Lompat ke isi

Tommy Soeharto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Januari 2023 01.23 oleh Nyilvoskt (bicara | kontrib) (Penyusunan ulang ke bawah)
Tommy Soeharto
Ketua Umum Partai Berkarya ke-2
Masa jabatan
11 Maret 2018 – 12 Juli 2020
Anggota MPR RI Fraksi Golkar
Masa jabatan
1 Oktober 1992 – 21 Mei 1998
Informasi pribadi
Lahir
Hutomo Mandala Putra

15 Juli 1962 (umur 61)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Swara Rakyat Indonesia (2022–sekarang)
Afiliasi politik
lainnya
Suami/istri
Ardhia Pramesti Regita Cahyani
(m. 1997; c. 2006)
Anak
  • Dharma Mangkuluhur
  • Gayanti Hutami
  • Puteri Moodiyanti
  • Syalif Hilmi Putrawan
  • Fajri Fitrah Hutomo
Orang tua
Kerabat
PekerjaanPolitisi
Dikenal karenaBLBI
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Tommy Soeharto
Gugatan kejahatanPembunuhan, kepemilikan senjata api ilegal, menghindari penahanan
Hukuman kriminal15 tahun (dikurangi menjadi 4 tahun setelah remisi dan potongan masa hukuman)
Status kriminalDibebaskan pada 30 Oktober 2006[2]

H. Hutomo Mandala Putra, S.H. (lahir 15 Juli 1962)[3] atau yang lebih dikenal dengan nama Tommy Soeharto adalah seorang pengusaha, dan politikus. Ia adalah merupakan putra dari mantan Presiden Republik Indonesia ke-2 Soeharto. Ia juga adalah politisi Partai Swara Rakyat Indonesia. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai anggota Fraksi Karya Pembangunan DPR RI pada 1 Oktober 1992 hingga 21 Mei 1998.

Kehidupan awal

Tommy lahir di Jakarta tanggal 15 Juli 1962 sebagai anak kelima dari Mayor Jenderal TNI Soeharto dan Siti Hartinah, biasa dipanggil Ibu Tien. Kakak-adiknya adalah Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Siti Hediati Hariyadi (Titiek), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

Nama tengahnya diambil dari nama operasi militer Indonesia, Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, yang dibentuk bulan Januari 1962 dan dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Soeharto untuk mengusir Belanda dari wilayah Nugini Belanda (Papua Barat). Dalam autobiografinya, Soeharto menulis bahwa nama tengah Tommy merupakan pengingat operasi Mandala.[4]

Pada tanggal 27 September 1965, saat masih berusia tiga tahun, Tommy mengalami luka bakar di wajah dan tubuhnya. Sebelumnya ia bermain dengan adiknya, Mamiek, di rumah keluarga di Jalan Haji Agus Salim, Jakarta Pusat. Ia kemudian menabrak ibunya yang sedang membawa panci berisi sop buntut panas ke ruang makan. Ibunya segera mengoleskan minyak hati ikan kod ke kulit Tommy yang melepuh.[5] Ia dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto di Senen.[6] Soeharto menjenguk Tommy selama tiga malam berturut-turut. Ini salah satu momen bersejarah di Indonesia karena pada malam hari tanggal 30 September 1965, sejumlah elemen militer melaksanakan rencana kudeta dan menembak mati enam jenderal sekitar pukul 04:00 tanggal 1 Oktober. Sebelum pembunuhan terjadi, Soeharto masih berada di rumah sakit. Pada tengah malam, Tien meminta Soeharto pulang untuk menjaga Mamiek yang ditinggal sendiri bersama seorang pembantu. Ia pulang sekitar pukul 00:15 dan tidur. Ia dibangunkan sekitar pukul 04:30 dan menerima kabar penembakan tersebut. Tommy bersama ibunya meninggalkan rumah sakit pada 1 Oktober malam ditemani adik ipar Soeharto, Probosutedjo, dan ajudannya, Wahyudi. Tommy beserta kakak-adiknya dipindahkan ke rumah Wahyudi di Kebayoran Baru karena lebih aman.[7]

Setelah lulus SMP di Jakarta, Tommy masuk Akademi Penerbangan Sipil. Ia kemudian kuliah pertanian di Amerika Serikat, tetapi tidak selesai. Ia pulang ke Indonesia untuk merintis karier bisnisnya.[8]

Tommy sering dianggap sebagai putra favorit orang tuanya.[9] Biografi resmi Tien tahun 1992 menyatakan, “Hal yang membedakan Tommy dengan kakaknya, Sigit dan Bambang, adalah ia cenderung lebih gesit. Tommy, dengan kumisnya, selalu memakai kacamata RayBan-nya. Pada usia 28 tahun, ia tampak seperti kembaran bapaknya. Jauh di lubuk hatinya, ia sangat menyukai ibunya.”[10]

Semasa muda, Tommy dikenal menggemari aktris, klub malam, dan kasino. Majalah Time tahun 1999 mencantumkan bahwa Tommy senang berjudi dan mudah sekali menghabiskan $1 juta dalam sekali putaran.[11]

Kehidupan pribadi

Pada awal 1990-an, Tommy menjalin hubungan dengan penyanyi Maya Rumantir dan muncul dugaan bahwa mereka akan menikah.[12] Ibu Tommy kabarnya tidak menyetujui hubungan tersebut karena Maya orang Kristen keturunan Tionghoa-Manado, sedangkan Tommy orang Jawa Muslim. Jadi, orang tuanya menginginkan Tommy menikahi keturunan ningrat Jawa.[13][14] Pada tahun 2001, polisi memeriksa Maya di tengah pencarian Tommy yang masih buronan. Ia membantah menyembunyikan Tommy.[15]

Tanggal 28 April 1996, ibu Tommy meninggal dunia akibat serangan jantung usai makan malam keluarga. Rumor yang berkembang di Jakarta menduga bahwa Tommy dan kakaknya, Bambang, berseteru soal kebijakan mobil nasional dan salah satu dari mereka melepaskan tembakan yang mengenai ibunya. Kabar miring ini ditepis oleh Kepala Kepolisian RI, Sutanto (ajudan presiden tahun 1996), dalam buku Pak Harto The Untold Stories (2011).[16] Bambang juga mencap rumor ini sebagai "fitnah komunis".[17]

Pada usia 34 tahun, Tommy menikahi Ardhia Pramesti Regita Cahyani (22 tahun) atau 'Tata' pada tanggal 30 April 1997 di Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah. Tata merupakan canggah Mangkunegara V.[18] Mereka memiliki dua anak, Dharma Mangkuluhur dan Radhyana Gayanti Hutami. Pada 15 Mei 2006, Tata meminta bercerai dan pindah ke Singapura. Mereka bercerai bulan September 2006.[19] Pada tahun 2017, salah satu pengacara Tommy, Salim Muhammad, mengatakan bahwa sebelum dipenjara, Tommy memberi Rp100 miliar kepada Tata untuk membesarkan kedua anaknya. Ia mengklaim bahwa uang tersebut dilarikan oleh Tata tanpa sepengetahuan Tommy.[20]

Selama masa pelarian tahun 2001, Tommy menghabiskan waktunya bersama mantan model bernama Lani Banjaranti.[21] Tahun 2003, Lani mengatakan bahwa ia memiliki seorang putra berusia 13 tahun dari Tommy bernama Syalif Putrawan.[22]

Ketika Tommy ditahan di Pulau Nusakambangan atas kasus pembunuhan, ia sering dijenguk oleh kekasihnya, Sandy Harun, pada malam hari. Ia kemudian melahirkan seorang putri bernama Marimbi Djodi Putri yang juga merupakan anak Tommy.[23]

Kasus korupsi dan pembunuhan

Pada April 1999, Tommy bersama rekan bisnisnya, Ricardo Gelael, disidang atas penipuan lahan senilai $11 juta.[24] Mereka dinyatakan tidak bersalah pada Oktober 1999 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pada September 2000, panel tiga Hakim Agung yang dipimpin Syafiuddin Kartasasmita membatalkan putusan tersebut dan menjatuhkan hukuman penjara selama 18 bulan kepada Tommy dan Gelael atas tindak pidana korupsi. Tommy menolak dipenjara dan bersembunyi.[25] Istri Kartasasmita kemudian menduga bahwa suaminya menolak suap sebesar $20.000 dari Tommy.[26]

