Lompat ke isi

Muhammad Arsyad al-Banjari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Sayyid Ja'far Ash-Shadiq Al-'Aydarus)
Kun-yahAba Syarifah
NamaSyaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Sayyid Ja'far Ash-Shadiq Al-'Aydarus)
Nisbah[Alawiyyin [Banjar
KebangsaanNusantara

Al 'Alimul Al'Allamah Al'Aarif Billah Al Bahrul'Ulum Al Waliyullah Al Quthbul Akwan Asy Syaikh As Sayyidi Al Habib Al Mukaram Maulana Muhammad Arsyad Bin Abdullah Al Hindi Al Jawi Asy Syafi'i (bahasa Arab: العالم العلامة العارف بالله البحر العلوم الوالي الله القطب الأكوان الشيخ السيد الحبيب المكرام مولانا الشيخ محمد أرشد بن عبد الله

الهندي الجاوي الشافعي) atau lebih dikenal dengan nama Syaikh Muhammad Arsyad Banjar, lahir di Lok Gabang, Astambul, Banjar pada 17 Maret 1710 Masehi, wafat di Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar pada 3 Oktober Masehi adalah ulama bidang fiqih Mazhab Syafi'i yang berasal dari kota serambi mekkah Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan. Dia hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Dia disebut juga Tuan Haji Besar dan mendapat julukan anumerta dari Kesultanan Banjar.[1]

Beliau adalah pengarang Kitab Fiqh Agung Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi pemeluk Agama Islam bermadzhab Imam Syafi'i di Asia Tenggara, dan menjadi referensi keilmuan di Universitas Al Azhar Mesir serta pegangan ibadah umat Islam bermadzhab Imam Asy-Syafi'i seluruh dunia.[2][3][4]

Hubungan dengan Kesultanan Banjar

Pada waktu dia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.

Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

Pengajaran dan bermasyarakat

Makam Datu Kalampayan yang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.

Di samping mendidik, dia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tetapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

Karya-karyanya

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, di antaranya ialah:[5]

Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul Makrifah.

Beberapa nama kitab karangannya juga menjadi nama beberapa masjid di Kalimantan Selatan, seperti Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid Jami Tuhfaturraghibin Alalak atau Masjid Kanas, dan Masjid Tuhfaturraghibin Dalam Pagar, Martapura.

Zuriyat dan Keturunan

Muhammad Arsyad Al Banjari menikah dengan 11 perempuan, yaitu :

  • Dari istri Tuan Bajut, mempunyai anak :
    • ♀ 1-Syarifah Al-Banjari
      • ♂ Muhammad As'ad
        • ♂ Abu Thalhah
        • ♂ Abu Hamid
        • ♂ Ahmad (Datu Balimau)
        • ♂ Muhammad Arsyad
        • ♂ Sa'duddin (Datu Taniran)
          • ♂ H. Abdul Qadir
            • ♂ H. Athailah
    • ♀ 2-Aisyah Al-Banjari
  • Dari istri Tuan Bidur, mempunyai anak :
    • 3- Qadhi H.Abu Su'ud Al- Banjari
      • Shafiah
      • Aisyah
      • Aminah
      • H.M. Said Jazuli Nambau
        • Aisyah
        • Hafsah
        • M.Ramli
        • Anang Acil ( Anang Jemain )
        • Diang Kembar
        • Diang Kacil
          • H. Abdul Wahab
          • H. Abdussamad, Qadhi Kandangan
          • H. Abdul Karim Mekkah
      • H. Mas'ud
        • H.M.Thoyib
        • Sairah
        • H.M. Zein Halim Kedah
        • H. Bahauddin
    • 4-Sayyidah Al-Banjari
    • 5-Syekh Qadhi H.Abu Na'im Al-Banjari
    • ♂ 6-Khalifah H.Syihabuddin Al-Banjari
      • ♂ H. Abdul Jalil
        • ♂ H. Abbas Kandangan
      • ♂ H. Muhammad Thahir
  • Dari istri Tuan Lipur, mempunyai anak :
    • ♂ 7-Abdul Manan Al-Banjari
    • ♂ 8-H.Abu Najib Al-Banjari
    • ♂ 9-Al Alim Al Fadhil H.Abdullah Al-Banjari
    • ♂ 10-Abdurrahman Al-Banjari
    • ♂ 11-Al Alim Al Fadhil H.Abdurrahim Al-Banjari
  • Dari istri Tuan Guwat,Istri Dari Keturunan China Tuan Go Hwat Nio mempunyai anak :
    • 12-Asiyah Al-Banjari
      • H. Mahmud
        • Syekh Abdullah Wujud Mekkah
          • Syekh Ali Al-Banjari Mekkah
            • Abuya H. Husein Martapura
        • Aisyah
          • H. Muhammad Balimau
        • H. M Nur
        • H. Abdullah
          • H. Ali Mekkah
            • H. Atha
            • H. Husein
        • H. M Amin
        • H. Salman Al Farisi
    • 13-Khalifah H.Hasanuddin Al-Banjari
      • H. Muhammad Sholeh
        • H. Abdullah Khotib
          • H. Muhammad Amin
            • H. Muhammad Ramli
              • H. Mahfudz Amin ( Pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih)
              • H. Abdul Aziz
      • H.M Khalid
        • H. M. Yusuf
          • Iyang
        • H. Abdullah
    • 14-Khalifah H.Zainuddin Al-Banjari
    • 15-Rayhanah Al-Banjari
    • 16-Hafshah Al-Banjari
    • 17-Mufti H.Jamaluddin Al-Banjari
  • Dari istri Tuan Turiyah, mempunyai anak :
    • 18-Nur'aini Al-Banjari
    • 19-Rahmah Al-Banjari
    • 20-Hawa Al-Banjari
  • Dari istri Ratu Aminah binti Pangeran Thaha, mempunyai anak :
    • 21-Mufti Pangeran H. Ahmad (Mufti H. Ahmad)
    • 22-Shafiyyah Al-Banjari
    • 23-Shafura Al-Banjari
    • 24-Maimun Al-Banjari
    • 25-Sholehah Al-Banjari
    • ♂ 26-Pangeran H.Muhammad Al-Banjari
      • ♂ H. Jalaluddin
        • ♂ H. Syamsuddin
          • ♂ H. Abdullah (Haji Legher Pontianak) + ♀Hj. Maimunah binti M.Tarif
            • ♂ H. Sanusi + ♀Hj. Hasnah binti Abdullah bin M.Tarif
              • ♂ Ahmad
              • ♂ H. Rahmat
              • ♀ Zubaidah
              • ♀ Hj. Salmah
              • ♀ Rajenah
              • ♀ Halimah
    • 27-Maryam Al-Banjari
  • Dari istri Tuan Palung, mempunyai anak :
    • 28-Salman Al-Farizi Al-Banjari
    • 29-Salamah Al-Banjari
    • 30-Salim Al-Banjari
      • Siti Khadijah
        • H. M Sa'ad
          • H. M Said
      • H. M Thoyib
      • H. Muhammad
  • Dari istri Tuan Kadarmanik, Tuan Markidah, Tuan Liyyuhi dan Tuan Dayi tidak mempunyai anak.
  1. Haji Mohamed Sanusi Bin Mahmood, mantan mufti pertama Singapura tahun 1969-1972, mantan Presiden Mahkamah Syariah Singapura, mantan ketua penasihat ehwal agama Persekutuan Seruan Islam Singapura.[6][7]
  2. Husein Kedah al-Banjari, mufti kerajaan negeri Kedah, Malaysia.
  3. Djazouly Seman, ulama Banjar, Kalimantan Selatan
  1. dan masih banyak lagi

Kekerabatan dengan Sultan Banjar

Kekerabatan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dengan Sultan Banjar.[8] Sultan yang memerintah saat itu, Sultan Tamjidillah I (1745-78), sangat menghormatinya, dan mengawinkannya dengan salah seorang kerabat dekatnya, Ratu Aminah, anak dari Pangeran Thaha, saudara sepupu Sultan Tamjidillah I, yang menjadikannya sebagai kerabat Kesultanan Banjar.[9]

KESULTANAN BANJAR
* ♂ Sultan Tahlil-lillah
↓ (berputra)
SULTAN BANJAR
  • Sultan Tahmidillah I[10]
↓ (berputra)
  • Sultan Tamjidillah I
↓ (berputra)
  • Sultan Tahmidillah II/Sulaiman Saidullah I + ♀ Putri Lawiyah binti Tahmidu-Billah
↓ (berputra)
  • Sultan Sulaiman Saidullah II
↓ (berputra)
  • Pangeran Singasari
↓ (berputra)
  • Pangeran Haji Abu Bakar
↓ (berputra)
  • Pangeran Umar
↓ (berputra)
  • Pangeran Jumberi
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  1. ♀ Hj. Gusti Dhia Karima
  2. ♂ H. Gusti Dhia Hidayat
↓ (berputra)
  • ♂.....
PANGERAN BANJAR
  • Pangeran......
↓ (berputra)
  • Pangeran Thaha + ♀ Ratu Salimah
↓ (berputra)
  • Ratu Aminah + ♂ Syekh Muhammad Arsyad
↓ (berputra)
  • Pangeran Ahmad
↓ (berputra)
  • Pangeran Muhammad
↓ (berputra)
  • Antung Aminah
↓ (berputra)
  • Arabiah
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  • ♂.....
↓ (berputra)
  • ♂.....

|}

Lihat pula

Referensi

Bacaan lanjutan

  • Muslich Shabir. Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tentang zakat: suntingan teks dan analisis intertekstual. Nuansa Aulia, 2005. ISBN 9799966205, ISBN 9789799966209.

Pranala luar