Lompat ke isi

Kue putu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Maret 2023 15.19 oleh Wie146 (bicara | kontrib) (Sejarah: revisi, +ref)
Kue putu dan klepon
Kue putu di daun pisang
Putu bugis terbuat dari ketan hitam
Kue putu dengan isi gula jawa

Kue putu (dari bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦸ, translit. puthu; IPA: [puʈu]) adalah jenis kudapan tradisional Indonesia berupa kue dengan isian gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.

Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Sedangkan dalam varian Putu Bugis (berasal dari Sulawesi Selatan), biasanya kue dibuat menggunakan bahan seperti beras ketan hitam tanpa gula sehingga menghasilkan warna kue putu yang gelap cenderung hitam. Putu Bugis biasanya dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal, serta hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis.

Melalui diaspora Jawa dan Bugis, kue putu juga dipopulerkan ke negara lain oleh orang Jawa dan Bugis, seperti ke Singapura dan Malaysia.

Etimologi

Secara etimologi, istilah "putu" dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦸ, translit. puthu yang berakar dari istilah kuno bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦺꦴꦤ꧀, translit. puthon yang berarti "bundar" atau "lingkaran", merujuk kepada bentuk rongga buluh bambu yang digunakan dalam proses pembuatan kue putu bambu. Dalam bahasa Indonesia, Bali, dan Tagalog, varian kue putu bambu juga dikenali dengan istilah "putu bumbung", "puthu bumbung (ᬧᬸᬝᬸ​ᬩᬸᬫ᭄ᬩᬸᬂ)", dan "puto bumbong (ᜉᜓᜆᜓ ᜊᜓᜋ᜔ᜊᜓᜅ᜔)" secara berurutan yang berakar dari isilah dalam bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦸ​ꦧꦸꦩ꧀ꦧꦸꦁ, translit. puthu bumbung yang bermakna "kue isian (gula jawa) yang dibuat menggunakan buluh".

Dalam masyarakat Bali, "putu" (ᬧᬸᬢᬸ) merupakan nama keluarga non-bangsawan kasta sudra yang menunjukkan urutan silsilah pertama dalam keluarga inti. Kasta sudra dikenali sebagai kaum yang memiliki mata pencaharian dasar yang dapat berupa sebagai pedagang atau penjual makanan, diperkirakan istilah "kutu putu" juga berangkat dari perkataan ini, yang bermakna "kue yang dijual oleh Putu".

Sejarah

Nama penganan "puthu" telah tercantum dalam kitab Serat Centhini yang diterbitkan pada tahun 1814. Dalam kitab 'ensiklopedia' kebudayaan Jawa itu, di antaranya diceritakan perihal Jamal dan Jamil yang jajan membeli beberapa jenis makanan di Desa Wanamarta: srabi, puthu, jĕnang, sĕga-ramĕs pindhang (pupuh 350:111).[1] Kemungkinan, aneka penganan ini memang telah biasa dijual di perdesaan Jawa sejak masa-masa sebelumnya, yakni abad ke XVIII.

Penyebutan puthu juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Dituliskan pada bagian lain, Nyai Sumbaling dan Centhini menyuguhkan kudapan setelah shalat Subuh. Antara lain disebutkan teh, kopi, yang disertai penganan seperti gemblong, lempeng, kolak ketan, juwadah, jĕnang, ledre isèn, bikang, puthu, glali-sutra, jĕnang-caca, serabi, kupat mujid, pisang kuning bakar, dan dendeng gepuk bakar (pupuh 355:96-97).[2]

Varian

  1. Putu Ayu Gula Jawa[3]
  2. Putu Ayu Ketan Hitam[3]
  3. Putu Ayu Bihun [3]
  4. Putu Mayang[4]
  5. Putu Pesse[4]
  6. Putu Cangiri[4]
  7. Putu Keju[4]

Referensi

  1. ^ Ranggasutrasna, R.Ng. dkk. (1814). Serat Suluk Tambangraras (Serat Centhini) Jil. V: 138 (350:111)
  2. ^ Ranggasutrasna dkk. op. cit. Jil. V: 224 (355:96-97)
  3. ^ a b c mirai. "4 Resep Kue Putu Ayu Legendaris yang Lembut dan Enak – GOODMINDS.ID" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-26. 
  4. ^ a b c d "Kue Putu Nggak Hanya Dikukus Dalam Bambu Saja, Ini 5 Lainnya -..." www.grid.id. Diakses tanggal 2020-08-26. 

Pranala luar