Kepaksian Sekala Brak
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Kontributor utama artikel ini tampaknya memiliki hubungan dekat dengan subjek. |
Kepaksian Sekala Brak | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1289 Masehi 688 Hijriyah | |||||||||
Panji Syahadatain Al-Liwa | |||||||||
Ibu kota | Liwa Lampung Barat, Lampung, Indonesia | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Indonesia | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Sultan | |||||||||
• Masehi | Mujahid Umpu ratu | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Penaklukan | 1289 Masehi 688 Hijriyah | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||
Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan konversi bercorak Islam di wilayah Lampung sekarang yang berdiri sekitar abad ke-13 Masehi.[1][2]
Kerajaan sekala brak merupakan peradaban inperium maritim sebelum Islam masuk[3]. Sekala brak satu negeri yang terbagi menjadi empat kebesaran yang kemudian dikenal sebagai empat ke khalifahan ialah kepaksian sekala bkhak. khalifah yakni Kerajaan paksi pak sekala brak yang terdiri dari Kepaksian Pernong sekala brak, Buay Belunguh, Buay Bejalan Diway dan Paksi Nyerupa buay nyerupa Sukau, Lampung Barat. Dalam wilayah Lampung diapit oleh 4 gunung, Bukit Barisan, Gunung Pesagi, Gunung Seminung dan Gunung Tanggamus, terletak disebelah kanan perbatasan Lampung, Sumatra Selatan dan Bengkulu[4][5]
Istana kerajaan, Gedung Dalom, yakni pusat pemerintahan tradisional sebagai keraton kepaksian yang terletak disebelah barat jalan lintas Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat ibu kota Liwa Provinsi Lampung, Indonesia[6]
Introduction
Kerajaan sekala brak ialah pradaban pra Islam Sultan yang Dipertuan Iskandar Zulkarnain yang merupakan penguasa mujahid dari tanah pasai di sepanjang pantai utara Sumatra. Tiba-n di Tanah Datar, kukim, lalu setelah didirikannya kerajaan. Dari luhuk nan tuo empat umpu Al-mujahid beranjak ke Mukomuko untuk menyebarkan agama Islam.
Kemudian masuk melihat negeri yang menganut kepercayaan animisme di lereng tengkuk gunung pesagi. Proses dialog pada masanya di bumi sekala brak mereka menempati tempat itu. Salah satu komunitas yang tidak termasuk bagian dari suku tumi yang bisa masuk awal pengaruh untuk masuk Islam dislokasi puncak pesagi kecil disebut "Ranji Pasai" yaitu Sikam Jamma Pasai artinya kami orang pasai, ranji pasai berpihak kepada leluhur.
Setelah berdialog, tidak ditemukan titik temu, akhirnya terjadi perang. Narasi beberapa cerita di bulan bakha, kejadian di bulan bakha saat pelaksanaan upacara dimalam Bulan purnama saat diserang kerajaan sekala brak. Pertempuran yang sangat sengit ahirnya berhasil ditumbangkan melalui titik pertama berdirinya Kerajaan dan Kesultanan Islam yaitu Kepaksian Sekala Brak. Kerajaan Sekala Brak yang telah menunduk dengan raja terahir suku tumi adalah seorang laki-laki bernama Ratu Sekekhumong yang merupakan putra ratu Sangkan dan cucu ratu Muccabawok[7][8].
Secara Politis Kekuasaan kerajaan sekala brak yang menganut ajaran animisme berhasil ditaklukkan ditumbangkan (digulingkan) ditandai dengan terbunuhnya Ratu Sekekhummong menggunakan keris belambangan, sepeninggalan Ratu Sekekhumong di puncak gunung pesagi besar Al-Mujahid, Umpu ratu generasi penerus Iskandar Zulkarnain memotong pohon persembahan belasa kepappang menjadi dua, digunakan sebagai tempat ritual awal Islam di Sumatra dari tanggal 29 Rajab 688 Mujarah Rasulullah, tahun Masehi pada hari Rabu 24 Agustus 1289. Mujahid sepakat di puncak gunung pesagi menjadikan kerajaan sekala brak menjadi satu negeri yang menjadi empat ke khalifahan[9]. Kepaksian Sekala Brak struktur kerajaan, kesultanan yang mencakup sejarah penaklukan kerajaan sekala brak kuno suku tumi, yang memang di miliki oleh semua kerajaan yang pernah atau masih berdiri hingga saat ini[10].
Kepaksian Sekala Brak memiliki nilai tinggi untuk Lampung, karena sekala brak melambangkan pradaban eksistensi Lampung itu sendiri[11].
Jaman kemerdekaan kepaksian sekala brak sebagai sebuah struktur kerajaan adat yang mengikat suatu masyarakat dan wilayah yang dipimpin tertinggi adalah merupakan sebuah sistem struktur adat yang sama dengan struktur adat kerajaan dan beragam sebutannya di Zamrud khatulistiwa (The Emerald of Equator). Para bangsawan kerajaan merespon dengan aktif nuansa kemerdekaan dan ikut memberikan sumbangsih dalam tegak berdirinya Republik Indonesia dan dalam mempertahankannya.
Meskipun sempat mengalami masa penjajahan, kepaksian tetap mampu bertahan melintasi jaman. Pada saat Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 kepaksian menyatukan diri sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerajaan otoritas kepaksian sekala brak menjadi kerajaan Adat, sebuah kesadaran untuk tidak mentotlelir adanya sebuah kerajaan di dalam Negara. Tetapi melanjutkan tradisi kerajaan yang sudah ratusan tahun sebagai payung kebesaran dan pemersatu masyarakat yang terus menerus menggulirkan nilai-nilai kearifan lokal dengan menyerukan nama Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong[12][13]. Paksi pak sekala brak setelah kemerdekaan Indonesia yakni Kepaksian Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Paksi Pak Sekala Brak Buay Nyerupa, Paksi Pak Sekala Brak Buay Belunguh, Paksi Pak Sekala Brak Buay Bejalan diway dengan Lambang Cambai Mak Bejunjungan, sebagai lambang milik dari pada 4 paksi dengan falsapah dan karakter masing-masing[14]
Sejarah
Dahulu penduduk Lampung awalnya beragama Animisme yang diperkirakan telah ada pada sebelum abad ke-3—abad ke 7 Masehi yang didirikan oleh kerajaan sekala brak yakni Suku Tumi. Pada tahun 1883 M, terjadi ledakan besar Gunung Krakatau letusan paling mematikan dalam peradaban dunia [15]. Pada saat itu terjadi langit yang gelap, suhu lingkungan menurun dan terbentuknya selat Sunda di, Indonesia.
- Pada abad ke-7 M sampai abad ke-13 Masehi diperkiraka 1288 M, daerah ini pernah di perintah oleh Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti hujung langit Sriwijaya yang ditemukan di Lampung Barat.
- Pada abad ke-12 M hingga ke-13 Masehi, sebagian wilayah Ini kerajaan melayu di Darmasraya di pulau Sumatra, dikuasai Singosari, dengan adanya Ekspedisi Pamalayu.[16]
- Pada abad ke-12 sampai dengan ke-13 Masehi, kerajaan ini mulai mengadopsi agama Islam yang dibawa oleh empat utusan Ampu Kerajaan Pagaruyung.[17] lalu Mendirikan Kepaksian Sekala Brak, dan akhirnya terbagi menjadi 4 wilayah kebesaran kepaksian awal di Grdung Dalom mewujudkan Lamban Gedung Buay Belungh, Lamban Dalom Buay Bejalan Diwai, Gedung Pakuwon Paksian Buay Nyerupa, pada tahun 828 Mujjarad Rasulullah SAW pembagian wilayah di kukuhkan.
- Pada abad ke-13 Masehi sampai ke-14 M, wilayah bekas bawahan Majapahit di Sumatra, kerajaan Siguntur didirikan dari tahun 1250 Masehi, kemudian didirikan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1347 M.
- Pada milenium ke-2, tahun ke-95 pada abad ke-16 Masehi daerah ini pernah di jajah bangsa Portugis yang merupakan negara pertama yang menjajah Indonesia.
Kedatuan sekala brak sejak awal pada abad ke-3 Masehi dengan raja pertama seorang wanita bernama La Laula sampai tahun 671 Masehi di taklukkan hingga terbunuh oleh Maharaja Dapunta Hyang yang dibuktikan dengan adanya dolmen batu kepappang tempat eksekusi peninggalan suku tumi.
Pada tahun 1025 kerajaan Chola merebut kedaulatan Sriwijaya di Sumatra sehingga tidak ada yang tersisa, pada saat itu raja yang memerintah Sri Maharaja Vijayottungga Warmadewa sampai abad ke-11 Masehi.
Pada sebelum tahun 1280 Masehi Sriwijaya direduksi menjadi kerajaan dengan raja terahir monarki ratu sekerummong sampai tahun 1288 Masehi pemimpin terahir kedatuan suku tumi ini pada abad ke-13 Masehi terbunuh oleh Mujahid Umpu Ratu putra dari Sultan Ratu Ngegalang Paksi dibuktikan dengan keadaan prasasti hujung langit di bunuk tenuakh hakha kuning Balik Bukit, Lampung Barat.
Pada abad ke-14 kerajaan Tumapel merupakan kerajaan Hundu-Budha gagal menguasai Pulau Sumatra karena tidak memiliki pijakan di Sumatra. Sedangkan pada tahun 1347 Masehi Darul Qadar didirikan.
Pesanggerahan sebagai kendaraan keraton sultan kepaksian didirikan di kota Liwa pada abad ke-14 Masehi.
Kepaksian Paksi Pak Sekala Brak memiliki 4 wilayah pada masa Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu yakni waliyullah yang menyebarkan agama Islam.
Waliyullah pergi berdakwah ke beberapa wilayah dan daerah, saat masih menjadi Raja serempak sultan kemudian mendengar kabar bahwa ia telah meninggal dunia, namun beberapa kemudia ia kembali ke keraton gedung dalom istana kepaksian pernong sekala brak dan hanya almarhum (7) terahir yang kembali dan menetap di batu brak.
Hingga ahir hayatnya, 7 hari sebelum meninggal dunia, atas permintaan Waliyullah, Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu di usung ke puncak gunung pesagi untuk menemui Ratu di gunung pesagi.
Penduduk dari daerah komering, Suku Sungkai dan Way Kanan menyebut sebahai Waliyullah, Umpu Ratu Selalau mengadakan thareqot naksabandiyah, peninggalan Waliyullah tentang thoriqoh naqsabandiyah di jadikan dasar pembelajaran thoriqot pada masanya tertulis diatas kertas kulit kayu.
Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan keturunan lurus tak terputus tertua dari Umpu Pernong, sulung Ratu dengan silsilah sebagai berikut:
- Sultan Iskandar Zulkarnain
- Umpu Ratu Mamelar Paksi
- Umpu Ngegalang Paksi bergelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi bertahta dari tahun 663 Hijriyah
- Umpu Pernong bergelar Sultan Ratu Buay Pernong
- Umpu Semula Jadi bergelar Sultan Ratu Semula Jadi
- Sultan Ratu Semula Raja
- Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu memerintah dari 21 Ramadhan 828 Mujarrad Rasulullah SAW sampai 962 Hijriyah.
- Umpu Ratu Depati Nyalawati
- Umpu Ratu Depati Raja Sultan
- Umpu Raja Dunia
- Umpu Batin Ratu Sesuhunan
- Umpu Batin Ratu
- Umpu Raja Dunia Muda
- Umpu Pangeran Singadiraja
- Pangeran Purba
- Pangeran Alif Jaya
- Pangeran Batin Sekhandak
- Pangeran Ringgau
- Pangeran Haji Habiburrahman yang dipertuan
- Pangeran Haji Merah Dani
- Sultan Pangeran H. Suhaimi bergelar Sultan Lela Muda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi
- Pangeran Maulana Balyan bergelar Sultan Sampurna Jaya 1947-1989
- Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke-23 dengan putra mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong.
- Putra mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong mendapat gelar dari Raja Di Kerajaan Polang Bangkeng Sulawesi Selatan, setelah upacara penyembelihan kerbau dan dimandikan di Bungung Barania oleh 17 orang Raja Se-Sulawesi Selatan, di beri gelar I Terassa Makkulauw Bassi Karaeng Ri Polang Bangkeng[19].
Dipantai barat ada satu tempat bernama pantai selalau. Saat Umpu Ratu Selalau mengukuhkan batas wilayah paksi pak sekala brak di pantai barat. Dalam salah satu bukti di Krui Kabupaten Pesisir Barat, tercetak jejak kaki diatas batu karang bernama Maqom Selalau dan perahu-perahu ketika bertemu dan menaklukkan penguasa Bunia Matu, Maqom kemudian menjadi patokan wilayah daerah dari selalau sampai tebu yang perbatasan dengan limau raya yang merupakan daerah nyerupa, mulai dari makom melanjutkan Suoh, Tanggamus, Kaliandak, hingga Batu Brak merupakan Wilayah Kepaksian Pernong Sekala Brak. Sejak saat itu lalamak titi kuya menjadi salah satu alat pelengkap lapahan Sultan dalam prosesi adat. Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu di makamkan di Tambak Bata.
Pada sekitar tahun 1701 samapai terjadi hubungan antara Paksi Pak aliansi perdagangan dengan Inggris, Portugis, Amerika dan Belanda, VOC. Belanda yang memonopoli kegiatan dalam pergaulan perdagangan, dalam beberapa tahun kemudian ada pertukaran antara Inggris dan Belanda yaitu Singapura dan Bengkulu, Belanda mendapatkan Bengkulu dan Inggris meninggalkan Bengkulu untuk mendapatkan Singapura. Satu hal yang pasti Bahwa Inggris tidak pernah menjajah paksi pak[20][21][22].
Belanda membuat suatu statement penaklukan, bahwa pangkat maharaja Sultan dan Paksi Pak tidak diperbolehkan untuk dipergunakan, namun perlawanan dilakukan Paksi Pak para hulu balang menetap di dalam hutan melestarikan adat, oleh karena itu Saibatin Kepaksian di muntu oleh Belanda di jadikan status marga menerima kedudukan pasirah secara turun temurun. Di tempat-tempat lain yang telah di pecah menjadi marga-marga sistem pemilihan 5 tahun sekali di jadikan pasirah setelah habis masa jabatan, dilakukan pemilihan kembali untuk menjabat sebagai pasirah[23].
Kepaksian Sekala Brak masih mewariskan keturunan dan masyarakat adat hingga saat ini melestarikan adat dan budaya Sekala Brak.
Royal palace
Bangunan fisik keraton kepaksian saat ini terbuat dari kayu dan selesai direnovasi pada tahun 1899-1900 Masehi[24]. Bangunan kerajaan berbentuk persegi panjang, ditopang oleh 36 tiang kayu besar, satu lengan manusia dewasa, bentuk luar bubungan atap menuju satu titik disebut Kawik Buttokh lambang istana kerajaan dan lambang keesaan Allah SWT. Tangga depan terletak ditengah bangunan, menandakan bangunan ini adalah istana sultan, ornamen empat garpu yang terpasang disudut luar dan di depan tangga, dengan segala macam ukiran 4, melambangkan keberadaan kepaksian sekala brak, menandakan tingkat peradaban yang tinggi[24].
Luas gedung keraton 10.000 meter persegi, taman dipergunakan untuk upacara adat seperti tayuh bimbang paksi kerajaan, budaya sekura cakak buah, upacara penyambutan tamu kehormatan kepaksian, malaman pitu likukh, upacara pengukuhan, bedu'a buka dan sebagainya[24].
Sat Dalom atau pesanggerahan terletak disebelah kanan gedung dalom kerajaan tempat peristirahatan bagi para sultan dan keluarga saat berada di luar istana utama[24][25].
Bangunan penunjang disebelah barat yakni lamban bandung dan lamban kagungan, sebelah timur yaitu anjungan dalom dan lamban kekhatuan, sebelah utara ialah lamban pakuon dan lamban akad jaman, sebalah selatan Jengan nyunjong[24].
Kaputren
Ruangan tamu kediaman istana kerajaan, tempat-tempat peristirahatan wanita dan putri sultan ini memiliki luas bangunan 8x20 meter, ruang atas di belakang berukuran 10x20 meter tempat tinggal putri sultan pangeran pendahulu[26]. Terahir direnovasi tahun 1991[26]
Penata ruang
Ruang depan disebut beranda, dimana ada tiga pintu masuk, disebut pintu tengah, "khangok dalom" pintu di sisi kanan gedung bernama "khangok si khaja mulang" ruangan selanjutnya di sebut tempat "lapang luakh", sultan menerima tamu setelah lapang luakh ada ruang dengan lantai yang relatif lebih banyak tinggi disebut "margasana" tempat paling terhormat di gedung dalom[27]. Di margasana ada Singgasana sultan yang serba tujuh, kasur pedanginan 7 lapis, kelambu 7 lapis, lalangsi 7 lapis, lalukhuh bejuttai tikhai Filosofinya adat saibatin sangat dekat dengan alam, tuhan menciptakan tujuh kelompok langit, dan tujuh kelompok Bumi, 7 Benua dan 7 Samudera, 7 warna pelangi dan tujuh bentuk malaikat. Terhubung dengan margasana ada "lapang ratu" adalah kamar untuk permaisuri, di bangunan utama istana saja terdapat dua ruangan yaitu ruangan utama yang disebut dengan "bilik kebik dalom" dan pintu disebut khangok kebik di kamar kedua disebut "bilik teblayakh" dan pintunya disebut khangok dayang pemapah, ruangan belakang disebut "sekhudu" dan pintu keluar belakang disebut "khangok dadakhi mandi"[27]
Masa Komunitas Kenyangan
Pancuran Tujuh
Salui pitu merupakan peninggalan raja dan sultan di gedung dalom, sama seperti sumur tujuh di puncak gunung pesagi, Awalnya kerajaan dipimpin oleh seorang raja kepada sultan kepaksian yang membuat isi negeri makmur, sandang pangan melimpah, sultan sangat disayang rakyat[28]. Para raja, sultan, dan keluarga besarnya tinggal di gedung dalom[28].
Sebuah istana panggung yang megah dan luas pada masa itu, yang di halaman belakangnya terhampar sawah, makam, tempat pemandian dan gunung pesagi yang indah ditumbuhi pohon-pohon yang tersusun rapi[28].
Saat ini salui pitu di gunakan sebagai tempat pemandian umum yang dulunya merupakan tempat pemandian putri dan keluarga sultan di istana keraton gedung dalom yang sangat terkenal dan masih terawat dengan baik[29].
Sumber mata air salui pitu dari atas tepatnya pemakaman para raja dan sultan di sebut Tambak Bata, Pacukh pitu tempat berlangsungnya ritual penobatan pendekar saat ini[29]. Pemandian pada bangunan keraton adat gedung dalom terdapat tujuh pancuran yang dalam bahasa Lampung salui berarti pancuran dan pitu berarti tujuh[29].
Pelaksanaan ritual ahir pendekar kepaksian sekala brak yang dilaksanakan pada malam hari di salui pitu dengan ketentuan lain telah diatur dalam tata adat, keraton ini juga memiliki benteng berupa galian yang mengelilingi gedung dalom yang membentang dari humbahuwong (Kotabesi) hingga hanibung (Canggu, Pekon Balak, Kegeringan, Pekon Awi)[30].
Pemandian
Pacukh pitu terletak dibelakang istana kerajaan tempat mata air berada dibawah pemakaman para sultan di Tambak Bata dengan ukuran 7x9 meter, kamar mandi wanita dengan 4 pancuran, 1x2 meter ruang ganti, dan wc 2x1 meter.
Kamar mandi pria 6x7 meter dengan 3 pancuran, ruang ganti 1x2, wc 2x1. Renovasi terahir tahun 1991[31][32]
Benteng
Benteng-benteng dari jaman penjajahan Portugis, Belanda hingga jaman Jepang pada masa sultan pendahulu paksi pak yang memerintah yaitu berupa galian siring dengan lebar 5-8 meter, dengan kedalaman 2-3 meter dan panjang diperkirakan 1500 meter, saat ini benteng tersebut berada ditengah-tengah perkebunan kopi masyarakat dan sebagian telah tertimbun badan jalan dan bangunan rumah mencakup 4 desa, pekon Kota Besi, Batu Brak, Lampung Barat, canggu pekon balak, kegeringan, pekon awi "hanibung" kecamatan Batu Brak, Lampung Barat. Hingga saat ini benteng tidak pernah direnovasi, diperkebunan kopi masyarakat benteng masih utuh.
Benteng yang berada di belakang gedung dalom merupakan tebing dan jurang yang sangat-sangat tinggi dan dialiri sungai way Semaka, way tippon yang terbentang dari mulang maya (Pekon Kerang, Kotabesi, Canggu, Pekon Balak, Kegeringan, Pekon awi hingga hanibung (Gunung Sugih).
Regalia
Lambang dari sultan pangeran berdaulat pemegang pucuk tertinggi didalam kedatuan, kerajaan, kepaksian, atau kesultanan yakni pemegang pusaka sebagai berikut:
- Tunggul Sultan Iskandar Zulkarnain
- Tunggul Ratu Mumelar Paksi
- Tunggul Ngegalang Paksi
- Keris Rakian Naga Batu Handak
- Pedang Ringgau
- Rakian Istinja Darah
- Togkat Pembesar Negeri
- Keris Alif Jaya
- Keris Tunggang Menang
- Pemanohan Setegak Bumi
- Rakian Surya Penantang
- Pedang Semilau
- Tombak Petakha Lima
- Pedang Alif Jaya
- Pedang Inggris
- Pedang Tabuh Jakhang
- Pedang Selalau
- Pedang Cekhita Memala
- Pedang Berbaris
- Pedang Punggawa
- Pedang Tamil
- Pedang Lidah Api
- Pedang Pn Ringgau
- Pedang Batu Kappak
- Pedang Kawal Saibatin
- Pedang Kawal Ratu
- Tongkat Pn Ringgau
- Tunggul Berbaris
- Tunggul Bendera Tengah
- Tunggul Umpu Ratu Selalau
- Tumbak Benekhang
- Tumbak Sejagat
- Tumbak Sejunjung
- Payan Hamakha
- Tumbak Tumbuk Khata
- Tumbak Senggiling
- Tumbak Siakh Belang
- Terisula Kawal Ratu
- Gippul Dalom
- Pengukop
- Payan Simuli pemberian Ratu Pesagi[33]
- Keris Belambangan (Rakian Istinja Darah)
- Tumbak Gippul Dalom.
Prasasti
- Batu Brak
- Prasati Hujung Langit
- Prasasti Ngumbai Kayangan
- Batu Nisan Makam Tua
- Prasasti Batu Umpu Jadi
Periode Kepaksian
Menyajikan hadiah
Panji Syahadatain Al-Liwa melambangkan kerajaan adat paksi pak sekala brak titik kebesaran istana keraton Gedung Dalom, yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam, kain Kiswah penutup ka'bah di Mekah Arab Saudi betuliskan Lailahaillallah Muhammadarrasulullah di peroleh Sultan Pangeran Dalom Natadiraja (Pangeran Ringgau) saat berkunjung di Konstantinopel Istambul pada tahun 1899 Masehi ia diberi ini, dan dua pedang Istambul oleh Sultan Ottoman[34]
Penobatan sultan
Pada hari sabtu 15 Syawal 1409 Hijriyah penobatan Sultan Sekala Brak Yang Ke-23 Bertahta di Gedung Dalom istana Kepaksian, simbol penobatan pewaris jabatan pemegang kekuasaan tersebut prosesi penyerahan Keris Rakian Naga Batu Handak oleh Sultan pangeran Maulana Balyan kepada Pangeran Edward Syah Pernong, penyerahan simbol tersebut diwakilkan Sultan kepada pemapah dalom[35]
Tempat ibadah
Masjid adalah suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu didirikan dengan tujuan tempat beribadah umat Islam kepada Allah SWT. Masjid Kepaksian awalnya berada di hanibung, namun pada jaman kemerdekaan rekontruksi masjid-masjid tersebut dilakukan di tempat terpisah:
- Masjid Azzaurah Kepaksian Pernong dengan estimasi luas tanah 5000 meter kubik lokasi pekon Canggu, Batu Brak, Lampung Barat, renovasi terahir tahun 2005.
- Masijid Arrahman Kepaksian Pernong luas tanah 2500 meter persegi dan luas bangunan 2000 M3 berada di pekon Kegeringan, Batu Brak, Lampung Barat.
Payung Agung
Payung Agung yakni salah satu tanda keagungan dan kebesaran sultan sebagai pelindung masyarakat dipimpin. Payung agung Sultan berwarna kuning. Payung Agung selalu dikembangkan mengikuti langkah sultan, ketika berkunjung payung agung dikembangkan untuk melindunginya, dalam satu perhelatan adat, sultan tidak bisa hadir dan mengirim utusan maka yang ditegakkan di depan rumah tetapi tidak dikembangkan adalah payung agung, tertanda utusan sultan yang menghadirinya, walaupun demikian dalam prosesi arak-arakan, payung agung tetap diperlihatkan mengiringi perwakilan sultan tidak dikembangkan, utusan yang mewakili sultan saibatin di payungi payung hijau disebut payung kanggal, payung kanggal jukkuan berwarna hijau, jukuan diperbolehkan memiliki payung lebih dari satu, bahkan bisa dipergunakan serentak dalam upacara tayuh-tayuhan, hal ini untuk mengatasi mulli jukuan baya di bawah payung dan mulli jukuan kuakhi juga dibawah payung, juga untuk jukuan akibat pemekaran di sebut ngebujakh.
Payung Agung Saibatin dan payung kanggal memiliki bentuk yang khas dengan kain penutup bersulam manik-manik dengan warna mencolok dan mengkilat, batang payung panjang di lapisi kain berwarna cerah, atap berbentuk lingkaran dengan anyaman jeruji ke arah as tiang, pinggiran lingkaran atap payung di hiasi jumbai warna warni yang menjuntai dan bersinar saat terkena cahaya[36]
Aban Gemisikh
Aban Gemisikh, dengan nama lain adalah Awan Gemisikh, aban gemisikh peralatan tradisional yang dipersembahkan kepada pimpinan adat dalam perhelatan prosesi arakan sultan berjalan "Lapahan Saibatin" sampai sekarang perlengkapan awan gemisikh menjadi suatu yang istimewa di peruntukkan untuk sultan dan pangeran. Tidak semua orang bisa menggunakannya[37].
Jambat Agung
Jambat agung, merupakan alas kaki tempat berjalan terbuat dari daun pandan di tutupi dengan kain panjang dengan jahitan. Sedangkan titi kuya adalah nampan yang terbuat dari emas atau kuningan. Kaki diletakkan di atas lalamak. Setiap lalamak ditempatkan dua buah titi kuya. Jambat agung syal tuha atau anggukan persegi panjang husus yang dipasang di titi kuya. Berpungsi sebagai jembatan atau pangkalan bagi sultan saat berjalan memasuki venue sebelum atau sesudah prosesi upacara selesai. Lalamak titi kuya dan Jambat agung ialah gambaran kesetiaan dan pengabdian serta rasa sayang masyarakat adat terhadap Saibatin Sultan[38].
Tata rias
Pakaian adat merupakan salah satu identitas dan kebanggaan suatu daerah.
- Pakaian pria merupakan jas hitam atau jas berbahan buludru dengan motip kembang tabut salur atau rebung.
Sebagian atribut laki-laki menggunakan hanuang kopiah, hanuang bani tukkus perahu untuk laki-laki. Berbeda dengan tukkus mahkota, tukkus belalai tidak berekor mutlak adalah untuk mahkota sultan sedangkan yang berekor diperuntukkan bagi gelar raja dan batin. Atribut putra juga pada umumnya memakai perhiasan layang kunci, kalung padan, jajakh kalung minong, jas tabur bunga bintang merah, gelang gekhuccung, babuduk pinding, pemanahan, sakhung jung, kain selempang, celana hitam ikat pinggang kebesaran.
- Pakaian wanita Siger, tebakan sanggul belattung, subang giwir, kalung dinar, layang kunci, kalung papan, kakalan bongkong tigalapis, kalung minong gajah, pinding buduk, gelang asah, gelang kirdil, kebaya panjang bintang merah, selempang jung sarat, tapis jung sarat, peledak pucuk rebung, sabuk kebesaran[39].
Hukum dan Hukum Adat
Sistem dan struktur adat
Sistem Pemerintahan adat, dengan gelar dudungan tertinggi, saibatin adalah pemimpin tertinggi di dalam adat dari masyarakat kepada pemimpin adat, semua perintah sultan merupakan amanat adat yang harus dilaksanakan oleh siapa saja yang menerima perintah karena sipat kesetiaan masyarakat adat terhadap amanat yang diperintahkan oleh sultan, dalam menjalankan perinta adat, saibatin memiliki struktur sistem adat yang tertata rapi yang diwariskan dari para sultan sebelumnya, struktur pemerintahan adat di kepaksian bertingkat dari atas kebawah semua jabatan memiliki tanggung jawab dan sistem adat[36]. Ada 7 hirarki gelar dalam kerajaan yang dapat menentukan kedudukan atau jabatan seseorang secara adat, yang tertinggi yakni Sultan dalam jukkuan yaitu Raja atau Depati, Batin, Radin atau Raden, Minak, Kimas, Mas atau Iton, Sultan memiliki pemapah dalom dan pengapungan batin bertugas menjalankan fungsi internal sedangkan tugas eksternal di pegang oleh Sukatan dari Putra Mahkota atau perdana mentri, posisi pemapah dalom di titipkan kepada adik atau sepupu sultan, pemapah dalom dan kampung batin bergelar raja, masyarakat adat dalam hukum pemerintahan adat kepaksian di kelompokkan pada tingkat daerah hukum adat sebagai berikut :
- Wilayah hukum adat jukku di pimpin oleh seorang kepala jukkuan, bergelar raja, raja jukkuan memimpin jumlah orang yang bergelar Batin,
- Wilayah hukum adat sumbai di pimpin oleh kepala sumbai bergelar batin, pemimpin batin memimpin jumlah orang bergelar radin.
- Wilayah hukum adat kebbu di pimpin oleh kepala kebbu bergelar radin, seorang radin memimpin sejumlah anggota Ragah atau khagah (Kepala keluarga),
- Keluarga dipimpin oleh Kepala keluarga atau Khagah[36].
Dalam menyelesaikan persoalan di tengah-tengah masyarakat berlaku mupakat pengapungan batin atau dengan sebutan lain kampung batin dan bisa melibatkan persatuan para raja-raja jukkuan di sebut "Hippun" termasuk himpunan, keluarga dan bahmekonan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan tingkat teratas, petata petiti dalam melaksanakannya sangat diatur mulai dari pakaian biasa menggunakan peci di kepala dan sarung lipat, sikap dan tata krama, serta tutur kata yang tersusun[36]. Dua pihak yang sedang bercakap-cakap dalam satu set menggunakan kata yang penuh hormat dan alur pembicaraan yang teratur, disebut tatangguhan[36]. Hasil dari musyawarah adat nantinya menjadi peraturan yang harus dilaksanakan setelah diputuskan dan ditetapkan oleh Saibatin[36].
Gelar atau Adok merupakan bagian dari tradisi asli masyarakat yaitu warisan yang harus diseimbangkan oleh seseorang dari generasi ke generasi[36]. Gelar yang dimiliki menunjukkan peran dan tanggung jawabnya di tengah-tengah masyarakat, menyandang gelar membawa kehormatan dirinya, serta menjaga nama baik keluarga besarnya karena gelar yang diberikan kepadanya telah memberikan kebebasan dari masa lalu[36].
Panggilan
Panggilan berarti tutukh dalam Bahasa Lampung, masyarakat adat Lampung dalam berkomunikasi sangat mengedepankan etika dan sopan santun sesuai aturan petisi adat yang ada, termasuk tutukh yang harus disesuaikan dengan gelar adok seseorang[36].
Posisi
Posisi diartikan sebagai Jujjokh dalam bahasa Lampung nya, ada beberapa ketentuan mengenai jujjokh, yaitu gelar yaitu Saibatin berkedudukan sebagai sultan, Raja berkedudukan sebagai kepala jukku atau dengan sebutan lainnya ialah Kebot, di dalam petata petiti adat semua gelar Raja mutlak merupakan pemberian dari pemimpin adat tertinggi adalah Sultan[36]. Saibatin, sultan membuat keputusan berdasarkan aspirasi dari bawah melalui pengapungan batin, untuk seseorang yang akan diberi gelar raja wajib menyusun tambo silsilah, tumpang tindih status bawahannya yang akan diberi gelar selanjutnya dilakukan musyawarah tingkat kampung batin, suatu keharusan menimbang gelar dari ayah cakak adok dan perluasan jukkuan[36]. Hasil musyawarah disampaikan kepada sultan melalui pengapungan batin, apapun yang diputuskan oleh sultan adalah apa yang harus diterima[36]. Jika seorang menanggung menggunakan adok yang tidak sesuai dengan jujjokh atau sistem adat masyarakat menyebutnya "Busuk Hawa" atau sangat rendah kedudukannya di dalam masyarakat atas perilaku tersebut[36].
Masyarakat adat Lampung menganut sistem petiti adat saibatin "Pandai Hejongan ni Dikhi" yang berarti memahami kedudukan dan perannya didalam masyarakat untuk melakukan yang terbaik sesuai dalam kapasitasnya[36]. Budaya yang dibentuk oleh Sibulan atau Putri Indarwati yang berasal dari Bumi Sekala Brak mendirikan negeri baru di area Tulang Bawang (Tulang Pohwang)[36].
Warisan budaya
Kepaksian sekala brak merupakan kerajaan yang masih lestari yaitu Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak yakni cikal bakal lahirnya peradaban pertanian serta adat, budaya masyarakat di desa dan di kota, yang terletak di kaki gunung pesagi tepat berada di tepi jalan raya lintas Sumatra Tengah, Sekala brak yang menjadi saksi bisu perlawanan rakyat terhadap penjajah Bangsa Eropa yang pertama datang untuk menjajah, Belanda dan Jepang merupakan tempat pertama kali marga Lampung muncul, dari semua budaya yang ada sistem pelaksanaan otoritas dan kekuasaan yang mengatur kehidupan masyarakat masih di dominasi oleh sistem kerajaan, dimana gelar sultan merupakan jabatan tertinggi dalam tatanan struktural, garis keturunan adalah syarat mutlak untuk menjadi seorang sultan, sama seperti pejabat kerajaan lainnya menyerahkan tahta kepada putra mahkota, adat dan budaya masih melekat dan selalu digunakan, dalam acara-acara adat, semua acara penting memiliki urutan yang mengharuskan penggunaan pakaian adat, Kendaraan yang mutlak husus bagi sultan dalam prosesi sultan berjalan yaitu tanduan, aban gemisikh, lalamak titikuya, payung agung kuning[40].
Galeri
-
Istana Gedung Dalom sebagai istana Kerajaan
-
Pedang Alif Jaya Pedang peninggalan Kepaksian Sekala Bkhak yang berusia ratusan tahun
Referensi
- ^ Rahmadani, Alvina (2021-12-20). "Jejak Islam Di Tanah Sang Bumi Ruwai Jurai Lampung". Arrahim.ID. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Rais, Yus Sutan (2018-08-14). "4 Umpu Sekala Brak Lampung 'Anak Raja Pagaruyung Minangkabau'". Metropolis.co.id. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (44). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 44. ISBN 9786025270529.
- ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2022-10-30). "Mengenal Asal Usul Ulun Lampung". lampung.viva.co.id. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ "KERAJAAN ADAT PAKSI PAK SEKALA BRAK – TOURIST INFORMATION CENTRE". 2022-10-17. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Darmawanti, Elly (2022-02-11). "Paksi Pak Skala Brak"Gedung Dalam Kepaksian Pernong"". CAHAYA AGUNG. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ "Sekala Brak, Etimologi Dan Sejarah Etnis Lampung | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Renaldy, Rustam (2019-09-12). "Cikal Bakal Suku Lampung dalam Sejarah Singkat Kerajaan Sekala Brak". SekitarLampung. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ "Sejarah Kerajaan Sekala Brak (1289-1909) - Asal usul Ulun Lampung (Orang Lampung) - Blog informasi Terbaru". moradon88.com (dalam bahasa Inggris). 2023-04-25. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (14). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. I. ISBN 9786025270529.
- ^ Momentum, Harian. "Paksi Pak Sekala Brak Simbol Eksistensi Budaya Lampung | Harian Momentum". m.harianmomentum.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. I. ISBN 9786025270529.
- ^ "LEMBAH BATU BRAK | Keindahan Ngarai berdampingan dengan Pemukiman Masyarakat Adat/ BATU BRAK VALLEY | The Beauty of the Canyon is side by side with the Indigenous Settlements". Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (35-36). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. I. ISBN 9786025270529.
- ^ Abdurrachman, Mirzam; Widiyantoro, Sri; Priadi, Bambang; Ismail, Taufik (2018-04). "Geochemistry and Structure of Krakatoa Volcano in the Sunda Strait, Indonesia". Geosciences (dalam bahasa Inggris). 8 (4): 111. doi:10.3390/geosciences8040111. ISSN 2076-3263.
- ^ Kitab Negara Kertagama | Perpustakaan Balai Arkeologi D.I.Y.
- ^ "4 Umpu Sekala Brak Lampung 'Anak Raja Pagaruyung Minangkabau'". Metropolis.co.id. 14 Agustus 2018. Diakses tanggal 2022-08-25.
- ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (26). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. I. ISBN 9786025270529.
- ^ https://www.medianasional.id/sejarah-umpu-ratu-selalau-shangyang-sangun-gukhu/
- ^ https://koransulindo.com/bengkulu-singapura-tukar-guling-inggris-dan-belanda
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (25). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. I. ISBN 9786025270529.
- ^ Prof.Dr.A, Fauzie Nurdin,M.S. (2018). Friedrich w. Funke Orang Abung (edisi ke-1). Yogyakarta: Thafa Media. hlm. 263-274. ISBN 9786021351673.
- ^ a b c d e arnand (2012-06-24). "Pekon Balak, Budaya Lestari". ASTACALA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 35. ISBN 9786025270529.
- ^ a b Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. v. ISBN 9786025270529.
- ^ a b duniaindra (2017-08-03). "ALPRINSE - PANGERAN SEKALA BRAK YANG BERCITA CITA JADI TENTARA" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ a b c Darmawanti, Elly (2020-03-27). ""Salui Pitu"". CAHAYA AGUNG. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ a b c Wisata, Sudut (2021-12-17). "Lembah Batu Brak, Lembah Terindah di Lampung". Sudut Wisata. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ "LEMBAH BATU BRAK | Keindahan Ngarai berdampingan dengan Pemukiman Masyarakat Adat/ BATU BRAK VALLEY | The Beauty of the Canyon is side by side with the Indigenous Settlements". Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 83-87. ISBN 9786025270529.
- ^ https://www.pariwisatalampungbarat.com/2020/05/lembah-batu-brak-keindahan-ngarai.html?m=1
- ^ Prof.Dr., Sudjarwo (5). KPL menjawab sejarah (edisi ke-1). Bandar Lampung: Masa kini mandiri. hlm. 53-59. ISBN 9786025270529.
- ^ Codingest (2021-07-17). "SEJARAH PANJI SYAHADATAIN KEPAKSIAN PERNONG". Sergap Nusantara. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ https://radarcom.id/2019/03/14/pangeran-edward-syah-pernong-berdarah-pahlawan-raja-perekat-nkri/
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o Redaksi (2021-07-30). "Perlengkapan dan Peralatan Adat Kepaksian Buay Pernong, Kerajaan Paksi Pak Skala Brak". medianasional.id. Diakses tanggal 2023-08-08.
- ^ https://www.picuki.com/tag/bandarlima
- ^ https://medianasional.id/perlengkapan-dan-peralatan-adat-kepaksian-buay-pernong-kerajaan-paksi-pak-skala-brak/
- ^ https://www.orami.co.id/magazine/pakaian-adat-lampung
- ^ Prof.Dr.A, Fauzie Nurdin,M.S. (2018). Friedrich w. Funke Orang Abung (edisi ke-1). Yogyakarta: Thafa Media. hlm. 263-264. ISBN 9786021351673.