Lompat ke isi

Kabupaten Aceh Barat Daya

Koordinat: 3°48′N 96°52′E / 3.800°N 96.867°E / 3.800; 96.867
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

3°48′N 96°52′E / 3.800°N 96.867°E / 3.800; 96.867

Kabupaten Aceh Barat Daya
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawoëاچيه بارات ديا
Lambang resmi Kabupaten Aceh Barat Daya
Motto: 
Sapeue kheuen sahou langkah
(Aceh) Seiya sekata menyatukan langkah
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Barat Daya di Sumatra
Kabupaten Aceh Barat Daya
Kabupaten Aceh Barat Daya
Peta
Kabupaten Aceh Barat Daya di Indonesia
Kabupaten Aceh Barat Daya
Kabupaten Aceh Barat Daya
Kabupaten Aceh Barat Daya (Indonesia)
Koordinat: 3°47′28″N 95°55′00″E / 3.7911°N 95.9167°E / 3.7911; 95.9167
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Dasar hukumUU RI No. 4 Tahun 2002[1]
Hari jadi10 April 2002 (2002-04-10)[1]
Ibu kotaBlangpidie
Jumlah satuan pemerintahan[2]
Daftar
  • Kecamatan: 9
  • Gampong: 152
Pemerintahan
 • BupatiH. Darmansah, S.Pd, MM (Pj.)
Luas
 • Total1.490,60 km2 (575,52 sq mi)
Populasi
 • Total155.046
 • Kepadatan100/km2 (270/sq mi)
Demografi
 • Agama99,83% Islam
0,13% Buddha
0,03% Kristen
- 0,02% Protestan
- 0,01% Katolik
0,01% Hindu[3]
 • IPMKenaikan 66,99 (2021)
sedang[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
23762-23767
Kode BPS
1112 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon(+62)659
Pelat kendaraanBL xxxx C**
Kode Kemendagri11.12 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 896.177.626.467 ,-[5]
PADRp 89.174.113.700,-
DAURp 424.470.065.000,-
Situs webacehbaratdayakab.go.id

Aceh Barat Daya (bahasa Aceh: Jawoe: اچيه بارات ديا) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002.[2][6]

Sejarah

Aceh Barat Daya atau yang sering disingkat "ABDYA" merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Pemekaran Kabupaten ini bukanlah merupakan akibat dari reformasi pada tahun 1998. Meskipun perubahan pemerintahan nasional saat itu mempercepat pemekaran tersebut, namun wacana untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960-an.[7]

Kabupaten ini memiliki banyak sebutan di antaranya: Tanoh Breuh Sigupai, Bumoe Teungku Peukan, Bumi Persada, Tanoh Mano Pucok, Bumi Cerana, Alue Malem Dewa dan sebagainya.

Serangan Amerika Serikat

Penduduk Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya pernah menjadi sasaran serangan kapal perang Amerika Serikat.[8] Potomac, nama kapal perang ini, membawa lebih dari 300 prajurit. Dikirim atas perintah Presiden Andrew Jackson sebagai bentuk hukuman bagi penduduk Kuala Batee yang pernah merampas kargo milik kapal dagang Amerika Serikat bernama Friendship. Penduduk Kuala Batee menyerang kapal tersebut karena merasa muak terhadap para pedagang Amerika Serikat yang suka mencurangi timbangan. Kargo yang dirampas bernilai sekitar mencapai 50.000 dollar Amerika Serikat. Salah satu muatannya adalah lada dan opium. Dalam serangan ini lebih dari 450 penduduk Kuala Batee tewas, sedangkan Amerika Serikat hanya kehilangan dua nyawa prajuitnya dan belasan lainnya terluka.

Geografi

Wilayah ini termasuk dalam gugusan pegunungan Bukit Barisan.

