Ular siput
Ular siput
| |
---|---|
Pareas carinatus | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 192235 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Pareas carinatus Heinrich Boie, 1828 |
Ular siput (Pareas carinatus) adalah spesies ular Pareidae yang terdapat di Asia Tenggara.[1] Dinamakan demikian karena ular ini memangsa beberapa jenis Moluska, terutama siput atau bekicot. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah keeled slug-snake atau keeled slug-eating snake, mengacu pada sisik-sisik punggung atasnya (vertebra) yang berlunas (keeled).
Morfologi
[sunting | sunting sumber]Panjang tubuh ular siput mencapai 60 cm (0.6 meter). Badan ular ini berbentuk ramping dengan kepala yang pendek dan bundar, dengan mata yang besar. Tubuh bagian atas berwarna cokelat, cokelat-zaitun, atau cokelat kemerahan, dihiasi dengan belang-belang kecil dan samar-samar berwarna kehitaman di sepanjang tubuhnya. Di bagian belakang mata terdapat corak garis berwarna hitam. Terdapat corak berbentuk huruf "X" dan berwarna hitam di leher atasnya (leher belakang). Bagian bawah tubuhnya berwarna cokelat atau kekuningan.[2][3]
Susunan sisik (scalation) dorsal (punggung) terdiri dari 15 deret di bagian tengah badan. Sisik-sisik vertebral (paling atas) agak besar dan berlunas. Sisik ventral (perut) berkisar antara 170-184 buah. Sisik subkaudal (bagian bawah ekor) sekitar 60-88 buah dan tidak berpasangan. Perisai (sisik) anus tunggal. Perisai labial (bibir) sebanyak 7-9 buah dan terdapat 2 hingga 4 sisik-sisik kecil di tepian mata. Di antara sisik nasal (hidung) dan mata terdapat dua sisik perisai, yaitu loreal dan preokular. Tidak ada celah lurus di antara perisai-perisai dagunya.[3][4]
Penyebaran
[sunting | sunting sumber]Ular siput tersebar di Myanmar, Tiongkok (Yunnan), Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, dan Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan).[5]
Ekologi dan perilaku
[sunting | sunting sumber]Ular siput menghuni daerah hutan di dataran rendah hingga ketinggian 1300 meter DPL. Kadang-kadang ular ini juga ditemukan di sekitar pemukiman atau perkebunan. Ular ini aktif pada malam hari dan cukup lamban dalam bergerak sehingga mudah ditangkap. Sesuai dengan namanya, ular ini menyukai siput sebagai makanan utamanya. Walaupun hidup dan berkelana di tanah, ular ini juga dapat memanjat tanaman atau vegetasi lainnya.[6]
Ular siput tidak berbisa dan tidak berbahaya bagi manusia.[2]
Ular siput berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 3 sampai 8 butir.[2]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Ular siput, spesimen dari Bogor, Jawa Barat
-
Kepala dan leher tampak samping
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Wogan, G. & Vogel, G. (2012). "Pareas carinatus". The IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. 2012: e.T192235A2059305. doi:10.2305/IUCN.UK.2012-1.RLTS.T192235A2059305.en. Diakses tanggal 26 December 2017.
- ^ a b c Ular Asli Indonesia: Ular Siput (Pareas carinatus)
- ^ a b Tweedie, M.W.F. 1983. The Snakes of Malaya. The Singapore National Printers. Singapore. p.38.
- ^ Sisik-sisik yang membesar di bagian kepala. Untuk penjelasan mengenai nama-nama dan susunan perisai serta sisik, lihat pada artikel “Sisik ular”.
- ^ Pareas carinatus di Reptarium.cz Reptile Database
- ^ David, P and G. Vogel. 1996. The Snakes of Sumatra. An annotated checklist and key with natural history. Edition Chimaira. Frankfurt. p.139. ISBN 3-930612-08-9
- Boie, 1828 : Auszüge aus Briefen von Heinr. Boie zu Java an Hn. Schlegel, Conservator anim. vertebr. am Königl. niederl. Museum. lsis von Oken, Jena, vol. 21, Templat:N°, p. 1025-1035 (lihat teks).
- Pareas carinatus di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 30 Desember 2019.