Lompat ke isi

Generasi Z

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Juli 2023 10.27 oleh Wagino 20100516 (bicara | kontrib) (menambah kotak navigasi)

Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) Generasi Z lahir pada tahun 1997-2012. [2][pranala nonaktif permanen]

Sejarah

Menurut teori ilmu sosiologi, para sosiolog membagi generasi manusia modern dalam beberapa era generasi, yaitu:

Generasi Perang

Generasi Perang adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir pada masa-masa perperangan. Ada 3 generasi perang yang umum, yaitu:

Generasi Perang Klasik

Generasi Perang Klasik adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1648 sampai dengan tahun 1860 masehi.

Generasi Perang Klasik merupakan generasi perang yang sangat ditentukan oleh kekuatan pasukan dalam bentuk jumlah prajurit, persenjataan dan keahlian, serta pengalaman dalam bertempur secara frontal berhadapan. Contoh paling sederhana dari Generasi Perang Klasik ini adalah Perang Napoleon yaitu ketika bangsa Prancis melakukan ekspansi di daratan Eropa.[1]

Generasi Perang Dunia I

Generasi Perang Dunia I adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1860 sampai dengan tahun 1918 masehi.

Pada Perang Dunia I merupakan generasi yang lahir pada awal permulaan hingga berlangsungnya Perang Dunia I. Ciri dari Generasi Perang Dunia I ini ialah generasi yang menerapkan konsep perang dengan daya tembak yang terkendali secara terpusat, terperinci dan teratur bagi infantri, tank dan artileri yang menekankan pentingnya peran komandan dalam pertempuran. Doktrin yang sangat ditekankan dalam Generasi Perang Dunia I ini adalah “the artilery conquers, the cavalry as the attackers and the infantry occupies.” Selanjutnya motto yang berkembang dalam Generasi Perang Klasik dan Generasi Perang Dunia I adalah “close and destroy”.[1]

Generasi Perang Dunia II

Generasi Perang Dunia II adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir pada masa Perang Dunia II, yaitu lahir dalam rentang tahun 1939 sampai dengan tahun 1945 masehi.

Ciri Generasi Perang Dunia II ini adalah generasi yang menerapkan konsep perang dengan mengutamakan kecepatan, spontanitas, kekuatan mental serta fisik prajurit. Dalam strategi ini, kedisiplinan prajurit dalam bertempur akan menentukan hasil yang dicapai dan bukan menentukan cara bertempur. Maka pada Generasi Perang Dunia II, insiatif prajurit maupun komandan lapangan menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada komando atas. Selanjutnya desentralisasi dan insiatif yang berasal dari Generasi Perang Dunia II memunculkan strategi baru dalam perang, yaitu interoperability strategy dalam membangun sinergitas dan komunikasi pertempuran dengan dukungan perangkat teknologi modern.[1]

Generasi Pasca Perang Perang Dunia II

Generasi Pasca Perang Dunia II adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir pasca perang dunia II, tidak ada rentang tahun yang pasti terhadap generasi ini, pendapat umum menyatakan bahwa Generasi Pasca Perang Dunia II merupakan orang-orang yang lahir setelah Perang Dunia II berakhir. Sejak Munculnya Teori Generasi (Bahasa Inggris: Generation Theory), dunia diperkenalkan dengan beberapa istilah baru mengenai karakter dari berbagai generasi, yang dijabarkan sebagai berikut:

Generasi Era Depresi

Generasi Era Depresi adalah generasi yang didefenisikan sebagai orang-orang yang lahir sebelum dan setelah perang dunia I dan II, yang mengalami depresi atau stress akibat kondisi yang terjadi pada masa tersebut. Selain itu, menurut para sosiolog, Generasi Era Depresi juga dinamakan sebagai generasi era 70-an, dimana pada masa itu merupakan sebuah era kekalahan yang mematahkan semangat ketika Generasi Baby Boomers menyadari bahwa meskipun mereka telah berusaha menemukan jati diri, melakukan yang mereka inginkan, dan mencari kesadaran batin di level yang lebih tinggi, mereka masih tak mengetahui jati diri mereka sendiri. Berbulan - bulan meditasi spiritual tampaknya tidak membangkitkan pemikiran yang mengubah hidup, gerakan perdamaian tidak menghasilkan perdamaian, dan generasi hipster telah menghilang.[2] Setelahnya, era 80-an, generasi ini menjadi lebih stabil dalam kondisi kesehariannya.

Generasi Baby Boomer

Generasi Baby Boomer adalah generasi yang lahir pasca perang dunia II, dengan rentang tahun lahir 1946 - 1964. Generasi ini lahir akibat tingginya angka kelahiran setelah perang dunia II. Generasi Baby Boomer dibedakan atas dua generasi yaitu Generasi Baby Boomer I dimana generasi ini merupakan generasi awal munculnya Generasi Baby Boomer, tepatnya setelah berakhirnya Perang Dunia II dan Generasi Baby Boomer II dimana generasi ini merupakan kelanjutan dari Generasi Baby Boomer I.

Generasi Baby Boomer memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.[3] Generasi ini diramalkan sebagai generasi yang akan menggebrak dunia karena memiliki kemapanan dalam hal ekonomi hingga kesehatan dan gaya hidup pada usia produktif mereka.

Generasi X

Generasi X adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1965 sampai dengan 1980 masehi. Generasi ini terlahir pada masa gejolak dan transisi global seperti era Perang Dingin antara blok barat yang dikomandoi Amerika Serikat dan blok timur yang dikomandoi Uni Soviet, Perang Vietnam antara pasukan Vietkong yang berhaluan komunis dengan pasukan Vietnam Selatan yang dikomandoi Amerika Serikat, serta Revolusi Tenteram yang menandakan jatuhnya tembok Berlin dan bersatunya Jerman Timur dan Jerman Barat.

Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan datanya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari oleh orang - orang pada masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja.[3]

Xennials. Lahir antara tahun 1975-1985. Usianya saat ini yang termuda 38 tahun dan yang tertua 48 tahun. Istilah Xennials adalah paduan nama Generasi X dan Millenial untuk menggambarkan individu-individu yang lahir selama tahun puncak Generasi X / Millenial pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Generasi ini disebut juga generasi mikro yang berfungsi sebagai jembatan antara ketidakpuasan Gen X dan optimisme Millennials. Gen ini mengadopsi berbagai media sosial , cenderung lebih calm down dan natural dalam menggunakan media social. Generasi Xennials memiliki dua kepribadian yaitu sinis dan kaku, namun mereka juga memiliki sikap optimistis. Xennials memanggil teman mereka melalui telepon rumah saat masa kecil dan remaja, masih merasakan sensasi mengobrol menggunakan telepon kabel. Xennials masih mengingat masa-masa transisi yang dialami dalam penggunaan berbagai fitur dari aplikasi tersebut, namun lebih mudah mengadaptasi teknologi baru.

Generasi Xennilas masih menyukai bentuk tulisan tangan, peduli terhadap keseimbangan kerja dan kehidupan yakni fokus pada pekerjaan, namun memberikan batasan karena tidak ingin pekerjaan menggangu kehidupan pribadi.

Milenial

Generasi Milenial adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1981 sampai dengan 1996 masehi. Generasi ini disebut juga dengan sebutan generasi Y, yang sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games, dan smartphone.

Ungkapan Generasi Milenial mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging. Mereka juga suka main game online.[3]

Didalam generasi millenial terdapat banyak sekali problema seperti quarter life crisis.

Gen Z

Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan Milenial.

Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Milenial, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.[3]

Gen Alpha

Gen Alpha adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 2013-2025. Generasi yang lahir sesudah Generasi Z.

