Kewawasan
Mindfulness sendiri pada awal mulanya adalah suatu praktek yang digunakan untuk mengobati pikiran dan tubuh berdasarkan teknik meditasi Buddha yang kemudian dipopulerkan oleh Jon Kabat Zinn, seorang peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Massachusets.[1]
Mindfulness bisa didefinisikan sebagai suatu keadaan pikiran dan perasaan yang hidup sepenuhnya di masa sekarang. Mindfulness ini telah terbukti secara ilmiah dapat mengobati depresi, kecemasan, penyakit dalam, penyalahgunaan obat, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pada saat berada dalam keadaan mindfulness, seseorang lebih menyadari siklus tubuhnya dan fokus kepada pikirannya.[1]
Menurut sejarah, mindfulness disebut sebagai “hati ( the heart )” dalam meditasi Budha (Thera, 1962; Kabat-Zinn, 2003). Mindfulness merupakan inti dari ajaran Budha yang berasal dari bahasa sansekerta dari kata “ dharma ” yang memiliki arti “ketaaatan” seperti “hukum-hukum yang harus dipatuhi” atau secara sederhana “suatu cara”, yang dalam Cina disebut sebagai “ Tao ”. Mindfulness merupakan pemusatan perhatian ( atensi ) dasar yang medasari seluruh aliran praktek meditasi orang-orang Budha.[2]
Segal, dkk. (Rohan, 2003) serta Davis, dkk. (2007) mengungkapkan bahwa pemusatan perhatian merupakan suatu bentuk strategi pengaturan diri yang melibatkan pemusatan perhatian, merespon pikiran, sensasi dan emosi dengan sikap penerimaan, tanpa penilaian serta kesadaran akan situasi dan peristiwa saat ini. Germer (2005) menyebutkan ada tiga komponen utama dalam pemusatan perhatian (mindfulness), yaitu kesadaran (awareness), pengalaman saat ini (present experience) dan penerimaan (acceptance).[3]
Mindfulness menurut penulis sendiri yaitu sebuah terapi jiwa dengan memusatkan perhatian dengan mengendalikan pikiran, pernapasan dan emosi. Midfulness dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti meditasi atau saat yoga, dll.
Proses pemusatan perhatian (mindfulness) memiliki kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya:
(a) Nonkonseptual, merupakan kesadaran tanpa proses pemikiran
(b) Fokus pada peristiwa sekarang
(c) Tanpa penilaian (non-judgemental)
(d) Dilakukan dengan sengaja (intentional)
(e) Observasi partisipan
(f) Nonverbal
(g) Membebaskan (liberating)
Implementasi Mindfulness
- Visual Imagery Visual imagery adalah gambaran atau imajinasi visual. Asal muasal tekhnik visual imagery dimulai dengan interpretasi mimpi Freud pada akhir 1890-an dan sangat dipengaruhi oleh apa yang disebut oleh Jung sebagai imajinasi aktif. Pada 1920-an, Robert Desoile mengembangkan metode guided daydream (lamunan terbimbing) sebagai sebuah tekhnik terapi. Ia mengharuskan klien melamun secara aktif, sementara itu, dalam keadaan relaksasi otot, tentang tema-tema yang diintroduksikan oleh psikoterapis. Saat ini visual imagery digunakan di banyak pendekatan terapi, termasuk kognitif-behavioral, transpersonal, gestalt, psikodinamik, dan Ericksonian. Terapis kognitif menerapkan imagery untuk mengakses keyakinan-keyakinan kunci seorang klien dan mendesak klien untuk mereinterpretasi pengalaman. Terapis psikodinamis menggunakan imagery untuk membantu klien memproses ingatan atau pikiran yang sulit. Terapis gestalt mendasarkan pada imagery untuk membantu klien menangani konflik internal atau mengurangi kecemasan.
- Deep Breathing Deep breathing adalah tekhnik bernapas secara mendalam. Menurut Kottler dan Chen yang dikutip oleh Erford, tekhnik ini relatif baru di budaya barat. Tekhnik ini sudah sejak lama sangat dihargai oleh budaya timur dan merupakan teknik mindfulness yang tradisi yoga Hindu. Keyakinan filsuf Hindu pada yoga berpusat pada konsep pranayama. Prana berarti “energi kehidupan” maupun “pernapasan”, dan dengan mampu mengontrol energi kehidupan. Suatu metafora kuno yang digunakan untuk mendeskripsikan pernapasan adalah benang yang mengendalikan layang-layang; layang-layang merepresentasikan pikiran dan benang mempresentasikan pernapasan. Untuk menenangkan tubuh, banyak konselor professional sekarang merekomendasikan menggunakan teknik-teknik pernapasan. Dengan belajar bernapas lebih dalam dan efisien, klien dapat belajar mengelola stresnya.
- Self Talk Self talk secara bahasa; self bermakna diri, talk bermakna percakapan, pembicaraan, perbincangan. Seligman dan Reichenberg yang dikutip oleh Erford mendeskripsikan self-talk sebagai sebuah pep-talk (pembicaraan yang dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian atau antusiasme) positif yang diberikan seseorang untuk dirinya sendiri setiap hari. Ketika menggunakan self-talk, seseorang berulang-ulang menyebutkan frasa suportif yang sangat membantu ketika dihadapkan pada suatu masalah. Dalam aktifitas sehari-hari, sebenarnya setiap orang sudah melakukan self talk namun kadang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Self talk terdiri dari dua macam, yakni self talk positif dan self talk negatif. Menurut Erford, self talk positif berkaitan dengan motivasi, optimisme, dan harapan untuk mencapai tujuan seseorang. Sedangkan self talk negatif seringkali berkaitan dengan pesimisme dan kecemasan, bersifat self defeating dan mencegah klien membaik atau sukses.[2]
Referensi
- ^ a b "Mempraktekkan Mindfulness untuk Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental". Pijar Psikologi #UnderstandingHuman (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-06.
- ^ a b "Apa yang dimaksud dengan Mindfulness?". Dictio Community (dalam bahasa Inggris). 2020-03-14. Diakses tanggal 2022-06-06.
- ^ Umniyah, Umniyah; Afiatin, Tina (2009). "PENGARUH PELATIHAN PEMUSATAN PERHATIAN (MINDFULNESS) TERHADAP PENINGKATAN EMPATI PERAWAT". Jurnal Intervensi Psikologi (JIP). 1 (1): 17–40. doi:10.20885/intervensipsikologi.vol1.iss1.art2. ISSN 2085-4447.