Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan | |
---|---|
Informasi umum | |
Jenis | Istana/keraton |
Alamat | Pulasaren, Pekalipan, Cirebon |
Kota | Kota Cirebon |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 6°43′31″S 108°33′55″E / 6.72519603028369°S 108.56535929181406°E |
Diresmikan | 1800 |
Keraton Kecirebonan adalah sebuah bangunan tempat tinggal sultan Kacirebonan dan keluarganya yang berada di daerah Pulasaren (sekarang jalan Pulasaren, kecamatan Pekalipan, kota Cirebon)[1]. Keraton Kacirebonan dibangun pada sekitar tahun 1800-an[2]. Bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris, Wayang, perlengkapan Perang, Gamelan dan lain-lain.
Komplek keraton Kacirebonan tepatnya berada sekitar 1 km sebelah barat daya dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Keraton Kanoman. Keraton Kacirebonan posisinya memanjang dari utara ke selatan (posisi yang sama dengan keraton-keraton lain di Cirebon) dengan luas tanah sekitar 46.500 meter persegi.[3]
Arsitektur
Bangunan Kacirebonan masuk ke dalam model gaya percampuran Cina, Bangunan zaman Kolonial dan Tradisional . Bentuk bangunannya seperti bangunan pembesar pada zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang kuat.
Bangunan induk
Setelah wafatnya Sultan Kacirebonan I Sultan Cerbon Amirul Mukminin pada tahun 1814, Ratu Raja Resminingpuri yang merupakan permaisuri dari mendiang almarhum Sultan Kacirebonan I tinggal di area Taman Sari Gua Sunyaragi, tetapi dengan memiliki anak yang masih kecil dan baru berumur lima tahun yaitu Pangeran Raja Madenda Hidayat yang kelak menjadi Sultan Kacirebonan II dia memutuskan untuk membangun sebuah keraton Kacirebonan di Pulosaren dengan uang pensiunan yang selama ini ditolaknya. Pada masa awal pembangunan keraton Kacirebonan Ratu Raja Resminingpuri membuat bangunan induk keraton, Paseban dan Tajug (mushola).[2][3]
- Bangunan induk keraton sebagai tempat sebagai tempat tinggal sehari-hari sultan beserta keluarganya. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan antara lain ruang tidur, ruang kerja sultan, pecira, kamar jimat, prabayasa, dapur dan teras (berfungsi sebagai ruang tunggu bila prajurit rendahan ingin menghadap Sultan).
- Paseban, terdapat dua buah bangunan Paseban di kompleks keraton Kacirebonan, yaitu di barat dan timur, berdenah persegi panjang. Paseban barat menghadap timur ditompang oleh 8 buah tiang dan 4 saka guru (tiang utama) dan merupakan bangunan semi terbuka, dinding sisi barat dan timur dipagari dengan tembok rendah, atapnya berbentuk joglo dengan penutup genteng.
- Tajug (mushola), terletak di sebelah barat bangunan induk, antara tajug dan paseban dipisahkan oleh tembok namun ada pintu penghubung di sisi barat tembok. Pelataran keraton ke arah selatan pada pagar tembok terdapat gapura kori agung beratap joglo, yaitu pintu agung utama.
Ratu Raja Resminingpuri pun menjadi wali atas puteranya yang masih kecil tersebut. Setelah Pangeran Raja Madenda Hidayat dewasa, Ratu Raja Resminingpuri memberikan tahtanya kepada puteranya tersebut dengan gelar sultan namun hal itu ditolak oleh Belanda. (menurut Besluit hanya Sultan Kacirebonan I saja yang berhak menyandang gelar sultan)
Gedong Ijo
Pada tahun 1875 Pangeran Raja Denda Wijaya yang bergelar Raja Madenda membangun Gedong Ijo dalam komplek keraton Kacirebonan, Gedong Ijo adalah bangunan yang menghadap ke timur dan berdenah persegi panjang. Ruang dalam dibagi tiga, yaitu ruang utara dan ruang selatan yang ditempati oleh keluarga sultan sedangkan ruang tengah kosong.