Batas wilayah

Utara Kabupaten Gayo Lues
Timur Kabupaten Gayo Lues
Selatan Kabupaten Aceh Selatan dan Samudra Indonesia
Barat Kabupaten Nagan Raya

Pemerintahan

Bupati

No. Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Periode Wakil Bupati Ket. Ref.
Baharuddin, S.Sos., M.M.
(Penjabat Bupati)
2002 2003 -
Drs. H. M. Nasir Hasan
(Penjabat Bupati)
2003 2004 Meninggal dunia akibat Tsunami tanggal 26 Desember 2004
Drs. H.
Tgk. Teuku Burhanuddin Sampe,
M.M., M.Si.
(Penjabat Bupati)
2005 2006
Drs. H. Azwar Umri 2006 2007
1 Akmal Ibrahim
S.H.
2007 2012 1 Drs. H. Syamsurizal, M.Si
Azhari Hasan, S.E.
(Penjabat Bupati)
2012 2012 -
2 Ir. H.
Jufri Hasanuddin
M.M.
13 Agustus 2012 13 Agustus 2017 2 Yusrizal Razali
(2012–14)*
Erwanto, S.E., M.A.
(2014–17)
*meninggal dunia
(1) Akmal Ibrahim
S.H.
13 Agustus 2017 13 Agustus 2022 3 Muslizar MT
H. Darmansah, S.Pd., M.M.

(Penjabat Bupati)

15 Agustus 2022 11 Agustus 2024
Ir. Sunawardi, M.Si 11 Agustus 2024 Petahana


Bupati saat ini dijabat oleh Penjabat (Pj.) Bupati H. Darmansah, S.Pd, MM. Sebelumnya, Bupati dijabat oleh Akmal Ibrahim, SH didampingi Wakil Bupati Muslizar, MT untuk masa bakti tahun 2017-2022. Didahului oleh Bupati Ir. Jufri Hasanuddin, MM dan Wakil Bupati Erwanto, SE, MA untuk masa bakti tahun 2012-2017. Bupati definitif pertama hasil pemilihan kepala daerah secara langsung yaitu Akmal Ibrahim, SH didampingi oleh Wakil Bupati Drs . H. Syamsurizal, M.Si untuk masa bakti tahun 2007-2012. Pasangan ini dilantik menggantikan Penjabat Bupati Azwar Umri. Sebelum Azwar Umri menjadi Penjabat Bupati, dia didahului oleh Drs. H. Tgk. T. Burhanuddin Sampe, MM, M.Sc Sedangkan Teuku Burhanuddin Sampe didahului oleh Drs. H. M. Nasir Hasan yang sebelumnya menggantikan Baharuddin, S.Sos, MM sebagai penjabat Bupati perdana.

Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya saat ini dijabat oleh Salman Alfarisi, ST.

Dewan Perwakilan

DPRK Abdya memiliki 25 orang anggota yang dipilih secara langsung dalam pemilihan umum legislatif lima tahun sekali. Anggota DRPK Abdya yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang menjabat untuk periode 2019-2024 sejak 9 September 2019 dan berasal dari 11 partai politik.[9] Pimpinan DPRK Abdya terdiri dari satu ketua dan dua wakil ketua yang berasal dari partai politik pemilik kursi dan suara terbanyak. Pimpinan DPRK Abdya periode 2019-2024 dijabat oleh Nurdianto dari Partai Demokrat sebagai Ketua dan Hendra Fadli dari Partai Aceh sebagai Wakil Ketua II yang menjabat sejak 25 Oktober 2019.[10] Untuk posisi Wakil Ketua I atas nama Syarifuddin belum dilantik pada saat itu dikarenakan adanya dualisme kepengurusan Partai Nanggroe Aceh. Syarifuddin kemudian resmi dilantik menjadi Wakil Ketua I pada 12 Januari 2021.[11][12] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Barat Daya dalam dua periode terakhir.[13][14]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 2 Steady 2 Kenaikan 3
Gerindra 1 Kenaikan 2 Kenaikan 4
Golkar 1 Kenaikan 3 Steady 3
NasDem 3 Steady 3 Penurunan 2
PKS 0 Kenaikan 1 Penurunan 0
PPP 1 Steady 1 Steady 1
PAN 3 Steady 3 Penurunan 2
Hanura 2 Penurunan 1 Penurunan 0
Demokrat 3 Steady 3 Steady 3
Partai Aceh 7 Penurunan 3 Steady 3
PNA 1 Kenaikan 3 Penurunan 2
PKPI 1 Penurunan 0 Steady 0
PDA (baru) 1
Gelora (baru) 1
Jumlah Anggota 25 Steady 25 Steady 25
Jumlah Partai 11 Steady 11 Steady 11

Kecamatan

Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki 9 kecamatan dan 152 gampong dengan kode pos 23762-23767 (dari total 289 kecamatan dan 6.497 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010, jumlah penduduk di wilayah ini adalah 125.991 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 62.633 pria dan 63.358 wanita (rasio 98,86). Dengan luas daerah 188.205 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 54 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 148.687 jiwa dengan luas wilayahnya 1.490,60 km² dan sebaran penduduk 100 jiwa/km².[2][15]

No Kode
Kemendagri
Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Penduduk
2017
(jiwa)
2017
Mukim Gampong Dusun
1 11.06.01 Blangpidie 473,68 22.850 4 20
2 11.06.02 Tangan-Tangan 132,92 12.339 2 15
3 11.06.03 Manggeng 40,94 13.864 3 18
4 11.06.04 Susoh 19,05 22.799 5 29
5 11.06.05 Kuala Batee 176,99 20.286 3 21
6 11.06.06 Babah Rot 528,28 20.324 14
7 11.06.07 Setia 43,92 9.595 1 9
8 11.06.08 Jeumpa 367,12 10.565 1 12
9 11.06.09 Lembah Sabil 99,15 10.690 1 14
TOTAL 1882,05 143.312 152
Sumber:Kabupaten Aceh Barat Daya dalam angka 2017, BPS

Wacana Pemekatan Daerah

Provinsi Aceh Barat Selatan

Kabupaten/Kota yang mungkin bergabung yang meliputi:

  1. Kabupaten Aceh Jaya
  2. Kabupaten Aceh Barat
  3. Kabupaten Nagan Raya
  4. Kabupaten Aceh Barat Daya
  5. Kabupaten Aceh Selatan
  6. Kabupaten Simeulue

Demografi

Penduduk Aceh Barat Daya didominasi oleh Suku Aceh (80%) diikuti oleh Suku Aneuk Jamee (12%). Sedangkan sisanya adalah pendatang dari berbagai suku (8%).[16] Di Aceh Barat Daya ini pula lahir pejuang kemerdekaan Indonesia yaitu Teuku Ben Mahmud dan Teungku Peukan.[17]

Ekonomi

Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan untuk kelangsungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan barat selatan Aceh, khususnya kota Blangpidie yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan di pantai barat selatan Aceh. Sebenarnya bila kondisi keamanan semakin membaik, banyak sekali potensi yang dapat digali di kawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang merupakan paduan antara pantai Samudera Hindia dan Bukit Barisan yang hijau. Selain itu Aceh Barat Daya dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri, agrobisnis dan peternakan terpadu serta sektor lain yang akan berkembang.

Perkebunan

Potensi wilayah 32.417 Ha, areal Taman 11.850 Ha, cadangan areal 20.567 Ha

Pertanian

Potensi wilayah 21.296 Ha, areal taman 16.450 Ha, cadangan areal 4.846 Ha

Kehutanan

Hutan lindung 31.375 Ha, Taman Nasional Gunung Leuser 62.400 Ha, Hutan Produksi Terbatas 36.165 Ha.

Perikanan

  • Darat: Budi Daya Air Payau 10 Ha, Budi Daya Air Tawar 20 Ha
  • Laut/Danau/Sungai: Kerambah 5 unit (sungai)

Produksi Perikanan Tangkap tahun 2010:[butuh rujukan]

    • Ikan selar: 335,3 ton, ikan kwee: 748 ton, ikan layang: 440,4 ton, ikan talang-talang: 3,5 ton
    • Ikan lemuru: 368,5 ton, ikan teri: 1.080,6 ton, ikan kakap merah: 186,7 ton, ikan lisong: 516,8 ton
    • Ikan tongkol krai: 889,8 ton, ikan tongkol komo: 833,3 ton, ikan cakalang: 3.642,9 ton, ikan kembung: 1.046,2 ton
    • Ikan tenggiri: 308,6 ton, ikan tuna mata besar: 423,1 ton, ikan kerapu karang: 136,1 ton, ikan layur: 387,5 ton
    • Ikan cucut lanyam: 524,4 ton, ikan lainnya: 134,2 ton

Industri

  • Produksi Air Mineral Kemasan ADANT, terletak di Desa Adant Kecamatan Tangan-tangan Aceh Barat Daya.
  • Produski Air Mineral Kemasan IE ABDYA, Terletak di Desa Kuta Tinggi Kecamatan Blangpidie Aceh Barat Daya.

Pertambangan

Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki potensi sumber daya mineral yang cukup kaya, di antaranya bijih besi, emas, batu-bara, pasir zirkon dan galena. Juga terdapat batuan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pupuk mineral. Namun hingga saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam mempercepat pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral, sesuai dengan Qanun No. 1 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah telah terbentuk SKPD Dinas Pertambangan dan Energi.

Pariwisata

Wisata Alam Pulau Gosong Sangkalan, Taman Wisata Cemara Indah, Wisata Pantai Ujong Manggeng, Wisata Pantai Lhok Pawoh, Wisata Pantai Jilbab, Wisata Pantai Bali, Wisata Pantai Kuala, Wisata Pantai Lama Muda dan Pantai Lama Tuha. Pariwisata Gunung: Bendungan irigasi Krueng Susoh Blang Pidie, Irigasi Krueng Baru Lembah Sabil Manggeng, Air terjun Kuala Batee Bahbah Rot, Marga Satwa Leuser (Pucuk Kila), Pucok Krueng Alue Sungai Pinang.

Tempat Wisata

Kabupaten Aceh Barat daya saat ini memiliki beberapa Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya seperti wisata alam, wisata cagar budaya dan situs sejarah sampai wisata minat khusus seperti hiking dan arung jeram. Sampai tahun 2012 belum tercatat wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke berbagai pelosok Aceh Barat Daya. Di antara jenis wisata yang menonjol adalah wisata minat khusus hiking. Untuk mendukung kegiatan wisata tersebut terdapat pula 7 hotel/losmen yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya di Kota Blangpidie. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan objek wisata yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat Daya.

Potensi Wisata di Kabupaten Aceh Barat Daya

No Lokasi Nama Jenis wisata
1. Lembah Sabil
  • Pemandian Krueng Baru
Wisata Alam
2. Manggeng
  • Pantai Wisata Ujong Ketapang
  • Teupin Batee
  • Taman Laut Ujung Manggeng
  • Pantai Ujung Manggeng
  • Pasir Butiran Lhok Pawoh
Wisata Alam
3. Tangan-Tangan
  • Pantai Wisata Aron Tumpang
  • Pantai Wisata Blang Padang
  • Kuburan Batee Meuculek
  • Air Terjun Alue Kareng
  • Mon Jeue
Wisata Alam dan Sejarah
4. Blangpidie
  • Pemandian Krueng Susoh
  • Kolam Tgk. Malem
  • Batee Permata
  • Pemandian Kolam Putroe Hijau
  • Gunong Cot Keumeunyan
  • Panorama Gunong dan Irigasi Mata Ie
  • MakamT. Awee Geutah
  • Makam Tgk. Peukan
  • Makam Tgk. Dilubuk
  • Makam Tgk. Sirah Panyang
  • Makam T. Pang Chik
  • Makam Abu Syekh Mud
Wisata Alam, Budaya dan Sejarah
5. Susoh
  • Pasir Putih Pantai Cemara Indah
  • Pantai Jilbab
  • Kuala Katung
  • Pantai Wisata Nelayan
  • Pasir Ujong Keutapang
  • Pulau Gosong
  • Taman Laut Ujong Serangga
Wisata Alam
6. Kuala Batee
  • Pantai Wisata Lama Tuha
  • Situs Kerajaan Kuala Batee
  • Taman Laut Lama Tuha
  • Pemandian Air Terjun
  • Panton Cut
  • Pantai Lama Muda
  • Situs Peninggalan Bersejarah Portugis
  • Makam Tgk. Djakfar Lailon
Wisata Alam, Budaya dan Sejarah
7. Babahrot
  • Krueng Babahrot
  • Wisata Perkebunan
  • Raja Malaka
  • Krueng Seumayam
  • Perkebunan Sawit
Wisata Alam dan Sejarah
8. Setia
  • Kolam Renang Drien Payeh
  • Wisata Alam Alue Siusen-Alue Kuyuen
  • Wisata Alam Krueng Suak
Wisata Alam

Sumber: Draft RTRW Kabupaten Aceh Barat Daya, 2012 Sumber: Untuk Kecamatan Setia dari Tabloid Jangka Pos, 2018

Seni Budaya

Tari Ratéb Meuseukat Aceh Barat Daya

Tari Rateb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu rateb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri.

Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman milik suku Gayo. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas.Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang

Tari Rapa'i Geleng

Rapa'i Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari Manggeng, Aceh Barat Daya. Rapa'i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh Barat Daya. Permainan Rapa'i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat. Jenis tarian ini dimaksudkan untuk laki-laki

Kuliner

Mie Kocok

Mie berwarna kuning dan putih dimasak menggunakan adonan berupa gayung dari aluminium bertangkai kayu. Disebut mie kocok karena prosesnya dikocok-kocok selama beberapa detik dalam air mendidih sebelum dihidangkan. Mie ini umum ditemukan di Provinsi Aceh, termasuk di daerah lain di Indonesia. Akan tetapi, Mie kocok ala Abdya, menurut banyak kalangan, memiliki cita rasa berbeda dengan yang lain.

Pada 1960, Said Idrus (alm) pernah merantau ke Negeri Cina membuka warung di deretan pertokoaan kontruksi kayu di Jalan Selamat, Kota Blangpidie. Toko tersebut diberi label “Warung Muslim”. Selain menyediakan minuman kopi, menu khas di warung itu disebut mie kuning dan mie putih yang dikenal dengan sebutan mie kocok.

Era 60-an, di Kota Blangpidie (saat itu masih wilayah Aceh Selatan), ada tiga warung menyediakan mie kocok: Warung Muslim, Warung Sayangan dan Warung Japaris. Dua lainnya milik warga Tionghoa. Warung Muslim milik Said Idrus terus berkembang dan membuka cabang di Losmen Muslim, Jalan At-Taqwa, Blangpidie. Kemudian, warung tersebut dikelola oleh salah seorang putranya, Said Tantawi. Mi kocok Warung Muslim di lantai dasar Losmen Muslim, masih bertahan hingga saat ini. Kini, gerai tersebut dikelola Said Muswir (putra Said Tantawi atau cucu dari almarhum Said Idrus).

Referensi

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  2. ^ a b c d "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Désémber 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Permendagri-137-2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 26 November 2021. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  5. ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  6. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  7. ^ Nawafil, Rozal (2022-04-9). "Sejarah Bumoe Breueh Sigupai: Dari Kesatria ke Abdya". Aceh One.my.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-17. Diakses tanggal 2022-04-15. 
  8. ^ "Ketika Amerika Menginvasi Aceh pada 1832". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2015-06-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-12. Diakses tanggal 2021-04-12. 
  9. ^ Anwir, Fakhrul Razi (09-09-2019). "25 Anggota DPRK Abdya Dilantik". AJNN. Diakses tanggal 29-07-2020. 
  10. ^ Pratama, Jimi (25-10-2019). "Nurdianto Dilantik Jadi Ketua DPRK Abdya". Kanal Aceh. Diakses tanggal 29-07-2020. 
  11. ^ Saputra, Rahmat (08-10-2019). "DPRK Abdya Usul Tiga Nama untuk Pimpinan Definitif Dewan, Ini Nama-namanya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 29-07-2020. 
  12. ^ Yusuf, Zainun (2021-01-12). "Syarifuddin Diambil Sumpah Sebagai Wakil Ketua I DPRK Abdya, Jabatan Sempat Kosong Setahun Lebih". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2021-02-09. 
  13. ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Barat Daya 2014-2019
  14. ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Barat Daya 2019-2024
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  16. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-22. Diakses tanggal 2011-09-05. 
  17. ^ Hasbullah, Hasbullah (2009) Peristiwa 11 September 1926: perlawanan Tengku Peukan terhadap Belanda di Aceh Barat Daya. Informasi Kesejarahan (16). Direktorat Jenderal Kebudayaan, Banda Aceh. ISBN 9789799164780

Pranala luar