Melihat dari banyaknya pimpinan. baik itu negara maupun perusahaan, generasi X masih mendominasi. Sementara itu generasi Y masih menggeliat, mencari kemapanan dalam bidang pekerjaan maupun pribadi, tidak dipungkiri beberapa sudah menjadi pimpinan sebuah perusahaan sejak usia muda. Generasi Z yang merupakan keturunan dari generasi X dan baby boomer, sekarang ini merupakan anak-anak muda yang rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di antaranya sudah mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar terutama dari bidang seni.[3]

Defenisi Lain

Sampai tahun 2012, ketika jurnalis Bruce Horovitz mengenalkan istilah Generasi Z, rentang umur yang digunakan masih belum jelas. Setelahnya, tahun 2014, istilah ini mulai sering dipakai usai presentasi dari agen pemasaran Sparks and Honey, dimana rentang umur yang dipakai untuk mendeskripsikan Generasi Z adalah anak-anak yang lahir tahun 1995 sampai tahun 2010.[4]

Badan statistik Kanada menghitung Generasi Z mulai dari anak-anak yang lahir pada 1995 sampai 2011.[5] McCrindle Research Centre di Australia menyebut Generasi Z sebagai orang-orang yang lahir pada 1995 sampai 2009.[6] MTV lain lagi: mendefinisikan generasi itu sebagai orang-orang yang lahir selepas Desember 2000.[7]

Karakteristik

Adapun karakteristik dan ciri - ciri umum Generasi Z adalah.[3][8]

• Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Anggota generasi Z tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial. Ketika iPhone dirilis pada 2007, anggota tertua dari generasi ini baru berusia 11 tahun dan anggota bungsu belum dilahirkan. Mereka mengetahui semua seluk-beluk teknologi. Bahkan, kemampuan teknologi mereka seakan bawaan dari lahir

• Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp, telegram, instagram, atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.

• Ketika platform seperti Facebook dan Twitter pertama kali keluar, millennial dan generasi yang lebih tua menggunakannya tanpa memikirkan dampak. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mengumbar hidup di mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen.

• Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.

• Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Tanpa diragukan lagi, generasi Z akan menjadi generasi yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis minoritas. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya.

• Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.

• Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas. Tentu saja, mereka ingin membuat perbedaan, tetapi hidup dan berkembang adalah lebih penting.

• Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.

• Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini. Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah dari Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka.

• Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan generasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka.

Generasi Z di Indonesia

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 menyebutkan bahwa Generasi Z adalah penduduk yang lahir tahun 1997-2012 dengan perkiraan usia saat ini 11-26 tahun.[9] Generasi Z tersebut sudah beranjak dewasa, mencari dan memiliki pekerjaan, melihat peralihan rezim orde baru ke rezim reformasi, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari seperti ekonomi, politk, sosial, budaya, agama dan lainnya.[4]

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Consumer & Media View Diarsipkan 2017-10-15 di Wayback Machine. pada Q2 2016 pada Generasi Z di 11 kota Indonesia terhadap 3 media utama yang digunakan Generasi Z yaitu TV, Internet, dan Radio, didapatkan hasil survey sebagai berikut:[10]

Mayoritas Generasi Z Menonton TV Akhir Pekan

Data Nielsen TV Audience Measurement pada periode April - Juni 2016 menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih banyak menonton televisi pada waktu pagi di akhir pekan. Dalam lima tahun terakhir, Program Serial masih merupakan genre yang paling banyak ditonton oleh Generasi Z, namun peningkatan penonton terjadi untuk genre Program Anak dan Hiburan. Tahun ini anak-anak menyukai Film Televisi (disingkat: FTV), terlihat dari tingginya rating yang diperoleh beberapa judul FTV dalam periode April - Juni 2016 pada penonton usia 10 - 14 tahun ini seperti Pangeran di Kandang Bebek yang mendapatkan rating 6,6 dan Mengejar Cinta Dosen Cantik dengan rating 5,8. Penonton remaja lebih memilih tayangan yang beragam tak hanya FTV, tetapi juga program Olahraga dan Hiburan.[10]

Generasi Z Selalu Terhubung Dengan Internet

Sebagai generasi yang terlahir pada era digital, akses internet telah menjadi kebutuhan bagi Generasi Z. Bila lima tahun lalu Warung Internet (Warnet) merupakan tempat utama bagi anak-anak (81%) dan remaja (56%) untuk mengakses internet, pada tahun ini Warnet tergantikan oleh rumah, dimana 49% anak-anak dan 62% remaja mengakses internet dari rumah mereka. Angka tersebut meningkat dari 7% pada anak-anak dan 9% pada remaja. 93% anak-anak dan 97% remaja menyatakan mereka mengakses internet melalui perangkat mobile mereka seperti smartphone atau iPad. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh Generasi Z dengan internet ini adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik.[10]

Radio Masih Memiliki Tempat di Hati Generasi Z

Meskipun Televisi dan Internet menjadi media favorit bagi Generasi Z, namun tidak sedikit dari anak-anak dan remaja yang masih mendengarkan radio. Temuan Nielsen Radio Measurement kuartal kedua tahun ini menunjukkan bahwa tingkat penetrasi Radio pada konsumen Generasi Z adalah 20% keatas, dengan tertinggi di kota Palembang dengan 98%. Dari sisi waktu mendengarkan radio, anak-anak di Surakarta menghabiskan waktu terbanyak dengan rata-rata 159 menit per hari; dan untuk remaja terbanyak di Denpasar dengan rata-rata waktu 155 menit per hari. Mereka lebih banyak mendengarkan radio melalui perangkat mobile – Remaja 39% dan Anak-anak 20% - dan lagu Pop Indonesia merupakan genre lagu yang paling disukai oleh remaja (57%) dan Anak-anak (46%).[10]

Selain itu, Generasi Z juga adalah pengunjung bioskop yang setia. Di 11 kota yang disurvei Nielsen, rata-rata anak-anak pergi ke bioskop 9 kali dalam satu tahun, dan remaja 11 kali dalam satu tahun. Dengan kata lain, hampir setiap bulan mereka pergi menonton di bioskop. Olahraga merupakan kegiatan yang paling disukai anak-anak (48%) dan remaja (44%). Kegiatan berikutnya yang paling disukai adalah menonton TV, yaitu 38% pada anak-anak dan 32% pada remaja, dan mendengarkan musik dengan 17% pada anak-anak dan 25% pada remaja. 11% anak-anak menyatakan bahwa kegiatan yang mereka sukai setelah mendengarkan musik adalah membaca buku. Sementara itu, setelah mendengarkan musik, remaja lebih suka menjelajah internet (17%).[10]

Temuan diatas menunjukkan bahwa Genersi Z masih dapat dijangkau oleh media, termasuk media tradisional. Televisi, Internet dan Radio merupakan media utama yang mereka konsumsi. Selain penetrasi TV terrestrial masih yang tertinggi (diatas 95% pada anak-anak dan remaja), penetrasi TV berbayar juga mencapai 10%. Pola konsumsi internet juga memperlihatkan peningkatan dalam lima tahun terakhir, dimana pada kuartal kedua 2016 penetrasi internet pada anak-anak adalah 45% - meningkat 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 – dan pada remaja adalah 81% - meningkat 29% dibandingkan dengan kuartal kedua 2011. Rata-rata remaja menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk mengkonsumsi internet (2 jam 29 menit) dan radio (2 jam 20 menit), sementara anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu dengan 1 jam 37 menit untuk internet dan 1 jam 45 menit untuk radio.[10]

Menurut Hellen Katherina, Executive Director, Head of Watch Business, Nielsen Indonesia "Gen Z adalah masa depan, karena itu penting bagi para pelaku industri untuk memahami perilaku dan kebiasaan mereka. Lahir pada era digital, Gen Z memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, dan bahkan pada usia yang sangat muda mereka sudah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan membeli dalam keluarga. Pemahaman mengenai perilaku dan kebiasaan mereka dalam mengkonsumsi media akan membuka peluang bagi para pemilik brand dan pemasar untuk dapat membangun hubungan jangka panjang dengan mereka."[10]

Generasi Z di Indonesia juga sering disebut sebagai Generasi Micin karena serba instan.

Referensi