Pantai Timur Laut Jawa
Kegubernuran Pantai Timur Laut Jawa Gouvernment Java's Noordoostkust | |
---|---|
1740-an/1750-an-1808 | |
Peta sebagian wilayah Pantai Timur Laut Jawa, dibuat pada antara 1690 dan 1743. Selain yang digmbarkan di peta, wilayah Pantai Timur Laut Jawa juga mencakup Pulau Madura, Tapal Kuda Timur, dan Tegal sekitarnya. | |
Ibu kota | Semarang |
Pemerintahan | Koloni Belanda |
Gubernur | |
• 1780-1787 | Johannes Siberg |
• 1787-1791 | Jan Greeve |
• 1791-1796 | Pieter Gerardus van Overstraten |
• 1796-1801 | Johan Frederik baron van Reede tot de Parkeler |
• 1801-1808 | Nicolaus Engelhaard |
Populasi | |
- Sensus Penduduk 1795 | 1.495.908[a] |
Sekarang bagian dari | Indonesia |
Pantai Timur Laut Jawa adalah sebuah kegubernuran Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di wilayah timur pantai utara Jawa. Wilayahnya mencakup sebagian Jawa Tengah (termasuk Brebes), Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kegubernuran ini dibagi menjadi enam wilayah kantor VOC, yaitu Ujung Timur, Rembang, Kabupaten Jepara, Semarang, Pekalongan, dan Tegal.[1]
Kegubernuran ini dibubarkan pada 1 September 1808 oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Sejarah
Pada bulan Oktober 1705, sebuah perjanjian baru antara Sunan Mataram Pakubuwana I dengan VOC ditandatangani. Dalam perjanjian tersebut semua utang Mataram sebelum tahun 1705 dihapuskan, dan sebagai balasannya VOC diberikan hak monopoli perdangangan dan beberapa konsesi di Jawa, salah satunya adalah Madura Timur (Pamekasan dan Sumenep). Perjanjian tersebut juga menegaskan kekuasaan VOC atas Semarang.[2]
Selama Perang Jawa berlangsung dari tahun 1741 hingga 1743, penerus Pakubuwana I, Pakubuwana II menjanjikan kepada VOC bahwa jika takhtanya dapat dipulihkan kembali (setelah dijatuhkan oleh Pangeran Cakraningrat IV dari Madura dalam penyerbuan ke Keraton Kartasura) ia akan memberikan wilayah pesisir utara Jawa tengah dan timur kepada VOC. VOC menerima tawaran itu dan setelah perang berakhir, Pakubuwana II memberikan wilayah Madura Barat (Bangkalan), Surabaya, Rembang, Jepara, dan Ujung Timur. Selanjutnya, VOC juga diberikan kebebasan untuk mengambil daerah-daerah yang sempit di sepanjang wilayah pesisir dan semua sungai yang mengalir ke laut.[3]
Namun, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem van Imhoff (m. 1743-1750) menginginkan lebih dari yang dijanjikan, yaitu daerah-daerah pesisir yang belum diserahkan dan daerah pedalaman yang dikuasai Mataram. Baginya, daerah ini merupakan sumber kekayaan potensial. Van Imhoff mengusulkan ini kepada Pakubuwana II sebagai cara untuk memecahkan masalah ketidakmampuan kerajaan memerintah wilayah pesisir. Awalnya Pakubuwana II ragu, tetapi setelah terus didesak oleh Van Imhoff ia terpaksa menyerah dan menyewakan wilayah tersebut sebesar 20.000 real tanpa konsultasi dengan para pembesar keraton. Masalah ini melatarbelakangi terjadinya Perang Takhta Jawa Ketiga.[4]
Catatan
Referensi
- ^ a b Kumar 2013, hlm. 205-206.
- ^ Rickleft 1991, hlm. 131.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 141-142.
- ^ Ricklefs 1991, hlm. 146-148.
Daftar pustaka
- Kumar, Ann (2013) [1997]. Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. London: Curzon Press. ISBN 9781136790928.
- Ricklefs, Merle Calvin (1991). Sejarah Indonesia Modern. Diterjemahkan oleh Hardjowidjono, Dharmono. Yogyakarta: UGM Press. ISBN 9789794201879.
- Yulianti, Dewi (2010). "Terbentuknya Propinsi Jawa Tengah". Citra Leka dan Sabda.