Lompat ke isi

Sapi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Maret 2023 05.58 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh 103.84.116.248 (bicara) ke revisi terakhir oleh Adnan Chaldun)
Sapi
Bos taurus Edit nilai pada Wikidata

Seekor sapi senepo, salah satu ras sapi yang berasal dari Amerika Serikat
Taksonomi
KelasMammalia
OrdoArtiodactyla
FamiliBovidae
GenusBos
SpesiesBos taurus Edit nilai pada Wikidata
Linnaeus, 1758
Tata nama
Sinonim taksonBos primigenius, yang terdiri atas subspesies:
Subspesies
Distribusi

Peta distribusi sapi


Sapi atau lembu adalah hewan ternak anggota famili Bovidae dan subfamili Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingannya seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama.

Kebanyakan sapi merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai aurochs (dalam bahasa Jerman berarti "Sapi Kuno", nama ilmiah: Bos primigenius[a]), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun, terdapat beberapa spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali yang juga diternakkan di Indonesia.

Taksonomi

Awalnya, sapi diidentifikasi sebagai tiga spesies terpisah: Bos taurus (sapi eropa),[1] Bos indicus[1] (zebu), dan Bos primigenius[2] (aurochs) yang telah punah. Seiring berjalannya waktu, ilmuwan mengalami perbedaan pendapat. Mereka menganggap Bos taurus dan Bos indicus (keduanya adalah sapi domestik yang ada saat ini) merupakan subspesies dalam spesies yang sama. Beberapa ilmuwan kemudian berpendapat bahwa aurochs dan sapi domestik masih tergolong satu spesies. Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (ITIS) mengklasifikasikan sapi dalam spesies Bos taurus yang terdiri atas tiga subspesies: Bos taurus primigenius, Bos taurus taurus, dan Bos taurus indicus.[3]

Terminologi

Ada berbagai istilah yang digunakan di seluruh dunia untuk mengklasifikasikan sapi. Sebagian istilah tersebut, terutama yang berkaitan dengan industri peternakan sapi, berasal dari bahasa Inggris.[4]

  • Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga usia penyapihan (sekitar delapan bulan).
  • Sapi bibit adalah sapi yang mempunyai sifat unggul yang dapat diwariskan.
  • Sapi pejantan adalah sapi jantan dewasa yang semennya digunakan untuk menghasilkan keturunan, baik sebagai sapi pemacek dalam kawin alami maupun sumber semen beku untuk inseminasi buatan.[5]
  • Sapi indukan adalah sapi betina dewasa yang berperan sebagai induk untuk menghasilkan keturunan.
  • Sapi bakalan adalah sapi yang dipelihara selama kurun waktu tertentu untuk mencapai bobot badan maksimal pada umur optimal untuk dipotong. Sapi bakalan biasanya dipelihara di feedlot.
  • Sapi potong atau sapi pedaging adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan dipotong untuk diambil daging dan produk-produk lainnya.
  • Sapi perah adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk dimanfaatkan susunya.

Anatomi dan fisiologi

Anatomi sapi

Sapi merupakan mamalia berkaki empat dengan tapak belah. Kebanyakan sapi memiliki tanduk. Walaupun demikian, seleksi genetik telah membuat sapi tanpa tanduk tersebar di mana-mana.

Sistem pencernaan

Ilustrasi lambung sapi

Sebagai hewan ruminansia, sapi memakan dan mencerna tumbuhan melalui fermentasi dalam sistem pencernaannya. Sapi memiliki satu lambung yang terdiri atas empat ruangan, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Rumen merupakan ruangan terbesar, retikulum atau perut jala merupakan ruangan terkecil, omasum adalah tempat penyerapan air dan nutrien dari pakan tercerna, sedangkan abomasum bertindak seperti lambung manusia sehingga disebut sebagai "lambung sejati" pada sapi.

Saat sapi makan, makanan dari mulut langsung ditelan tanpa dikunyah dengan baik dan disimpan dalam rumen sampai hewan tersebut menemukan tempat yang tenang untuk melanjutkan proses pencernaan. Pakan yang telah difermentasi dalam rumen kemudian diregurgitasi (dikembalikan ke mulut) untuk dikunyah lagi oleh gigi geraham hingga menjadi partikel kecil yang disebut mamahan. Proses pengunyahan kembali inilah yang disebut ruminasi. Mamahan kemudian ditelan kembali dan dicerna lebih lanjut oleh mikroorganisme khusus dalam rumen, yang terutama bertanggung jawab untuk menguraikan selulosa dan karbohidrat lainnya menjadi asam lemak yang mudah menguap yang digunakan sapi sebagai bahan bakar metabolisme utama mereka. Mikrob di dalam rumen juga menyintesis asam amino dari sumber nitrogen nonprotein, seperti urea dan amonia. Saat mikroba ini berkembang biak di rumen, generasi yang lebih tua mati dan sel-sel mereka terbawa melalui saluran pencernaan dan dicerna sebagian di usus kecil. Hal ini memungkinkan sapi mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi.