Pringgowati
Pada masa kepemimpinannya, Sultan Kacirebonan IV Pangeran Madenda Partadiningrat membangun Pringgowati yaitu ruang tengah yang terdapat benda-benda kebesaran keraton, berfungsi sebagi tempat istirahat sultan. Di sebelahnya terdapat ruang Pinangeran.
Pinangeran
Ruang Pinangeran adalah ruangan yang berada disebelah Pringgowati, berfungsi sebagai tempat tinggal kerabat sultan dan tempat penyimpanan alat-alat perayaan Muludan.
Kaputran dan Kaputren
Tempat peristirahatan putra dan putri.
Keraton Kacirebonan sebagai Objek Vital
Keraton Kacirebonan berserta empat komplek bangunan keraton lainnya yakni, keraton Kasepuhan, keraton Kanoman dan Kaprabonan ditetapkan menjadi objek vital yang harus dilindungi. Penilaian tersebut berdasarkan pertimbangan dari institusi kepolisian, dengan adanya penilaian tersebut maka kepolisian setempat wajib menempatkan personilnya untuk melakukan penjagaan di setiap keraton-keraton tersebut, termasuk diantaranya keraton Kanoman.
Keraton Kacirebonan menjadi salah satu peninggalan benda cagar budaya yang diatur berdasarkan UU. Cagar Budaya Tahun 2010. Keraton Kacirebonan sebagai pusat kesenian dan kebudayaan menjadi bagian daripada ikon Kota Cirebon guna menarik wisatawan (Raden Hamzaiya)
.[4]
Sebagai bentuk realisasi pengamanan objek vital, maka keraton harus dijaga oleh personil kepolisian
Pengamanan, 2 personil,
- Patroli 2 personil
- Pengamanan kegiatan keraton, minimal 10 personil (khusus untuk pengamanan kegiatan yang berskala besar, maka diadakan pengamanan penuh yang melibatkan lebih banyak personil kepolisian).
Silsilah Sultan
- Sultan Kacirebonan I Sultan Carbon Kaceribonan Amirul Mukminin (bertahta 1808 - 1814)
- Sultan Kacirebonan II Pangeran Raja Madenda Hidayat (bertahta dari 1814 - 1851)
- Sultan Kacirebonan III Pangeran Raja Denda Wijaya (bertahta dari 1851 - 10 Oktober 1914)
- Sultan Kacirebonan IV Pangeran Raja Madenda Partadiningrat (bertahta dari 9 November 1916 - 31 Juli 1931)
- Sultan Kacirebonan V Pangeran Raja Madenda Raharjadiningrat (bertahta dari 12 Maret 1933 - 24 Februari 1950)
- Sultan Kacirebonan VI Pangeran Raja Sidek Arjaningrat (bertahta dari 24 Februari 1950 - 14 Januari 1957)
- Sultan Kacirebonan VII Pangeran Raja Harkat Nata Diningrat (bertahta dari 14 Januari 1957 - 14 Februari 1969) menggantikan saudaranya Sultan Kacirebonan VI
- Sultan Kacirebonan VIII Pangeran Raja Moh Mulyono Amir Natadiningrat (bertahta dari 14 Februari 1969 - 8 November 1994)
- Sultan Kacirebonan IX Pangeran Raja Abdulgani Nata Diningrat Dekarangga (bertahta dari 28 Mei 1997 -)
Galeri
Referensi
- ^ Adeng. 1998. Kota Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
- ^ a b Kusnandar, Dadang. 2012. Cirebon: Silang Peradaban. Bandung : Gapura Publishing
- ^ a b "Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kacirebonan. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-05. Diakses tanggal 2015-10-08.
- ^ "2014 - Pikiran Rakyat - Empat Keraton di Kota Cirebon Menjadi Objek Vital". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-28. Diakses tanggal 2014-11-29.
6°43′30″S 108°33′55″E / 6.725036°S 108.565337°E{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman