Lompat ke isi

Manajemen rantai pasok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 September 2022 16.40 oleh Yahya Tamrin (bicara | kontrib) (Arus material dan informasi: mengganti istilah berbahasa Inggris ke istilah berbahasa Indonesia)

Manajemen rantai pasok adalah sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan.[1]

Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasok adalah untuk memaksimalkan nilai dan profit yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai pasok yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai pasok tersebut. Sebagai contoh: jika barang yang diterima konsumen rusak, maka konsumen berhak mengembalikan barang tersebut untuk diperbaiki, atau diganti dengan produk baru oleh produsen. Setelah barang atau jasa dikonsumsi oleh konsumen, maka konsumen akan memberikan umpan balik berupa informasi kepuasan konsumen.[2]

Pengertian

Sejak awal 2017-an, disrupsi digital membuat konsep rantai pasok beradaptasi. Disrupsi digital merupakan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi digital yang mengubah level dan platform “persaingan usaha”. Sebagai istilah populer, manajemen rantai pasok memiliki beragam makna. Secara sederhana, manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai bagaimana cara mengelola rantai pasokan yang efektif dan efisien. Semua jenis aliran informasi yang menjadi tulang punggung semua pihak yang terlibat, ada dan terpusat pada manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok diilustrasikan sebagai proses yang berhubungan dengan pemasok, pabrik, dan pelanggan.

Manajemen Rantai Pasok adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai pasok bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.

  • Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
  • Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
  • Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikan dan pengiriman.

Rantai pasok memiliki 3 macam komponen yaitu:[3]

  • Rantai pasok hulu

Bagian rantai pasok hulu meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam rantai pasok hulu, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

  • Manajemen internal rantai pasok

Bagian dari manajemen internal rantai pasok meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai pasok internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

  • Segmen rantai pasok hilir

Rantai pasok hilir meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam rantai pasok hilir, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan layanan purna jual.

Komponen[4]

Fasilitas

Fasilitas setiap unit rantai pasok ditentukan untuk meminimumkan biaya pengiriman, meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi, dan mendekatkan produsen ke konsumennya. Semakin banyak sebaran lokasi kantor, pabrik atau fasilitas secara geografis, maka semakin tinggi tingkat responsif perusahaan terhadap kebutuhan konsumen.

Proses Produksi

Proses produksi meliputi aktivitas penentuan barang/jasa yang diproduksi dan perencanaan kapasitas proses produksi untuk membuat barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sediaan (Gudang)

Sediaan atau gudang muncul karena ada perbedaan antara pasokan dan permintaan atau perbedaan waktu siklus antar aliran barang. Monitor dari sediaan ini termasuk berapa lama barang disimpan, jenis penanganan, dan sistem perhitungan akuntasinya.

Transportasi

Transportasi mendukung proses perpindahan barang diantara pihak-pihak dalam rantai pasok. Terdapat beberapa pertimbangan pada komponen ini, seperti: tipe moda transportasi yang akan digunakan, biaya transportasi, dan pemilihan rute pengiriman terbaik.

Sistem Informasi

Penggunaan pertukaran data elektronik sebagai alat bantu koordinasi antar pihak di dalam rantai pasok. Hal ini dilakukan untuk membantu meramalkan peluang bisnis di masa depan dan untuk mengintegrasikan informasi dari seluruh unit divisi perusahaan.

Pemasok

Sistem rantai ini terdiri atas proses pemilihan pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, memantau kegiatan operasional pemasok dan pengembangan produk baru.

Harga

Sistem rantai ini terdiri atas penentuan harga produk yang akan dijual kepada konsumen.

Permasalahan

Manajemen Rantai Pasok harus memasukan problem dibawah:[butuh rujukan]

  • Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi, gudang dan pelanggan.
  • Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
  • Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai pasok untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
  • Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
  • Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai pasok.

Eksekusi rantai pasok ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana di antara rantai pasok tersebut. Alurnya sendiri dua arah.

Fungsi

Manajemen rantai pasok ialah pendekatan antar-fungsi untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai pasok menuju ke pembuatan konsep rantai pasok. Tujuan dari manajemen rantai pasok ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai pasok, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.

Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai pasok.[5] Beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai pasok yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Pasok. Model lain ialah manajemen rantai pasok yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas rantai pasok bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.[butuh rujukan]

Strategis

  • Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
  • Rekanan strategis dengan pemasok, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
  • Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai pasok, manajemen muatan
  • Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
  • Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan

Taktis

  • Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
  • Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
  • Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
  • Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
  • Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik di seluruh perusahaan
  • Gaji berdasarkan pencapaian

Operasional

  • Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai pasok
  • Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai pasok (menit ke menit)
  • Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
  • Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
  • Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
  • Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi.
  • Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
  • Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai pasok, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain

Strukturisasi dan Tiering

Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai pasok mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.

Arus material dan informasi

Tujuan dalam rantai pasok ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian yang bergerak di dalam rantai pasok haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah sinkronis.

tujuannya selalu berlanjut, arus sinkronis. Berlanjut artinya tidak ada interupsi, tidak ada bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang tidak diperlukan. Dan synchronous berarti semuanya berjalan seperti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat waktu, dalam sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan.

[6]

Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai pasok yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan pasokan.[butuh rujukan]

Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai pasok ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialha mengintegrasikan data permintaan dan pasokan jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkat dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai pasok akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.[7]

Sistem informasi dan manajemen rantai pasok

Ketidakefisienan dalam rantai pasokan, seperti kekurangan suku cadang, kapasitas pabrik yang kurang dimanfaatkan, persediaan barang jadi yang berlebihan, atau biaya transportasi yang tinggi, disebabkan oleh informasi yang tidak akurat atau tidak tepat waktu. Misalnya, produsen mungkin menyimpan terlalu banyak komponen dalam persediaan karena mereka tidak tahu persis kapan mereka akan menerima pengiriman berikutnya dari pemasok mereka. Pemasok dapat memesan bahan baku terlalu sedikit karena mereka tidak memiliki informasi yang tepat tentang permintaan. Ketidakefisienan rantai pasokan ini menghabiskan sebanyak 25 persen dari biaya operasi perusahaan.[butuh rujukan]

Jika pabrikan memiliki informasi yang sempurna tentang berapa banyak unit produk yang diinginkan pelanggan, kapan mereka menginginkannya, dan kapan mereka bisa diproduksi, akan mungkin untuk menerapkan strategi just-in-time yang sangat efisien. Komponen akan tiba tepat pada saat dibutuhkan, dan barang jadi akan dikirim saat mereka meninggalkan jalur perakitan.[butuh rujukan]

Namun, dalam rantai pasokan, ketidakpastian muncul karena banyak peristiwa tidak dapat diramalkan — permintaan produk yang tidak pasti, keterlambatan pengiriman dari pemasok, suku cadang atau bahan baku yang cacat, atau gangguan proses produksi. Untuk memuaskan pelanggan, produsen sering kali berurusan dengan ketidakpastian dan kejadian tak terduga dengan menyimpan lebih banyak bahan atau produk dalam inventaris daripada yang mereka pikir sebenarnya mereka butuhkan. The safety stock bertindak sebagai penyangga karena kurangnya fleksibilitas dalam rantai pasokan. Meskipun kelebihan persediaan mahal, tingkat pengisian yang rendah juga mahal karena bisnis dapat hilang dari pesanan yang dibatalkan.[butuh rujukan]

Salah satu masalah berulang dalam manajemen rantai pasokan adalah efek bullwhip, di mana informasi tentang permintaan untuk produk terdistorsi ketika melewati dari satu entitas ke entitas berikutnya di seluruh rantai pasokan. Sedikit peningkatan permintaan untuk suatu barang dapat menyebabkan anggota yang berbeda dalam rantai pasokan — distributor, pabrikan, pemasok, pemasok sekunder (pemasok), dan pemasok tersier (pemasok pemasok) - untuk persediaan persediaan sehingga masing-masing memiliki persediaan yang cukup dalam hal. Perubahan ini bergejolak di sepanjang rantai pasokan, memperbesar apa yang dimulai sebagai perubahan kecil dari pesanan yang direncanakan, menciptakan kelebihan persediaan, produksi, pergudangan, dan biaya pengiriman.[butuh rujukan]

Catatan kaki

  1. ^ Arif, Muhammad (Februari 2018). Supply chain management. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. hlm. 186. ISBN 9786024751999. 
  2. ^ Martono, Ricky.2015.Manajemen Logistik Terintegrasi.hlm 3.Jakarta:PPM
  3. ^ "Supply Chain Management". PROXXIS EAST. 2016-01-11. Diakses tanggal 2022-06-15. 
  4. ^ Martono, Ricky.2015.Manajemen Logistik Terintegrasi.hlm 10-13.Jakarta:PPM
  5. ^ Harrison
  6. ^ Harrison
  7. ^ Harrison

Referensi

  • Operation Management, John Naylor
  • Logistic and Supply Chain, Harrison
  • Essentials of MIS (12th Edition), Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon