Lompat ke isi

Kepaksian Sekala Brak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Juli 2023 19.53 oleh Mexjhon (bicara | kontrib) (Ringkasan pengembangan)

Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan bercorak Islam di wilayah Lampung sekarang yang berdiri sekitar abad ke-13.[1][2]

Sejarah

Dahulu penduduk Lampung awalnya beragama Animisme yang diperkirakan telah ada pada sebelum abad ke-3—abad ke 7 yang didirikan oleh Suku Tumi. Pada tahun 1883 M, terjadi ledakan besar Gunung Krakatau letusan paling mematikan dalam peradaman dunia [3]. Pada saat itu terjadi langit yang gelap, suhu lingkungan menurun dan terbentuknya selat Sunda, Indonesia.

  • Pada abad ke 7, daerah ini pernah di perintah oleh Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti hujung langit Sriwijaya yang ditemukan di Lampung Barat.
  • Pada abad ke 12, sebagian wilayah Ini kerajaan melayu di Darmasraya di pulau Sumatra, dikuasai Singosari, dengan adanya Ekspedisi Pamalayu.[4]
  • Pada abad ke 12-13, kerajaan ini mulai mengadopsi agama Islam yang dibawa oleh empat utusan Kerajaan Pagaruyung.[5] lalu Mendirikan Kepaksian Sekala Brak, dan akhirnya terbagi menjadi 4 wilayah kepaksian.
  • Pada abad ke 13-14, wilayah bekas bawahan Majapahit di Sumatra, kerajaan Siguntur kemudian didirikan Kerajaan Pagaruyung.
  • Pada abad ke 19, wilayah ini ditaklukkan oleh VOC.

Aksi Sekala Brak masih mewariskan keturunan hingga saat ini melestarikan adat dan budaya Sekala Brak. [6].

Pancuran Tujuh

Salui pitu merupakan peninggalan raja dan sultan di gedung dalam, sama seperti sumur tujuh di puncak gunung pesagi, Awalnya kerajaan dipimpin oleh seorang raja kepada sultan kepakaian yang membuat isi negeri makmur, sandang pangan melimpah, sultan sangat disayang rakyat[7]. Para raja, sultan, dan keluarga besarnya tinggal di gedung dalom[7]. Sebuah istana panggung yang megah dan luas pada masa itu, yang di halaman belakangnya terhampar sawah, makam, tempat pemandian dan gunung pesagi yang indah ditumbuhi pohon-pohon yang tersusun rapi[7].

Saat ini salui pitu di gunakan sebagai tempat pemandian umum yang dulunya merupakan tempat pemandian putri dan keluarga sultan di gedung dalom yang sangat terkenal dan masih terawat dengan baik[8]. Sumber mata air salui pitu dari atas tepatnya pemakaman Tambak Bata, Pacikh pitu tempat berlangsungnya ritual penobatan saat ini[8]. Pemandian pada bangunan keraton adat gedung dalom terdapat tujuh pancuran yang dalam bahasa Lampung salui berarti pancuran dan pitu berarti tujuh[8].

Pelaksanaan ritual ahir pendekar kepakaian yang dilaksanakan pada malam hari di salui pitu dengan ketentuan lain telah diatur dalam tata adat, keraton ini juga memiliki benteng berupa galian yang mengelilingi gedung dalom yang membentang dari humbahuwong hingga hanibung[9].


Galeri

Referensi

Pranala luar