Ray Sahetapy
Ray Sahetapy | |
---|---|
Lahir | Ferenc Raymon Sahetapy 1 Januari 1956 Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia |
Nama lain | Ray Sahetapy |
Almamater | Institut Kesenian Jakarta |
Pekerjaan | Aktor |
Tahun aktif | 1980—sekarang |
Suami/istri | |
Anak | 4, termasuk Surya Sahetapy |
Keluarga | Merdianti Octavia (menantu) |
Ferenc Raymon Sahetapy, (lahir 1 Januari 1956) yang lebih dikenal sebagai Ray Sahetapy, adalah seorang aktor Indonesia. Sebagai bintang film, ia adalah salah satu aktor paling populer dan disegani di generasinya, sering memerankan pria kompleks dengan nuansa dan karakter yang dalam. Karier beraktingnya membentang lebih dari empat dekade, penampilannya yang mengesankan termasuk yang paling diapresiasi saat itu, dalam film-film drama seperti Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987) dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990). Ia telah dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia tujuh kali, enam di antaranya untuk Aktor Terbaik, dan memegang rekor nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.
Kehidupan pribadi
Masa kecilnya dihabiskan di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya. Ia menikah dengan Dewi Yull pada tanggal 16 Juni 1981, tanpa restu dari orang tua Dewi, karena perbedaan agama.[1] Mereka mempunyai empat orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982-2010), Rama Putra Sahetapy (1991), Surya Sahetapy (1993), dan Muhammad Raya Sahetapy (2001). Sayangnya, Dewi memilih untuk menolak poligami sehingga memutuskan untuk menggugat cerai Ray. Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta. Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.[2] Ray kemudian menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004.[3] Ia merupakan pemimpin dari organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara.
Karier
Sejak remaja, pria berdarah Maluku ini bercita-cita menjadi aktor. Demi mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ia lulus pada tahun 1988. Film perdananya dirilis pada tahun 1980 dengan judul Gadis (film)|Gadis]] yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup. Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.
Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989. Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).
Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran. Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater di sana. Lewat sanggarnya ini, ia pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka. Bahkan, kongres PARFI pada tahun yang sama memilih Ray menjadi salah satu ketuanya.
Filmografi
Film
- Keterangan
- TBA : To be announced
Film pendek
Tahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
2022 | Pulang | Bapak |
Serial web
Tahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
2018 | Halusinada | Musim 2, Episode: Kasih Ibu Vol. 1 | |
2019 | Assalamualaikum Calon Imam | Husein Lathif Akbar | |
2021 | 7 Hari Sebelum 17 Tahun | Pak Pri | |
Sosmed | Surya | ||
TBA | Kisah 3 Pembunuh | Wali kota |
- Keterangan
- TBA : To be announced
Serial televisi
Tahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
1997 | Nyanyian Seorang Isteri | ||
2006 | Impian Cinderella | ||
2006—2007 | Bukan Diriku | ||
2008 | Elang | ||
2010—2011 | Dia Jantung Hatiku | ||
2014 | Nyong Mutiara Hitam | ||
Seindah Bunga Teratai | |||
2015 | Saya Terima Nikahnya | Papi Arifin | |
2020 | Fatih di Kampung Jawara 4 | Raja Ambara | |
2020, 2022, 2023 | Guest House: Losmen Reborn | Pak Tarjo | 3 musim |
Film televisi
- 2 Playboy Jempolan (2012)
Penghargaan dan nominasi
Tahun | Penghargaan | Kategori | Karya yang dinominasikan | Hasil |
---|---|---|---|---|
1984 | Festival Film Indonesia | Pemeran Utama Pria Terbaik | Ponirah Terpidana | Nominasi |
1985 | Festival Film Indonesia | Kerikil-Kerikil Tajam | Nominasi | |
Pemeran Pendukung Pria Terbaik | Secangkir Kopi Pahit | Nominasi | ||
1986 | Festival Film Indonesia | Pemeran Utama Pria Terbaik | Opera Jakarta | Nominasi |
1988 | Festival Film Indonesia | Tatkala Mimpi Berakhir | Nominasi | |
1989 | Festival Film Indonesia | Noesa Penida | Nominasi | |
1990 | Festival Film Indonesia | Jangan Bilang Siapa-Siapa | Nominasi | |
2012 | Piala Maya | Aktor Pendukung Terpilih | The Raid | Nominasi |
2013 | Indonesian Movie Actors Awards | Pemeran Pendukung Pria Terbaik | Menang | |
2015 | Festival Film Bandung | Pemeran Pembantu Pria Terpuji Film Bioskop | 2014: Siapa di Atas Presiden? | Menang |
Referensi
- ^ Jejak Kasih Dewi Yull dan Ray Sahetapy Diarsipkan 2009-04-21 di Wayback Machine., diakses 6 Oktober 2007
- ^ Dewi Yull dan Ray Sahetapy Resmi Bercerai, diakses 6 Oktober 2007
- ^ Ray Sahetapy Menikahkan Anak Tirinya?, diakses 6 Oktober 2007
Pranala luar
- Profil di tamanismailmarzuki.com Diarsipkan 2008-05-07 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Profil di KapanLagi.com
- Ray Sahetapy di IMDb (dalam bahasa Inggris)