Reproduksi

Anatomi sapi betina. 1-rektum, 2- vulva, 3-klitoris, 4-vagina, 5-tulang (bagian dari pelvis), 6-kelenjar susu, 7-puting, 8-serviks, 9-kandung kemih, 10-corong oviduk, 11-ovarium, 12-tanduk rahim, 13-oviduk, 14-ambing

Selain kawin secara alami, pada sapi juga dilakukan inseminasi buatan (IB) untuk pemuliaan hewan. Teknik IB dilakukan dengan menempatkan semen dari sapi jantan ke dalam rahim sapi betina pada masa estrus. Masa kebuntingan pada sapi berlangsung sekitar sembilan bulan. Terkadang, terjadi kesulitan melahirkan yang disebut distokia. Di beberapa daerah di Indonesia, anak sapi yang baru lahir disebut pedet. Secara alami, pedet akan menyusu selama 7 hingga 8 bulan sebelum disapih.[6] Namun, pedet sudah bisa disapih sejak berumur dua bulan, misalnya ketika induknya digunakan sebagai sapi perah.[7] Ambing sapi memiliki dua pasang kelenjar susu sehingga terdapat empat kuarter.

Sapi jantan memiliki penis fibroelastis. Karena hanya ada sedikit jaringan erektil, tidak ada pembesaran yang signifikan ketika seekor sapi ereksi. Penis mereka cukup kaku saat tidak ereksi dan menjadi lebih kaku saat ereksi. Penonjolan tidak banyak dipengaruhi oleh ereksi, tetapi lebih karena relaksasi otot retraktor penis dan pelurusan fleksura sigmoid.[8]

Rumpun

Sebagaimana hewan lainnya, sapi juga terdiri atas berbagai macam rumpun. Di antara ratusan rumpun, sapi friesian-holstein merupakan rumpun sapi yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu di 128 negara.[9] Suatu rumpun dapat terbentuk secara alami maupun campur tangan manusia sehingga terbentuk rumpun campuran. Teknologi seperti inseminasi buatan dan fertilisasi in vitro memungkinkan manusia untuk memperoleh kombinasi rumpun sapi sesuai dengan yang diinginkan. Transfer embrio pada sapi dilakukan dengan memindahkan sel telur yang telah dibuahi dari sapi dengan karakter unggul kepada sapi betina lain untuk dirawat dalam kandungan dan dilahirkan.[10] Metode ini membuat rumpun sapi tertentu dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.[11]

Nilai ekonomi

Manusia memelihara sapi untuk mengambil produknya dan menggunakan tenaganya. Berdasarkan manfaat yang diambil, sapi peliharaan dapat digolongkan menjadi sapi potong, sapi perah, dan sapi pekerja. Biasanya, rumpun sapi tertentu cenderung dimanfaatkan untuk hal tertentu, misalnya sapi limousin merupakan sapi pedaging sedangkan sapi holstein merupakan sapi perah. Selain daging dan susu, bagian tubuh sapi yang bernilai ekonomis yaitu kulit, tanduk, dan tinjanya.

Peternakan sapi dapat dilakukan secara ekstensif (di luar) maupun intensif (di kandang). Pada peternakan ekstensif, sapi dibiarkan berkeliaran di lahan penggembalaan; sedangkan pada peternakan intensif, sapi dipelihara dalam kandang dan semua kebutuhannya disediakan oleh manusia. Peternakan intensif yang dilakukan untuk kebutuhan industri disebut peternakan pabrik. Sistem pemeliharaan ekstensif dan intensif dapat dikombinasikan, misalnya pada peternakan keluarga yang sapi-sapinya kadang dibiarkan mencari makan sendiri dan kadang diberikan pakan yang telah disiapkan. Sistem campuran ini disebut peternakan semi-intensif.

Galeri

Catatan

  1. ^ B. primigenius dinyatakan tidak valid oleh ITIS, tetapi pada tahun 2003 Komisi Internasional Tatanama Zoologi mempertahankan 17 nama spesies hewan primitif liar yang dianggap moyang bentuk domestik, termasuk sapi. Nama B. primigenius taurus tetap dapat dipakai untuk sapi ternak, bersama-sama dengan B. taurus.

Referensi

  1. ^ a b Linné, Carl von; Salvius, Lars (1758). Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae: secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Holmiae: Impensis Direct. Laurentii Salvii,. doi:10.5962/bhl.title.542. 
  2. ^ Bojanus, L.H. (1827). "De Uro nostrate ejusque sceleto Commentatio: Scripsit et bovis primigenii sceleto auxit". Nova Acta Academiae Caesareae Leopoldino Carolinae Germanicae Naturae Curiosorum. 13 (2): 413–478. 
  3. ^ "ITIS Standard Report Page: Bos taurus". Itis. Diakses tanggal 14 Desember 2019. 
  4. ^ "Cattle Terminology". experiencefestival.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2008. 
  5. ^ "Exercise Sapi Pejantan di BPPIBT Sapi Potong Ciamis". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. 10 Februari 2020. Diakses tanggal 26 Desember 2021. 
  6. ^ "Beef cattle: weaning of calves". nda.agric.za. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-15. Diakses tanggal 15 Desember 2019. 
  7. ^ "Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. 4 Desember 2019. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  8. ^ Reece, William O. (2009). Functional anatomy and physiology of domestic animals (edisi ke-4). Ames, Iowa. ISBN 978-0-8138-1451-3. OCLC 254528491. 
  9. ^ Organisasi Pangan dan Pertanian (2007). The State of the World's Animal Genetic Resources for Food and Agriculture-in brief (PDF). Roma: Organisasi Pangan dan Pertanian. hlm. 12. 
  10. ^ Yunan (22 Agustus 2012). Yunan, ed. "Transfer Embrio Bantu Perbanyak Keturunan Sapi". Kompas.com. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  11. ^ "Transfer Embrio". LIPI. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 

Pranala luar