun kemudian pada tahun 2008 melalui album solo Yon Koeswoyo berikutnya yang berjudul "Song of Porong".
Reuni Koes Bersaudara
Tahun 1976-1977, terjadi penurunan dalam pencapaian target pemasaran album-album Koes Plus. Produser rekaman Remaco tempat mereka bernaung yang bernama Eugene Timothy menyarankan untuk mencoba menhghidupkan lagi Koes Bersaudara. Juga atas desakan keluarga yang sangat berharap dualisme band keluarga Koeswoyo yakni Koes Plus pimpinan Tonny Koeswoyo dan band No Koes yang dimotori Nomo Koeswoyo dapat diakhiri dengan persatuan kembali. Begitu pula adanya usulan penggemar Koes Bersaudara yang masih mengingat masa kejayaan group itu pada era 1960-an. Usulan tersebut akhirnya diterima oleh Tonny Koeswoyo, ia pun mengumpulkan ketiga adiknya untuk memulai era baru Koes Bersaudara.
Tahun 1977, atas desakan keluarga dan penggemar, Koes Bersaudara kembali bersatu sebagai sebuah grup musik dengan ditandai lagu "Kembali" yang direkam di album Koes Bersaudara Seri Perdana tahun 1977. Awal tahun 1977, Tonny Koeswoyo akhirnya bersedia menghidupkan kembali group musik Koes Bersaudara yang telah dikuburnya sejak tahun 1969. Ia memanggil kembali adiknya Nomo untuk kembali bersatu sebagai sebuah grup musik bersama adiknya Yon dan Yok. Keempat Koeswoyo bersaudara ini pun bertemu dan menyetujuinya. Album I Koes Bersaudara Pop Indoenesia vol I berhasil mereka rilis dengan salah satu andalannya bertajuk Kembali. Lagu dan album ini ternyata amat meledak, dan hingga kini bisa dikatakan sebagai lagu wajib para penggemar Koes Plus/Bersaudara. Kebersatuan mereka ini juga mendapat dukungan penuh dari keluarga besar Koeswoyo. Ayah mereka Koeswoyo Sr ikut menyumbangkan lagu berjudul Demi Cinta. Begitu pula abang tertua mereka Jon berkontribusi dengan sebuah lagu berjudul Haru dan Bahagia yang digarapnya bersama Yon. Nomo pun turut menggubah sebuah lagu berjudul Ayah yang mengungkapkan rasa hormatnya pada sang ayah yang berperan besar dalam menyatukan mereka.
Kesuksesan album ini kemudian diikuti 4 buah album berikutnya hingga tahun 1978. Dalam reuni ini, selain Yon seluruh personel ikut menyumbangkan lagu dan sebagian menyanyikan sendiri lagu-lagu ciptaannya. Koes Bersaudara mulai era ini mencirikan setiap personelnya membuat lagu dan umumnya menyayikan sendiri lagu ciptaannya. Namun album-album tersebut tak begitu sukses di pasaran. Popularitas grup Koes Plus yang sudah begitu kuat pada era 1970-an tak bisa ditandingi oleh kembalinya Koes Bersaudara yang pernah populer pada era 1960-an. Grup ini akhirnya bubar secara tak resmi, Yon bersama saudaranya Tonny dan Yok, serta Murry kembali mengusung Grup Koes Plus.
Tahun 1979 - 1980 Koes Bersaudara mencoba kembali bersatu dengan melempar 2 buah album. Dukungan keluarga bahkan terlihat dengan adanya sumbangan beberapa lagu dari adik bungsu mereka yakni Ninoek Koeswoyo. Namun penjualan album-album ini tak begitu sukses di pasaran. Grup ini pun kembali vakum selama beberapa tahun kemudian. Yon bersama kedua saudaranya kembali kepada grup Koes Plus, sedangkan Nomo berkarier sebagai penyanyi solo dan menekuni bisnisnya yang cukup sukses di kala itu.
Pada tahun 1986 Koes Bersaudara kembali bersatu dan mengeluarkan 6 buah album pada tahun 1987. Grup ini sempat meraih kesuksesan dengan lagu "Kau Datang Lagi" pada album yang sama yang direkam tahun 1987. Namun kebersamaan itu tak berlangsung lama, karena pada tahun 1987 itu pula kemudian sang kakak Tonny Koeswoyo meninggal dunia karena penyakit kanker usus yang dideritanya. Sepeninggal Tonny, Koes Bersaudara masih sempat mengeluarkan 8 buah album pada tahun 1988 dan 2 buah album pada tahun 2000.
Sebelum meninggalnya Tonny, Koes Bersaudara sempat merilis album “Dia Permata Hatiku” dan tampil bersama 2 keponakannya yang juga menjadi penyanyi cilik populer masa itu yakni Chicha Koeswoyo dan Sari Yok Koeswoyo di acara Selekta Pop Artis Safari TVRI.