Pada Juli 2001, Tommy membayar Rp100 juta kepada dua pembunuh bayaran untuk membunuh Kartasasmita. Kartasasmita ditembak mati di tengah perjalanan ke kantor.[27] Mahkamah Agung Indonesia yang dikenal sangat korup[28] menanggapi kasus pembunuhan ini dengan membatalkan putusan korupsi Tommy pada Oktober 2001. Tindakan ini dinilai sebagai bagian dari kesepakatan agar ia keluar dari persembunyian. The Jakarta Post menulis bahwa putusan tersebut "melenyapkan remah-remah kredibilitas yang tersisa dari penegak hukum tertinggi di negara ini".[29]

Pada tanggal 26 Juli 2002, Tommy dihukum 15 tahun penjara atas pembunuhan, kepemilikan senjata api ilegal, dan menghindari penahanan. Kasus pembunuhan sebenarnya diganjar hukuman mati, tetapi jaksa hanya menuntut kurungan 15 tahun.[30] Tommy jarang menghadiri sidang, mengaku sakit, dan absen saat putusannya dibacakan. Para pendukung bayarannya hadir di luar ruang sidang.[31]

Ia menjalani tiga pekan pertamanya di sel mewah Blok H di Lapas Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur, lalu dipindahkan ke Pulau Nusa Kambangan di lepas pantai selatan Jawa Tengah. Sel mewahnya yang berukuran 8 x 3 meter dilapisi karpet dan dilengkapi sofa, lemari, televisi, kulkas, alat makan, pendingin udara, penyaring air, komputer jinjing, dan dua telepon genggam.[32] Ia sering diizinkan bepergian ke Jakarta dengan alasan kesehatan dan diketahui mengunjungi sebuah lapangan golf eksklusif.[33] Pada April 2006, ia dipindahkan kembali ke Cipinang.[34] Masa kurungannya dikurangi menjadi 10 tahun dengan banding. Ia dibebaskan bersyarat pada tanggal 30 Oktober 2006.[35] Ia menghabiskan empat tahun di dalam penjara. Para kritikus mengatakan bahwa Tommy dibebaskan karena ia kaya dan keluarganya masih memiliki pengaruh di Indonesia.[36]

Karier

Karier politik

Pada 11 Maret 1988, Tommy (saat itu berusia 25 tahun) dan kakak-kakaknya untuk pertama kali menghadiri upacara pelantikan bapaknya sebagai presiden dalam masa jabatan kelima. Kehadiran mereka menimbulkan spekulasi bahwa mereka sedang dipersiapkan untuk menduduki jabatan politik.[10] Tommy, Tutut, dan Bambang kemudian bergabung dengan Golkar, partai politik terbesar dalam rezim Suharto. Pada tahun 1992, mereka diangkat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).[37] Usai mundurnya Suharto bulan Mei 1998, Golkar mengumumkan pada bulan Juli bahwa partainya menarik Tommy, Tutut, dan Bambang (dan istri Bambang, Halimah) dari MPR.[38] Tahun 2008, pejabat-pejabat Golkar mengatakan bahwa mereka mengizinkan anak-anak Suharto bergabung kembali dengan partai asalkan tidak terlibat masalah hukum.[39]

Tahun 2009, Tommy maju sebagai calon ketua partai Golkar dalam musyawarah nasional partai di Riau. Anggota tim kampanyenya, Saurip Kadi, mengatakan bahwa Tommy berjanji akan memberi Rp50 miliar (setara dengan $5 juta) kepada setiap DPD II Golkar apabila terpilih.[40] Namun, Aburizal Bakrie menjanjikan Rp1 triliun dan akhirnya terpilih sebagai ketua.[41]

Bulan Mei 2016, Tommy mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai ketua partai Golkar, tetapi ia membatalkannya dan tidak mendaftarkan diri.[42] Pada bulan itu juga, Tommy diangkat sebagai anggota Dewan Pembina Partai Golkar.[43]

Pada Juli 2016, Tommy mendirikan Partai Berkarya dengan menggabungkan Partai Beringin Karya dengan Partai Nasional Republik.[44] Partai baru ini mendapat izin pemerintah pada Oktober 2016. Partai Berkarya juga menggunakan logo pohon beringin dan warna kuning khas Golkar.

