Lompat ke isi

Kerajaan Palembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Palembang

ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥꦭꦺꦩ꧀ꦧꦁ
Kraton Palembang
14451659[1]
StatusKeraton
Ibu kotaPalembang
Bahasa yang umum digunakan
Bahasa resmi
Bahasa lain
Agama
PemerintahanKeraton dibawah Kemaharajaan
Raja 
• 1445-1486[1]
Arya Damar[1]
• 1547 - 1552[1]
Pangeran Sedo Ing Lautan[1]
• 1552-1573[1]
Ki Gede Ing Sura Tuo[1]
• 1573-1590[1]
Ki Gede Ing Sura Mudo[1]
• 1590-1595[1]
Kemas Adipati[1] 
• 1595-1596[1]
Den Arya[1]
• 1596-1629[1]
Jamaluddin Mangkurat I[1] 
• 1629-1630[1]
Jamaluddin Mangkurat II[1]
• 1630-1639[1]
Jamaluddin Mangkurat III[1]
• 1639-1650[1]
Jamaluddin Mangkurat IV[1]
• 1651-1652[1]
Jamaluddin Mangkurat V[1] 
LegislatifMajapahit
 - Istana kerajaan
Keraton Palembang
Sejarah 
• Pendirian
1445
• Tranformasi menjadi Kesultanan Palembang
1659[1]
Mata uang
Pitis Palembang (akhir masa kerajaan)
Didahului oleh
Digantikan oleh
Sriwijaya
kslKesultanan
Palembang
Berkas:Bendera Kesultanan SMB II.png
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Palembang (bahasa Jawa: ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦥꦭꦺꦩ꧀ꦧꦁ, translit. Kraton Palembang) adalah sebuah kerajaan historis yang didirikan oleh pria Jawa bernama Arya Damar di pulau Sumatra bagian tenggara (kini merupakan wilayah Sumatra Selatan).[1] Kerajaan ini merupakan kerajaan bagian dari Kemaharajaan Majapahit.[1]

Sejarah

Asal-usul

Sebagai salah satu kerajaan dibawah Kemaharajaan Majapahit, Kerajaan Palembang memiliki kaitan erat dengan kerajaan-kerajaan Jawa yang lainnya seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Mataram.[1]

Maharaja Majapahit, Prabu Brawijaya yang terakhir memiliki putra bernama Arya Damar (atau setelah memeluk Islam disebut Aria Dilah) yang dikirim ke Palembang untuk menjadi penguasa. Di Palembang ia menikah dengan saudara Demang Lebar Daun yang bernama Putri Sandang Biduk, dan diangkat menjadi raja Kerajaan Palembang pada 1445.[1]

Kaitan dengan Kerajaan Demak

Pada saat Raden Patah menjadi raja Demak I (1478-1518), ia berhasil memperbesar kekuasaannya dan menjadikan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Akan tetapi, kerajaan Demak tidak dapat bertahan lama karena terjadinya kemelut perang saudara dimana setelah Pangeran Trenggono Sultan Demak III (anak Raden Patah) wafat, terjadilah kekacauan dan perebutan kekuasaan antara saudaranya dan anaknya.[1] Saudaranya, mengakibatkan sejumlah bangsawan Demak melarikan diri kembali ke Palembang.[1] Rombongan bangsawan dari Demak inilah yang kemudian menjadi para pembesar Kerajaan Palembang.[1]

Bertransforasi menjadi Kesultanan

Penjajahan Belanda keatas tanah Palembang memberikan dampak yang merugikan bagi pihak Kerajaan Palembang, pertempuran antara pihak Kerajaan Palembang dengan kolonial Belanda terjadi pada 1659 yang mengakibatkan Keraton Kuto Gawang terbakar. Jamaluddin Mangkurat VI pada masa itu menyerahkan kepemimpinannya kepada adiknya, Pangeran Kesumo Abdurrohim Kemas Hindi. Sedangkan ia mengungsi ke Saka Tiga sampai akhir hayatnya dan di sana pula jasadnya dikebumikan.[1]

Pada masa itu, melihat kemerosotan Kerajaan Palembang, Pangeran Kesumo Abdurrohim Kemas Hindi tak lagi sanggup untuk meneruskan tahta kerajaan yang menyebabkan kerajaan ini mengalami transformasi menjadi Kesultanan Palembang yang dibina ulang oleh pria Jawa bernama Sri Susuhunan Abdurrahman, yang mana kesultanan tersebut merupakan bagian atau pecahan dari Kesultanan Mataram.

Daftar raja-raja

Ke- Periode Foto Nama raja-raja
1 1445-1486 Arya Damar
2 1547 - 1552 Pangeran Sedo Ing Lautan
3 1552-1573 Ki Gede Ing Sura Tuo
4 1573-1590 Ki Gede Ing Sura Mudo
5 1590-1595 Kemas Adipati
6 1595-1596 Den Arya
7 1596-1629 Jamaluddin Mangkurat I
8 1629-1630 Jamaluddin Mangkurat II
9 1630-1639 Jamaluddin Mangkurat III
10 1639-1650 Jamaluddin Mangkurat IV
11 1651-1652 Jamaluddin Mangkurat V
12 1652-1659 Jamaludin Mangkurat VI 

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag "Asal-usul Keraton Palembang". Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Palembang.