Koes Plus pasca Kematian Tonny Koeswoyo
Hingga kini Yon yang bernama asli adalah Koesyono masih aktif bermusik yang telah ditekuninya sejak tahun 1962. Ia menjadi satu-satunya keluarga Koeswoyo masih aktif di pentas-pentas musik nostalgia bersama Koes Plus dengan berbagai formasi yang dibentuk pasca wafatnya Tonny Koeswoyo. Sepeninggal Tony pada tahun 1987, popularitas Koes Plus sebagai grup musik praktis menyurut. Namun group ini masih bertahan karena mengingat pesan alm. Tonny agar Koes Plus tidak mati dan harus berlanjut. Sejak saat itu Koes Plus tampil dengan formasi Yon, Yok, Murry, plus personel pendukung yang berganti-ganti dari waktu ke waktu. Setelah itu muncullah album-album KOes Plus yang melibatkan musisi-musisi besar seperti Deddy Dores (ex Freedom of Rhapsodia), Abadi Soesman (eks God Bless), serta musisi-musisi handal lainnya.
Tahun 1991 Koes Plus digawangi oleh Yon, Yok, Murry, dan Ahmad Taufik (Attauw) adalah mantan gitaris Equator Child dan Lollypop. Tahun 1992, Attauw mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Abadi Soesman dan Jelly Tobing pada drum menggantikan Murry yang memilih kembali dengan Murry's Group. Mulai tahun 1993 terjadi semacam kebangkitan bagi Koes Plus. Pada tahun 1993 itu band ini kembali menggebrak publik tanah air dengan berbagai show come backnya yang digagas oleh Ais Suhana, mantan manajer Koes Plus. Ia tergerak untuk menyatukan kembali Koes Plus pada tahun 1993. Murry pun kembali mengisi formasi sebagai drummer Koes Plus. Dari rangkaian tour show itu terlihat bahwa band ini masih memiliki begitu banyak penggemar setia yang merindukan masa keemasan mereka. Terbukti dengan membludak dan suksesnya show Koes Plus walaupun tiket yang dijual begitu mahal pada awalnya.
Pada 1994, bersama dengan Damon Koeswoyo yang tak lain adalah putera Tonny Koeswoyo, mereka merilis album bertajuk “Tak Usah Kau Sesali“. Namun Damon tak bertahan lama, ia mengundurkan diri tahun 1995 dan posisinya digantikan oleh Najib Usman. Yok sempat mengundurkan diri pada tahun 1996, dan oleh Yon posisinya digantikan oleh Hans "B-Flat". Tahun 1997 Najib Usman mengundurkan diri. Posisinya digantikan oleh Deddy Dores dan Yok Koeswoyo bergabung kembali ke dalam formasi Koes Plus. Yok bergabung untuk beberapa waktu, sebelum kemudian mundur tahun 1997 karena alasan kesehatan. Posisinya digantikan oleh Jack Kashbie, dan Bambang Tondo menggantikan Deddy Dores yang turut mengundurkan diri. Tahun 1998 Posisi Bambang Tondo yang mengundurkan diri digantikan oleh Andolin Sibuea. Koes Plus digawangi Yon dan Murry plus dua pemain lain yakni Andolin Sibuea dan Jack Kashbie terus bernyanyi hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 Murry pun akhirnya mengundurkan diri bersama kedua personel lainnya itu karena perbedaan visi dan kesehatannya yang semakin menurun.
Akhirnya Yon menjadi satu-satunya keluarga Koeswoyo yang masih tersisa dalam Band Koes Plus. Yon kemudian merekrut para pemain muda yakni: Danang ex B-Plus (guitarist), Soni ex B-Plus (bassist), dan Seno (drumer ) untuk menggenapi formasi Koes Plus yang ia sebut sebagai Koes Plus Pembaharuan atau Koes Plus formasi milenium. Formasi ini masih eksis sejak tahun 2004 hingga saat ini. Rasa Koes Plus masih tetap terasa karena suara khas Yon menjadi salah satu unsur pembangun karakter Koes Plus. Kesuksesan perjalanan karier Koes Plus diakui para tokoh dan pengamat musik nasional sehingga mulai Agustus 1992 Koes Plus hampir selalu mendapat penghargaan BASF AWARD secara rutin.
Kehidupan pribadi dan sosial
Pendidikan terakhir yang sempat ditempuh oleh Yon adalah Universitas Res Publica (sekarang Universitas Trisakti) Jakarta, jurusan Arsitektur pada tahun 1965. Namun tidak selesai, meski sudah tingkat terakhir: Tingkat persiapan.
Di antarasaudaranya, Yon memang termasuk yang telat menikah. Hal itu pernah ia tuangkan dalam lagu ciptaannya berjudul "Hidup Yang Sepi". Lagu yang lahir ketika Yon benar-benar sepi sebagai pria lajang tanpa kekasih. Bahkan ia pernah menyanyikan lagu itu sampai matanya berlinang. Pada masa remaja Yon mengaku sempat merasakan cinta platonik yang dahsyat pada seorang gadis Orang Indo Belanda yang cantik. Gadis itu bahkan hampir menggoyahkan imannya. Namun cinta itu tak berkelanjutan.