Pada Maret 2017, Partai Berkarya dan Swara Rakyat Indonesia (Parsindo) mengumumkan bahwa mereka mendukung Tommy maju sebagai calon presiden dalam pemilihan umum Indonesia 2019. Sekretaris Jenderal Parsindo, Ahmad Hadari, memprediksi bahwa pilpres 2019 "akan menjadi perang" antara dinasti Sukarno dan dinasti Suharto.[45] Pada bulan Mei 2017, Tommy mengatakan bahwa ia prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini karena korupsi tumbuh subur di DPR.[46] Pada September 2017, Tommy mengatakan bahwa ia tidak berminat maju dalam pilpres tahun 2019.[47] Pada Oktober 2017, pengacaranya membantah bahwa Tommy berencana maju sebagai calon presiden tahun 2019. Ia mengatakan bahwa akun-akun palsu di media sosial mengklaim bahwa ia didukung oleh berbagai organisasi massa.[48] Pada tanggal 11 Maret 2018, Tommy diangkat sebagai ketua Partai Berkarya.[49] Tanggal itu bertepatan dengan peringatan ke-52 Supersemar, surat yang ditandatangani oleh Sukarno tanggal 11 Maret 1966 yang menyerahkan kekuasaan kepada Menteri Panglima Angkatan Darat, Suharto. Dalam upacara pengangkatannya sebagai ketua partai, Tommy mengatakan bahwa pemilihan tanggal acara itu tidak disengaja.[50]

Karier balap

Tommy sempat berkarier sebagai pembalap mobil dan mengikuti lomba Rally Indonesia tahun 1997 melawan sejumlah pembalap top dari World Rally Championship. Ia juga mendanai pembangunan Sirkuit Internasional Sentul. Tommy menjabat sebagai ketua Ikatan Motor Indonesia pada tahun 1991–1995.[51] Usai dibebaskan tahun 2006, Tommy ikut serta dalam Kejuaraan Nasional Reli SS-12 di Pecatu, Bali. Tommy mengendarai Subaru Impreza WRX, tetapi mobilnya terguling sehingga tidak bisa melanjutkan lomba.[52] Ia merupakan anggota pengurus IMI periode 2016–2020.[53] Putranya, Darma Mangkuluhur Hutomo, juga merupakan pembalap mobil.

Riwayat pekerjaan

  • Pemilik Humpuss Grup (1984–2016)
  • Anggota MPR RI (1992–1998)

Riwayat organisasi

  • Bendahara DPP Satkar Ulama Indonesia Partai Golkar (1990–1995)
  • Ketua Umum PP IMI (1991–1995)
  • Anggota Dewan Pembina DPP Partai Golkar (2016)
  • Ketua Dewan Pembina DPP Partai Berkarya (2016–2022)
  • Ketua Umum DPP Partai Berkarya (2018–2020)

Lihat juga

Catatan kaki

  1. ^ Pratomo, Harwanto Bimo (ed.). "Tiga anak Presiden Soeharto ada di jajaran orang terkaya RI, total hartanya Rp 16 T". Merdeka.com. 
  2. ^ Liputan6.com. "Hari Ini Tommy Soeharto Bebas". Liputan6.com. 
  3. ^ Tanggal lahir tidak pasti; ada yang menyebut 12 Agustus namun ada pula sumber yang menyebut 15 Juli
  4. ^ Soeharto (1989). Soeharto, My Thoughts, Words, and Deeds: An Autobiography (edisi ke-First). Citra Lamtoro Gung Persada. hlm. 89. ISBN 9798085019. 
  5. ^ Gafur, Abdul (1992). Siti Hartinah Soeharto, first lady of Indonesia (edisi ke-First). Citra Lamtoro Gung Persada. hlm. 202. ISBN 9798085124. 
  6. ^ Probosutedjo (H.); Alberthiene Endah (2010). Saya dan Mas Harto: memoar romantika Probosutedjo. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 250. ISBN 978-979-22-5749-6. 
  7. ^ Gafur, Abdul (1992). Siti Hartinah Soeharto, first lady of Indonesia (edisi ke-First). Citra Lamtoro Gung Persada. hlm. 209. ISBN 9798085124. 
  8. ^ Robert Edward Elson (13 November 2001). Suharto: A Political Biography. Cambridge University Press. hlm. 248–. ISBN 978-0-521-77326-3. 
  9. ^ "FACTBOX-Five facts on Suharto's son Tommy". Reuters. 19 January 2007. Diakses tanggal 12 August 2017. 
  10. ^ a b Gafur, Abdul (1992). Siti Hartinah Soeharto, first lady of Indonesia (edisi ke-First). Citra Lamtoro Gung Persada. hlm. 491. ISBN 9798085124. 
  11. ^ "Suharto Inc". CNN.com. Time Magazine. 24 May 1999. Diakses tanggal 5 August 2017. 
  12. ^ John Richard Bowen (29 May 2003). Islam, Law, and Equality in Indonesia: An Anthropology of Public Reasoning. Cambridge University Press. hlm. 244. ISBN 978-0-521-53189-4. 
  13. ^ Dewi, Andi Rosita (16 May 2016). "8 Artis ini pernah menjalin cinta dengan keluarga Cendana, siapa saja?". Brilio.net. Diakses tanggal 10 August 2017. 
  14. ^ Wisonggeni, Durjono. "Mantan Selingkuhan Tommy Soeharto Calonkan Diri Gubernur Sulut". Kompasiana. Diakses tanggal 10 August 2017. 
  15. ^ "Maya Rumantir Sudah 9 Tahun Tidak Berhubungan dengan Tommy". Tempo.co. Tempo.co. 20 August 2001. Diakses tanggal 10 August 2017. 
  16. ^ Gultom, Hasiolan Eko P (10 June 2011). Gultom, Hasiolan Eko P, ed. "Benarkah Ibu Tien Soeharto Meninggal Diterjang Peluru?". Tribunnews.com. TRIBUNnews.com. Diakses tanggal 5 August 2017. 
  17. ^ Mulyana, Ade (26 April 2015). "Bambang Trihatmodjo: Ibu Tien Soeharto Meninggal Bukan Karena Pertengkaran Saya dan Tommy". Rakyat Merdeka Online. Diakses tanggal 12 August 2017. 
  18. ^ "Tata returns to Jakarta to walk the runway". The Jakarta Post. 30 April 2011. 
  19. ^ Matanasi, Petrik (9 November 2017). "Ketika Soeharto Menikahkan Anaknya". Tirto.id. tirto.id. Diakses tanggal 12 November 2017. 
  20. ^ Sucipto, Ady (4 March 2018). "Mantan Istri Tommy Soeharto Geluti Bisnis Baru Bernilai Fantastis di Singapura". Tribunnews.com. TRIBUNnews.com. Diakses tanggal 13 March 2018. 
  21. ^ Indra, Sigit (4 December 2001). "Wanita Penjaga Rahasia Tommy". Gatra. Diakses tanggal 24 July 2017. 
  22. ^ "Anak Tommy Soeharto dari Lani Banjaranti". Liputan6.com. Liputan6. 1 April 2003. Diakses tanggal 24 July 2017. 
  23. ^ "Shandy Harun Pertanyakan Status Anak ke Tommy". Liputan6.com. Liputan6. 31 October 2006. Diakses tanggal 24 July 2017. 
  24. ^ "Hari-hari Penting Tommy Soeharto". Tempo.co. Tempo. 28 November 2001. Diakses tanggal 24 July 2017. [pranala nonaktif permanen]
  25. ^ "Tommy Suharto's Brazen Libel Verdict". Asia Sentinel. 25 May 2011. Diakses tanggal 24 July 2017. 
  26. ^ "Slain judge's wife accuses Suharto son". CNN. 17 April 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-20. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  27. ^ "Tommy Suharto guilty of murder". BBC News. 26 July 2002. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  28. ^ "Money Can't Buy Him Love". Asia Sentinel. 31 May 2011. Diakses tanggal 26 July 2017. [pranala nonaktif permanen]
  29. ^ "Tommy Suharto 'still sought for murder'". BBC News. 3 October 2001. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  30. ^ "Tommy Suharto jailed for 15 years". ABC Radio Australia. 27 July 2002. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  31. ^ "Soeharto sick in cell as judge reads verdict". The Sydney Morning Herald. 27 July 2002. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  32. ^ Andryanto, Dian, ed. (15 July 2017). "Kisah Sel Mewah 3 Pesohor Lapas Cipinang: Tommy, Ricardo, Freddy". Tempo.co. Tempo.co. Diakses tanggal 10 August 2017. 
  33. ^ Hamish McDonald (6 January 2015). Demokrasi:: Indonesia in the 21st Century. St. Martin's Press. ISBN 978-1-4668-7926-3. 
  34. ^ "Tommy Soeharto Pindah ke LP Cipinang". detikcom. detikcom. 4 April 2006. Diakses tanggal 5 August 2017. 
  35. ^ "Tommy Suharto freed from prison". 30 October 2006 – via news.bbc.co.uk. 
  36. ^ The Economist "Lucky Tommy," The Economist 2 November 2006.
  37. ^ Azhar, M. "Kebangkitan Politik Keluarga Cendana". Unisosdem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 August 2017. Diakses tanggal 12 August 2017. 
  38. ^ "Suharto's relatives recalled from people's assembly". 17 July 1998. 
  39. ^ "Golkar Siap Tampung Tutut". 8 February 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-12. Diakses tanggal 2018-03-19. 
  40. ^ "Tommy Janjikan Tiap DPD II Dapat Rp 50 M". detikcom. detikcom. 5 October 2009. Diakses tanggal 13 August 2017. 
  41. ^ Riza, Budi, ed. (3 November 2014). "Kader Golkar Tagih Janji Aburizal Dana Rp 1 T". Tempo.co. Tempo.co. Diakses tanggal 13 August 2017. 
  42. ^ Ihsanuddin (13 May 2016). Asril, Sabrina, ed. "Tommy Ungkap Alasannya Batal Jadi Calon Ketua Umum Partai Golkar". Kompas.com. Kompas. Diakses tanggal 11 August 2017. 
  43. ^ Paat, Yustinus (31 May 2016). "Tommy Suharto Among High Profile Members Announced in Golkar Structure". Jakarta Globe. Diakses tanggal 13 August 2017. 
  44. ^ "Tommy Jadi Wanbin Partai Bau Kencur". Rakyat Merdeka Online. 31 July 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-12. Diakses tanggal 11 August 2017. 
  45. ^ "Small parties throw support behind Tommy Soeharto". The Jakarta Post. 13 March 2017. Diakses tanggal 11 August 2017. 
  46. ^ Andriansyah, Moch. (10 May 2017). Rahmadi, Dedi, ed. "Tommy Soeharto: Korupsi e-KTP ini menyedihkan dan menyakitkan". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 13 August 2017. 
  47. ^ Safutra, Ilham (2 September 2017). "Di Jalanan, Tommy Soeharto Tegaskan Tak Minat Jadi Capres". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-09. Diakses tanggal 9 September 2017. 
  48. ^ Gabrillin, Abba (5 October 2017). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Tommy Soeharto Tidak Akan Maju pada Pilpres 2019". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 8 October 2017. 
  49. ^ "Tommy Soeharto to Lead Berkarya Party". Tempo.co. Tempo.co. 12 March 2018. Diakses tanggal 12 March 2018. 
  50. ^ Sunaryo, Arie (12 March 2018). Firdaus, Randy Ferdi, ed. "Sejarah 'Supersemar' dan kukuhnya Tommy Soeharto jadi Ketum Partai Berkarya". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 13 March 2018. 
  51. ^ "Ketua Umum". Ikatan Motor Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-15. Diakses tanggal 12 August 2017. 
  52. ^ "Tommy: Masih Perlu Belajar Lagi". detikcom. detikcom. detikSport. 17 December 2006. Diakses tanggal 6 August 2017. 
  53. ^ "Susunan Pengurus IMI Pusat" (PDF). Ikatan Motor Indonesia. Diakses tanggal 12 August 2017. 

Pranala luar