Lompat ke isi

Nyi Blorong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah lukisan Jawa menggambarkan sosok Nyi Blorong.

Nyi Blorong atau Maheswari Sasandoro ing Gayatri adalah sosok legenda Indonesia yang berwujud wanita cantik, bertubuh manusia dari pinggang ke atas, dan berwujud ular berwarna hijau & kuning dari pinggang ke bawah. Ia merupakan jenis dari keturunan Jin Iblis. Sebagai panglima perang kafir di Nusantara ini sejak dulu.

Asal Usul

Menurut Prediksi pengalaman spritual, dari keberadaannya sebagai wujud ular, ia adalah Sukma dari penjelmaan Medusa yang terbunuh oleh Perseus (mitologi), setelah itu ia mengadakan perjanjian dengan iblis & menjadi golongannya, lalu ditaklukan & diusir karena berseteru dengan Nyi Roro Kidul lalu berdiam diri & membangun kerajaannya di laut selatan paling kiri.

Musuh bebuyutannya tak lain adalah Nyi Roro Kidul & Ratu Laut Selatan serta Umat Muslim & Khodam Muslim yang taat, termasuk khodam Raja - Raja Nusantara & Mesir seperti Sabdapalon, Jayabaya, Prabu Siliwangi, Brawijaya, Gajahmada, Hayam Wuruk, Sultan Agung, Syekh Subakir Gunung Tugel & Walisongo.

Ia & sekutunya dapat menghimpun pasukan kafir sampai 3 Miliar dari golongan jin setan berbagai macam makhluk halus untuk membasmi jin muslim / khodam sakti yang tentu jin tersebut bisa meninggal.

Ia bersekutu pula dengan ratusan raja jin kafir yang sudah tentu mengikat perjanjian dengan iblis atau hasil keturunanya dari berbagai mancanegara, yang nama-namanya tak perlu disebutkan disini. Karena keturunan Iblis mereka tidak binasa sampai hari kiamat.

Kecuali Jin kafir yang mengikat perjanjian, ia akan binasa. Maka prediksi ini dibuat agar kita waspada akan kesesatannya yang nyata.

Legenda

Menurut Guru Spritual, Nyi Blorong adalah penguasa pantai selatan sebelah kiri yang memiliki tipu muslihat sesat. Ia konon memang ditugaskan untuk menyesatkan manusia agar terjerumus pesugihan & menjadikan manusia budak-budaknya yang taat & tidak menerima kenyataan bahwa manusia tersebut tak sadar akan pengaruhnya, bahwa ia mengikuti benderanya, selalu menyamar menjadi Nyi Roro Kidul dan memfitnahnya, juga dapat mengaku sebagai Ratu Pantai Selatan, padahal ia adalah jin kafir dari keturunan Iblis, maka ia dapat mengatakan & mengucap salam saat ritual keberadaannya dipanggil, jika engkau mengetahui, sebab ia keturunan Iblis.

Nyi Blorong tampil mengenakan kebaya berwarna hijau dengan rajutan emas. Kain panjang berwarna emas tersebut konon merupakan perwujudan sosok aslinya, yaitu ular raksasa. Pada saat bulan purnama, kacantikan dan kesaktian Nyi Blorong mencapai puncaknya, tetapi saat bulan mengecil, ia akan kembali ke wujudnya yang semula yaitu ular raksasa.

Serat Centhini menyebutkan bahwa Nyi Blorong yang cantik adalah putri dari Ratu Anginangin. Ia dinikahkan dengan Jaka Linglung setelah calon suaminya itu berhasil membunuh buaya putih penjelmaan Prabu Dewatacengkar.[1]

Pesugihan

Lukisan Jawa yang menggambarkan sosok Nyi Blorong bersama dayang-dayangnya.

Nyi Blorong dipercaya dapat mendatangkan kekayaan bagi orang yang tertarik mengajaknya untuk bersekutu. Setiap kedatangan Nyi Blorong, ia akan meninggalkan kepingan-kepingan emas di tempat ia menemui orang yang menjalin hubungan dengannya sebagai imbalan. Emas tersebut konon sebenarnya merupakan sisik-sisik tubuhnya.

Pesugihan dengan Nyi Blorong dipercaya membutuhkan tumbal arwah manusia pengikutnya. Saat ajal, arwah pengikutnya itu akan menjadi bagian dari penghuni keraton gaib Laut Selatan untuk selamanya. Selain itu, dalam jangka waktu tertentu, Nyi Blorong juga meminta tumbal nyawa untuk menambah jumlah prajurit serta meningkatkan kecantikannya.

Ia adalah Ruh kegelapan dari keturunan Sukma Medusa iblis berkepala ular atau keturunannya yang bangkit dan berdiam dilautan sebelah kiri laut selatan.

Orang-orang juga menyebutnya sebagai eyang (nenek). Dalam wujud sejenis putri duyung, ia disebut sebagai Nyai Blorong.[2]

Larangan berpakaian hijau

Ini adalah pekerjaan jin kafir menurut Nyi Roro Kidul karena ratu laut Selatan tak pernah memerintahkan seperti itu, mungkin juga dari tentara Nyi Blorong yang menyebar kepercayaan lokal bahwa mengenakan pakaian berwarna hijau akan membuat pemakainya tertimpa kesialan, karena hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul.[3] Warna hijau laut (gadhung m'lathi dalam bahasa Jawa) adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul dan tidak boleh ada yang memakai warna tersebut di sepanjang pantai selatan Jawa.[4] Peringatan selalu diberikan kepada orang yang berkunjung ke pantai selatan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau. Mitosnya mereka dapat menjadi sasaran Nyai Rara Kidul untuk dijadikan tentara atau pelayannya (budak). Secara logika, alasan tersebut muncul karena air laut pada daerah pantai selatan warnanya cenderung kehijauan sehingga korban tenggelam yang mengenakan pakaian hijau akan sulit ditemukan.

Serat Centhini menyebut bahwa Gusti Kanjeng Nyai Rara Kidul memiliki kampuh gadhung mlathi atau "kain dodot panjang berwarna hijau dan tengahnya putih" yang berperada emas.[1] mengajarkan kesesatan yang nyata, pamer kekebalan senjata, kartu tarot, ramalan, fitnah & pesugihan menjadi kaya, tumbal dll adalah ajarannya Nyi Blorong suka mengaku-ngaku sebagai Ratu Pantai Selatan atau sebagai Nyi Roro Kidul, berhati-hatilah dengannya waspada pengaruhnya.

Terkadang digambarkan berwujud Putri Duyung dengan tubuh bagian bawah berwujud seekor ular atau ikan,terkadang pula digambarkan sebagai wanita yang amat cantik. Ia dipercaya mengambil jiwa siapapun yang ia inginkan.[5] Terkadang ia disebut memiliki wujud ular. Kepercayaan ini mungkin berasal dari legenda tentang Putri Pajajaran yang menderita penyakit lepra. Penyakit kulit yang dialami putri tersebut kemungkinan dianggap sama seperti ular yang berganti kulit.[6]

Ia & Pasukan Sekutunya Jin Kafir jumlahnya 3 Milyar dengan dipimpin 10 keturunan Iblis dari belahan bumi lain. Maka waspadalah dengan kesesatannya.

Syarat Insyaf melepas pengaruhnya

Pesugihan yang dilakukan oleh yang bersangkutan apabila sudah meninggal, akan bersambung ke keturunannya anak cucu sampai diputuskan ritual perjanjian terdahulu.

Maka anda harus berkurban dengan potong sapi, kerbau, kambing di saat Hari Raya Qurban/Idul Adha, memohon ampun kepada Allah SWT.

Perlu bertanya kepada ulama, Kyai, Ustad atau guru spiritualis khususnya beragama Islam, karena hanya bisa diputuskan secara itu, agar keluar dari kesesatan & tak buang energi sia-sia dalam hidup ini, sebab anda ada dari makanan yang tak baik karena ortu pernah main pesugihan dengan daging & darah sebagai bayarannya.

Nyi Blorong, Nyi Roro Kidul & Ratu Pantai Selatan

Sebagian spiritualis menganggap Nyi Blorong sama dengan Nyi Roro Kidul, tetapi versi tersebut dibantah sebagian ahli supranatural / Guru spritual yang lain. Nyi Blorong adalah keturunan iblis lebih berwujud sebagai putri ular yang ditugaskan untuk menggoda manusia dan menyesatkan manusia dengan cara-cara pesugihan. Hal itu berbeda dengan Nyi Roro Kidul yang berwatak baik hati.[7] Nyi Roro Kidul adalah Jin Muslim keturunan Ratu Syeba Nama lainnya adalah Putri Aurora Balqis, sedangkan Ratu Laut Selatan saat ini adalah Ratu Rara Kadita anak dari Prabu Siliwangi ketika menikahi Ratu Daratan yang belum diketahui Namanya.

Nyimas Dewi Anggatri

Namun menurut sumber lain, Nyi Blorong adalah sebutan untuk Nyimas Dewi Anggatri, anak dari Nyimas Dewi Rangkita atau yang dikenal sebagai ratu Galuh, anak dari Nyimas Dewi Anggista, putri bungsu dari Raja Caringin Kurung ke XI, Prabu Jaya Cakra.[7]

Budaya populer

  • Perkawinan Nyi Blorong (1983)
    Nyi Blorong merupakan tokoh legenda Indonesia yang sering menjadi tema film. Beberapa film yang mengangkat tema Nyi Blorong adalah Nyi Blorong dan Perkawinan Nyi Blorong.
  • Buku "Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong: Refleksi Historis Nusantara" merupakan kumpulan tulisan sejarawan Ong Hok Ham di harian Kompas.[8]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Ranggasutrasna, Ngabei (1991). Centhini: Tambangraras-Amongraga, Jilid I, hal. 70-71. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-358-X.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "serat" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ Robson, Stuart. The Kraton, KITLV Press 2003, Leiden, ISBN 90-6718-131-5, p. 77
  3. ^ Legend of Borobudur, hal. 114: Dr. C.W. Wormser - Het Hooge Heiligdom - Uitgeverij W. Van Hoeve Deventer, N.V. Maatschappij Vorkink Bandoeng
  4. ^ Robson, Stuart. The Kraton, KITLV Press 2003, Leiden, ISBN 90-6718-131-5
  5. ^ Becker, Judith. Die Meereskönigin des Südens, Ratu Kidul. hal. 142, Nyi Blorong, die Schlangenfrau - ISBN 3-496-02657-X
  6. ^ Jordaan, Roy E. Tara and Nyai Lara Kidul - Asian Folklore Studies, Volume 56, 1997: 285-312
  7. ^ a b Syarifudin. Rabu, 27 November 2013. Jogjakartanews.com, Hubungan Ratu Kidul, Nyi Blorong, dan Nyi Loro Kidul Diarsipkan 2014-04-07 di Wayback Machine..
  8. ^ Goodreads. Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong: Refleksi Historis Nusantara by Onghokham.