Dalam pengakuannya kepada Kick Andy show di stasiun televisi MetroTV pada tahun 2008, terkuak bahwa cinta sejatinya dahulu pernah hinggap pada pemain drum band wanita Dara Puspita yang bernama Susy Nander. Sayang ketika cinta sedang menyala-nyala, Dara Puspita harus melanglang ke manca negara. Cinta mereka akhirnya kandas karena harus berjarak. Kisah cinta Yon dengan personel Dara Puspita diabadikan oleh Tony Koeswoyo dalam judul sebuah lagu mereka "Andaikan Kau Datang" yang dilantunkan Yon.
Yon menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Susi Susrini, seorang wanita asal Yogyakarta pada tahun 1964. Dari pernikahan ini ia memperoleh 2 orang anak yakni Ulung Gariyas (Gerry) Koeswoyo dan Otmar Veda (David Koeswoyo). David mengikuti jejaknya sebagai penyanyi dengan menjadi vokalis Kelompok Band Junior (Band). Namun pernikahan ini berujung perceraian, karena Susy meninggalkannya di saat Yon sedang terpuruk. Saat itu popularitas Koes Plus menurun pasca kematian Tonny Koeswoyo, kehidupan keluarga Yon semakin sulit. Untuk menghidupi keluarganya, Yon mencoba hidup dengan usaha jual-beli mobil dan penghasilan dari menyewakan rumahnya.
Yon kemudian menikah lagi pada 11 Januari 1993 dengan seorang wanita yang bernama Bonita Angelia. Pada pertengahan 1990-an itu hidupnya masih terbilang pas-pasan. Bahkan ketika istrinya melahirkan, Yon tidak mempunyai uang sama sekali. "Untuk membayar rumah sakit bersalin sebesar satu setengah juta rupiah ia harus meminjam uang, cerita Yon dalam bukunya. Pernikahan kedua ini Yon memperoleh 2 orang anak yang bernama Bela Aron Koeswoyo dan Kenas Koeswoyo. Bahkan kini sang istri yang menggunakan hijab inilah yang menjadi managernya dalam setiap kegiatan bermusiknya bersama Koes Plus.
Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, Yon pun kerap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membantu perekonomian keluarga abang tertuanya Jon yang banyak berjasa pada permulaan berkecimpungnya mereka dalam dunia musik. Pada usia tua, Yon mulai banyak mengisi hari-harinya dengan berkebun dan melukis. Ia mulai intensif melukis sejak 2001 meski tidak ditujukan untuk komersil. Selain melukis, ia juga masih aktif mencipta lagu dan menyiapkan album baru Koes Plus formasi terakhir yang terus diusungnya hingga saat ini.
Kematian dan Pemakaman
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Pada tanggal 5 Januari 2018, Yon meninggal dunia pada usia 77 tahun akibat penyakit sesak nafas dari kebolongan pada paru-paru yang dideritanya. Jenazah Yon dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta.[5][6]
Sebagai penghormatan kepada sosok mendiang, stasiun televisi MetroTV membuat sebuah program khusus bertajuk "Koes Plus: Mengenang Yon Koeswoyo" yang tayang di Metro TV pada Sabtu, 6 Januari 2018. Program ini menampilkan cuplikan tayangan Kick Andy episode "Kembali Bersatu" (2008) yang menampilkan Koes Plus bersama 3 personel awal Koes Bersaudara (Yok, John & Nomo Koeswoyo) dan Zona Memori (2011) episode "Let's Have Fun With Legend" pada sesi penampilan Koes Plus bersama dengan Yok Koeswoyo dan Petra Sihombing.
Kedua cuplikan program ini juga ditampilkan di program The Legend (Metro TV) episode "Koes Plus" (4 September 2021) dimana Yok Koeswoyo menjadi pembicara di program tersebut.
Instrumen
Referensi
- ^ a b http://seleb.tempo.co/read/news/2010/06/20/001256795/legenda-50-tahun-koes-plus-wawancara-yon-koeswoyo[pranala nonaktif permanen]
- ^ https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2013/09/130929_koesplusconcert_musik
- ^ Rakyat, Pikiran. "Perjalanan Karier Yon Koeswoyo Bersama Koes Plus Tak Selalu Mulus - Pikiran-Rakyat.com". www.Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2020-03-03.
- ^ http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html
- ^ Nurhayati, Nunuy (5 Januari 2018). "Yon Koeswoyo Meninggal". Tempo. Diakses tanggal 5 Januari 2018.
- ^ Setiawan, Aris. "Yon Koeswoyo Sang Legenda". detiknews. Diakses tanggal 2020-03-03.
Pranala luar
- (Indonesia) Biografi Musisi:Yon Koeswoyo @ TamainIsmailMarzuki.com
- (Indonesia) [“Kisah dari Hati Koes Plus, Tonggak Industri Musik Indonesia” penulis: Ais Suhana, Cetakan I April 2014]
- (Indonesia) [“Biografi Koes Plus “Dheg Dheg Plas” penulis: Denny Sakrie, 2012]