Situs Kalibukbuk
Candi Buddha Kalibukbuk | |
---|---|
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Stupa dan candi |
Kota | Desa Kalibukbuk, kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng, Bali |
Negara | Indonesia |
Mulai dibangun | 1994 |
Rampung | 24 Mei 2009 |
Data teknis | |
Sistem struktur | Tanah Liat |
Situs Kalibukbuk atau Candi Buddha Kalibukbuk adalah candi Budha (stupa) yang ditemukan pada bulan September 1994, kurang lebih 300 meter dari jalan raya ke arah Selatan di desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia.
Sejarah Penemuan
[sunting | sunting sumber]Penemuan diawali dengan ditemukan stupika dan materai dari tanah liat di belakang sebuah Hotel Angsoka ketika dilakukan penggalian sebuah kolam renang pada tahun 1991 oleh penduduk setempat. Tiga tahun berselang, Penemuan lain bermula dari kegiatan seorang warga bernama I Nengah Mawa pada tahun 1994. Ketika akan menguras sumur tua yang dibuatnya, terjadi longsoran pada dinding sumur. Akibat dinding sumur longsor tersebut, ditemukan benda-benda aneh menempel di sekeliling dinding sumur. Di dasar sumur juga didapati struktur batu bata yang dicurigai sebagai bekas bangunan. Benda-benda tersebut terkubur sekitar satu setengah meter di bawah permukaan tanah. Setelah dilaporkan ke Dinas kebudayaan oleh pemilik tegalan A. A Ngurah Sentanu. Pada tahun 1994, ditemukan lagi benda yang serupa di tegalan milik Anak Agung Sentanu ketika dilakukan penggalian sumur oleh penduduk setempat. Temuan–temuan tersebut membuat Balai Arkeologi Denpasar melakukan penelitian di situs Kalibukbuk dari tahun 1994 sampai tahun 2002. Team yang dibentuk Balai Arkeologi Denpasar melakukan survey dan ekskavasi dalam 6 tahapan sejak Nopember 1994 sampai tahun 2000.[1]
Hasil temuan berupa fitur yaitu satu kompleks candi yang tertimbun 1,5 meter dibawah permukaan tanah. Candi tersebut terdiri dari tiga bangunan. Yang terbesar memiliki fondasi berbentuk oktagonal atau segi delapan berada ditengah diapit oleh dua candi perwara yaitu bangunan segi empat sama sisi dengan panjang satu sisi 2,70 meter. Bahan bangunan dari batu bata ukuran 10x20x40 sentimeter.
Bangunan stupa tersebut sebagian besar sudah rusak, masih tersisa hanya bagian dasarnya. Bangunan tersebut tertimbun banjir lumpur pada tahun 1815 atau bahkan mungkin sudah tertimpa bencana alam tahun-tahun sebelumnya.[2]
Berdasarkan temuan-temuan itu Balai Arkeologi Denpasar berkesimpulan bahwa situs Kalibukbuk ini berasal dari abad ke 8–14 Masehi. Kompleks Candi Kalibukbuk menghadap ke arah tenggara. Hal ini dapat diketahui karena pada induk candi terdapat tangga yang berada di sisi tenggara. Bangunan stupa tersebut pada saat ditemukan sebagaian besar sudah rusak dan yang tersisa hanya bagian dasarnya saja. Peninggalan lain yang ditemukan adalah berupa batu bata yang dihias dengan motif sulur-suluran dan relief Ghana dengan posisi jongkok, kedua tangan diangkat ke atas di samping kepala seperti posisi menahan beban di atasnya. Dari sisa-sisa unsur dekoratif tersebut menghasilkan rekontruksi bentuk candi utama berupa stupa dihias dengan relief Ghana berada di antara lantai hiansan relief dan bagian atas kaki candi.
Ganesha pada stupa menjadi petunjuk adanya sinkritisme Siwa-Budha di situs ini. Stupa sebagai bangunan bugis yang menggunakan atribut Siwaistis, hanya dapat dimungkinkan jika pendukung bangunnan suci tersebut mengembangkan sikap toleransi antardua keyakinan yang berbeda.
Situs ini diresmikan sebagai cagar budaya pada 17 Januari 2009.[3]
Selain stupika juga ditemukan meterai tanah liat sebanyak 35 buah. Pada bagian permukaan yang rata terdapat mantra-mantra Buddhistis yang ditulis dengan huruf pre-Nagari dalam bahasa Sansekerta yang terdiri atas lima baris yang disebut ve ie mantra. Adapun isi mantra tersebut adalah sebagai beriku:
Ye dharma heru prabha
We hetun tesan tathagato
Hyawodat tesan ceyo ni
Rodha ewam wadi ma
Ha Crammanah
Artinya adalah "Keadaan sebab-sebab kejadian itu sudah diterangkan oleh tathgata (Buddha). Tuan mahatapa itu telah menerangkan juga apa yang harus diperbuat orang supaya dapat menghilangkan sebab-sebab itu (Gede Oka Astawa,2000: 65). Menurut de Casparis yang dikutip oleh Gede Oka Astawa (2000:65-66) mantra itu sama dengan mantra pada meterai yang ditemukan di Pejeng yang berasal dari abad VIII-IX Masehi. Selain meterai juga ditemukan dua buah fragmen meterai yang pada bagian permukaan yang rata terdapat relief Dhyani Boddhisattwa dan Buddha yang diapit oleh dua orang Bodhisattwa digambarkan bertangan empat, dalam sikap duduk lalitasana di atas padmasana. Di bagian belakang arca terdapat prabhamacaala. Meterai sekarang tersimpan di Museum Provinsi Bali.[4]
Batas Situs
[sunting | sunting sumber]Situs Kalibukbuk berada pada areal seluas 12 are (setelah dikonservasi). Batas-batas situs ini antara lain:
- sebelah selatan merupakan pemukiman penduduk,
- sebelah barat merupakan jalan raya yang menghubungkan Desa Malaka dengan pegunungan,
- sebelah timur terdapat tanah perkebunan, dan
- sebelah utara merupakan kawasan pantai Lovina (sekitar 900 meter).[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Candi Budha Kalibukbuk". Dinas Kebudayaan (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-01. Diakses tanggal 2019-07-01.
- ^ "Selamat Datang Di Situs Arkeologi Kalibukbuk - Bali". www.buleleng.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-16. Diakses tanggal 2019-07-01.
- ^ Wijaya, Yacob (2017-05-30). "Buleleng dan Kiasan Lima Abad - Marcapada". Medium (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-01.
- ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212.
- ^ artanegara (2019-02-01). "CANDI KALIBUKBUK". Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-01.