Lompat ke isi

Pramono (filolog)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Agustus 2022 17.56 oleh RushingBot (bicara | kontrib) (top: hapus templat bendera per MOS:BENDERA, removed: {{negara|Indonesia}} (2))

Pramono
Lahir12 Desember 1979 (umur 44)
Kota Medan, Sumatra Utara
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Andalas, Padang
Universitas Udayana
Universitas Malaya
PekerjaanPengajar
Dikenal atasFilolog

Pramono, S.S., M.Si., Ph.D. (lahir 12 Desember 1979) adalah seorang filolog Indonesia yang saat ini beraktivitas sebagai dosen di Universitas Andalas (Unand), Padang. Ia dicatat atas dedikasinya menyelamatkan manuskrip Minangkabau dari kepunahan lewat upaya inventarisasi, konservasi, dan digitalisasi. Karya-karyanya meliputi kajian tentang naskah Minangkabau.

Di Unand, ia memprakarsai berdirinya Minangkabau Corner yang menyimpan koleksi ratusan naskah kuno Minangkabau dalam bentuk digital.[1] Sejak 2015, ia dipercaya sebagai Ketua Jurusan Sastra Minangkabau. Pada 2016, ia mendapatkan predikat dari universitas sebagai "Dosen Berprestasi".[2]

Dari hasil penelusurannya terhadap sejumlah naskah, ia menciptakan batik motif iluminasi dan mendapatkan hak paten atas hasil penemuannya.

Kehidupan awal

Lahir di Medan, Pramono melewatkan masa kecil dan menyelesaikan pendidikan hingga SMA di Dharmasraya. Ia datang dari keluarga keturunan Jawa. Ayahnya berasal Wonogiri, Jawa Tengah dan ibunya berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kedua orangtuanya merantau ke Dharmasraya, daerah tujuan transmigrasi di Sumatra Barat.[3]

Semula, ia berkeinginan melanjutkan kuliah ke Sastra Inggris, tapi salah memasukkan nomor jurusan pilihan saat mendaftar. Masuk ke Jurusan Sastra Minangkabau secara tidak sengaja, ia menemukan dirinya tertarik mempelajari filologi saat memasuki tahun kedua kuliah. Ia mulai diperkenalkan dengan khazanah naskah Minangkabau oleh dosennya, Muhammad Yusuf.[3][4][5]

Filolog

Pramono telah melakukan penelitian ke beberapa tempat di Sumatra Barat untuk penelusuran naskah. Ia telah menemukan dan mendigitalisasi sebanyak 1.000 naskah. Dari jumlah itu, baru sekitar 200 yang bisa diselamatkan secara fisik.[1][5]

Dalam wawancara dengan Haluan pada 2017, ia menyebut ada sekitar 2.000 naskah yang ditulis pada awal abad ke-18 hingga awal abad ke-20 di Minangkabau. Sebanyak 1.300 naskah di antaranya sudah ditemukan dan dipreservasi. Namun, kondisinya sebagian besar rusak dan mendekati kerusakan.[1]

Karya

  • Naskah Riwayat Hidup Abdul Manaf: Pengantar dan Suntingan Teks (2015)
  • Khazanah Naskah Minangkabau (2018)

Rujukan

Catatan kaki
Daftar pustaka

Pranala luar